Anda di halaman 1dari 12

POLIP NASI.

Yi massa lunak b’warna putih keabuan (gelatinous) yg t’dapat


di rongga hidung.
Berasal dr p’bengkakan mukosa hidung yg berisi banyak cairan
Interseluler, kemudian t’dorong ke dlm rongga hidung o/ faktor
gaya berat.
Paling sering berasal dr sinus etmoid & biasanya multipel.
Polip antrokoanal :
polip nasi yg berasal dr sinus maksila masuk ke rongga
hidung & m’besar di koana.
Etiologi :
t’bentuk sbg akibat reaksi hipersensitif a/ reaksi alergi pd
mukosa hidung.

Rhinologi/TH/2005 1
Patogenesis :
Tahap awal ditemukan edem mukosa yg  meatus medius.
Kemudian stroma terisi cairan interseluler  mukosa yg sem-
bab menjadi polipoid.
Bl proses terus b’lanjut  mukosa yg sembab  m’besar &
turun ke rongga hidung sambil m’bentuk tangkai  polip.

Gambaran Klinis:
Sumbat hidung menetap, makin lama makin berat.
Sumbatan yg hebat dpt timbul hiposmia a/ anosmia.
Bl polip menyumbat ostium SPN  sinusitis dgn keluhan
nyeri kepala & rinorhea.
Bl etiologi alergi  gejala utama bersin & iritasi hidung.

Rhinologi/TH/2005 2
Pemeriksaan Fisik:
Rinoskopi anterior  bedakan dgn konka.
Polip b’tangkai, mudah digerakkan, lunak, tdk nyeri tekan & tdk
mudah b’darah.
Pemakaian vasokonstriktor tdk mengecil.
Sebaliknya dgn konka.

Terapi:
Polip yg masih kecil  konservatif dgn steroid (sistemik, lokal &
nasal spray).
Polip besar  polipektomi.

Rhinologi/TH/2005 3
KELAINAN SEPTUM :
1. Deviasi septum
2. Hematom Septum
3. Abses Septum

1. Deviasi Septum.
Etiologi :
- Yg paling sering  trauma : waktu partus & dewasa.
- Ketidakseimbangan pertumbuhan tulang rawan septum.
Bentuk deformitas :
- deviasi bentuk huruf “C” atau “S”
- dislokasi bag. bawah kartil. septum keluar dr krista maksila
& masuk ke dalam rongga hidung.
- penonjolan tulang a/ tl.rawan septum :
Krista : bl memanjang dr depan ke belakang.
Spina : bl sangat runcing adan pipih.
Rhinologi/TH/2005 4
- sinekia : bl deviasi a/ krista septum melekat dgn konka di
hadapannya.
Gambaran Klinis :
- sumbat hidung (paling sering)  unilateral/ bilateral 
timbul mekanisme kompensasi  konka << / >>.
- nyeri kepala a/ sekitar mata, penciuman t’ganggu.
- bl menyumbat ostium sinus  sinusitis.
Terapi :
Operatif :
- Reseksi submukosa (mukoperikondrium & mukoperios-
teum kedua sisi dilepaskan dr tl.rawan & tl. septum),
bagian tulang a/ tl.rawan septum diangkat.
- Septoplasti
tulang rawan yg bengkok direposisi,hanya bagian yg
b’lebihan yg dikeluarkan.
Rhinologi/TH/2005 5
2. Hematom Septum.
Akibat trauma, p’buluh darah submukosa pecah & darah
b’kumpul di antara perikondrium & tl.rawan septum  m’bentuk
hematom pd septum.

Gambaran Klinis :
- sumbat hidung & nyeri.
- rinoskopi anterior :
p’bengkakan unilateral a/ bilateral pd septum bag.depan
b’bentuk bulat, licin & b’warna merah.
p’bengkakan dpt meluas smp ke dinding lateral hidung
 obstruksi total.
Terapi :
- punksi  insisi drainase hematom.
Komplikasi :
- abses septum & deformitas hidung (sadle nose).
Rhinologi/TH/2005 6
3. Abses Septum.
Sebagian besar disebabkan o/ trauma yg tdk disadari o/ Os.
Sering didahului o/ hematom septum yg disertai infeksi o/ kuman
 abses.
Gambaran Klinis :
- hidung sumbat progresif & nyeri berat di puncak hidung,
- demam & sakit kepala.
- rinoskopi anterior :
p’bengkakan septum yg b’bentuk bulat dgn permukaan
yg licin.
Terapi :
- insisi drainase abses + antibiotik dosis tinggi.
Komplikasi :
- destruksi tl. rawan septum  perforasi septum a/ sadle
nose.
- bisa ke intra kranial a/ septikemia.
Rhinologi/TH/2005 7
5.PENYAKIT HIDUNG KARENA KELIANAN DEGENERATIF

Wagener’s Granulomatosis.

Adalah suatu vaskulitis spesifik yg b’potensi fatal dgn etiologi


yg belum diketahui diduga akbt pros.otoimun.
Menyerang pria dan wanita.
Ciri khas:
1. lesi granulomatosa,nekrosis fokal pd sal. nafas.
2. nekrosis fokal vaskuler sisitemik.
3. glomerulonefritis nekrotisasi fokal.
Gambaran Klinis:
- flu yg b’langsung lama & bloody rhinorrhea.
- sinusitis b’ulang, krusta pd hidung & hidung pelana.
- epistaksis
- sumbatan hidung progresif & OMSK.
Rhinologi/TH/2005 8
Labotarorium:
- tdk ada uji lab yg b’sifat diagnostik
- tdp anemia ringan dgn LED yg meningkat.
- kelainan urin bl mengenai organ ginjal.

Diagnosis:
- b’dasarkan biopsi jaringan  granuloma nekrotisasi &
vaskulitis yg luas.
Terapi:
steroid & siklofosfamid

Rhinologi/TH/2005 9
6. KELAINAN HIDUNG KONGENITAL.
Choanal Atresia / Stenosis.
Etiologi akbt kegagalan resorpsi dr membrana nasobukal.
Kejadian 1 per 5000 kelahiran hidup.
Laki-laki : Wanita = 2 : 1.
Unilateral : bilateral = 2 : 1.
50 % penderita mempunyai kelainan kongenital lain.
Atresia bisa berupa:
- tulang
- “bony-membranous” atau “membranous”
- sebagian besar  “bony-membranous”
Berhubungan dgn “CHRGE” :
-C : coloboma retina
-H : heart defects
-R : retardation of growth & development & CNS
anomalies
-G : genitourinary anomalies
Rhinologi/TH/2005 10
-E : ear abnormalities including hearing loss
“Cyclical cyanosis”:
“With airway obstruction & cyanosis at rest & resolution with
crying & agitation” (when child is in open mouth position) 
Tipikal anak dgn atresia koana bilateral.
Atresia unilateral  b’hubungan dgn obstruksi & rinorhea puru-
Len unilateral.

Diagnosis:
“classic clinical finding”  kateter 8 Fr tdk bisa masuk
Nasofaringoskopi fiber optik  visualisasi koana.
CT Scan koana.

Rhinologi/TH/2005 11
Management:
“Oral airway may be helpful in maintaining a patent airway
while the infant is an obligate nose breather.
Early surgical repair for bilateral choanal atresia is advocated.
Unilateral atresia can be repaired later in childhood, usually
prior to starting to school”.
Surgical approach:
- endoscopic
- transpalatal
- transnasal
- transseptal

Rhinologi/TH/2005 12

Anda mungkin juga menyukai