Anda di halaman 1dari 23

Indah

Karuniawati

KONJUNGTIVA GONOREA
Rame, S.Ked
1408010049
dr. Komang Dian
Lestari, Sp. M
BAB I PENDAHULUAN
 Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi
bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat diluar dan
didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat
mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39°C
dan tidak tahan zat desinfektan.
 Gonokok terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai vili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen.
 Gonore tidak hanya mengenai alat-alat genital tetapi juga
ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan
menyebabkan konjungtivitis.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
DEFINISI

Konjungtivis gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan


hebat dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman
neisseria gonorrhoeae.
ETIOLOGI

Kuman Neisseria gonorrhoeae


KLASIFIKASI

 Kurang dari 3 hari : Oftalmia gonoroika neonatorum


 Lebih dari 3 hari : Oftalmia gonoroika infantum
 Anak kecil : Oftalmia gonoroika yuvenilis
 Orang dewasa : Oftalmia gonoroika adultum
PATOFISIOLOGI

Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan


terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan
pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi
ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih
banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di
konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning
kehijauan.
PATOFISIOLOGI

Konvalesen
(penyembuhan),
Infiltratif hipertrofi papil

Supuratif atau
purulenta
GAMBARAN KLINIS

Bayi dan Anak Orang Dewasa


Kelainan bilateral dengan Rasa nyeri pada mata.
sekret bersifat serous Dapat disertai tanda-
tetapi kemudian menjadi
kuning kental dan purulen. tanda infeksi umum.
Kelopak mata Biasanya terdapat pada
membengkak, sukar dibuka satu mata. Lebih sering
dan terdapat terdapat pada laki-laki
pseudomembran pada
dan biasanya mengenai
konjungtiva tarsal.
Konjungtiva bulbi mata kanan.
merah,kemotik dan tebal.
GAMBARAN KLINIS

Orang Dewasa
Gambaran klinik meskipun
mirip dengan oftalmia
nenatorum tetapi mempunyai
beberapa perbedaan, yaitu
sekret purulen yang tidak
begitu kental. Selaput
konjungtiva terkena lebih berat
dan menjadi lebih menonjol,
tampak berupa hipertrofi
papiler yang besar (gambar 2).
Pada orang dewasa infeksi ini
dapat berlangsung berminggu-
minggu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru untuk


diagnosis pasti konjungtivitis gonore
 Pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan pewarnaan
gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan
uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.
 Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk
membedakannya dilakukan tes maltose, dimana gonokok
memberikan test maltose (-), sedang meningokok test
maltose (+).
PENYULIT

 Tukak kornea marginal terutama di bagian atas, dimulai


dengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus.
PENCEGAHAN

 Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit


menular seksual.
 Secara klasik diberikan obat tetes mata A g NO 3 1% Segera
sesudah lahir (harus diperhatikan bahwa konsentrasi A g NO 3
tidak melebihi 1%).
 Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan
solusio borisi dan pemberian kloramfenikol salep mata.
 Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi
herpes aktif saat melahirkan.
 Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus
yang lahir dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.
PENATALAKSANAAN

 Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif


diplokok batang intraseluler dan sangat dicurigai
konjungtivitis gonore.
 Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep
dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7
hari.
 Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih
(direbus) atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam,
kemudian diberi salep penisillin setiap ¼ jam. Penisillin tetes
mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya
: 10.000 – 20.000 unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit.
Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit.,
disusul pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari.
PENATALAKSANAAN

 Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan


gonokok.
 Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik
yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut
negatif.
 Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan
cefriaksone (Rocephin) atau Azithromycin (Zithromax) dosis
tinggi.
EFEK SAMPING PENGOBATAN

 Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk
mencegah infeksi gonore akan menyebabkan iritasi ringan,
tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampai dua hari
tanpa meninggalkan kerusakan menetap.
 Antibiotika topikal dapat menyebabkan reaksi alergi.
 Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut, ruam
dan reaksi alergi.
PENGAWASAN

 Bayi harus diawasi untuk memastikan infeksi tidak kambuh


setelah diterapi. Ibu dari janin dengan konjungtivitis gonore
neonatorum harus diuji dan diterapi terhadap penyakit
menular seksual bila diperlukan, gejala-gejala apapun yang
baru ditemukan atau memperburuk keadaan harus dilaporkan
kepada dokter.
BAB III KESIMPULAN
 Konjungtivitis Gonore adalah suatu radang konjungtiva akut
dan hebat dengan sekret purulen yang disebabkan oleh
Kuman Neisseria Gonorrhaea. Perjalanan penyakit pada orang
dewasa terdiri atas stadium Infiltratif, supuratif atau
purulenta dan konvalesen (penyembuhan).
 Bisa mengenai bayi dan orang dewasa. Pemeriksaan dimulai
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan
pemeriksaan penunjang.
 Penatalaksanaan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram
positif diplokok batang intraseluler dan sangat dicurigai
konjungtiva gonore.
DAFTAR PUSTAKA
 1. Djuanda, Adhi, Mochtar, Aisah, Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta:
1999. 343-9
 2 . A n o n i m . G o n o r c h e a . h t t p : / / w w w . a f r a i d t o a s k . c o m / s t d / g o n o r c h e a . h t m l. D i a k s e s t a n g g a l 2 0 M a r e t
2008.
 3. Ilyas, Sidarta. DSM. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2001.127 – 130.
 4. Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta: 2000. 31 – 3
 5. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology).
Ed. 14. Widya Medika, Jakarta : 2000. 103-5.
 6 . W e g m a n , J o h n M D . N e o n a t a l C o n j u n c t i v i t i s . h t t p : / / w w w . n c b i . n i h g o v /. D i a k s e s t a n g g a l 2 0 M a r e t
2008.
 7. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.
 8. Anonim. Conjunctivitis (Newborn / Childhood) :
h t t p : / / w w w / n l m . n i h . g o s / m e d l i n e p l u s / e n c y / a r t i c l e / 0 0 1 6 0 6 . h t m l. D i a k s e s t a n g g a l 2 0 M a r e t 2 0 0 8 .
 9. Mansjoer, Arif. Triyanti, Kuspuji, Savitri, Rakhmi, Wardhani, Wahyu Ika. Setiowulan, Wiwiek.
Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3, Jilid 4. Media Aescupapius FKUI, Jakarta: 1999. 51 –2
 10. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. FKUI, Jakarta: 1998, 46 – 7.
 1 1 . A n o n i m . N e o n a t a l C o n j u n c t i v i t i s . h t t p : / / w w w / h e a l t d i s c o v e r y . c o m / e n c y c l o p e d i a s / 2 7 1 7. D i a k s e s
tanggal 20 Maret 2008.
 12. Ilyas, Sidarta. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta: 2001. 23.
 13. Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi 14.Jakarta:Widya
Medika,2000,hal 5-6.111
 14. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.
 15. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.

Anda mungkin juga menyukai