Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

KONJUNGTIVITIS

Ichlas Adhi Putra


C014182028

PEMBIMBING:
dr. Deby Trisnawaty Mansyur
SUPERVISOR:
dr. Hasnah, Sp.M(K), M.Kes
DEFINISI

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva


atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak mata dan bola mata dalam
bentuk akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, klamidia, alergi, toksik,
maupun iritasi
ANATOMI&
FISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Konjungtivitis Infeksi
Patogen menginvasi
tempat yang berdekatan Sel darah putih sampai
dengan jalur aliran darah Penarikan sel darah ke konjungtiva dan
Mikroorganisme Pertahanan Reaksi peradangan berakumulasi dengan
putih ke area
Patogen Konjungtiva bereplikasi di dalam leukosit dan limfositik berpindah melewati
peradangan
sel mukosa kapiler yang berdilatasi
konjungtiva dan tinggi permeabilitas

Nosiseptor
terstimulasi
sebabkan gatal
Konjungtivitis Alergi
Degranulasi Pelepasan Peningkatan
Respon imun Sel mast X Ig sel mast dan histamine oleh permeabilitas
Alergen
tipe 1 E terjadi sel mast serta vaskuler dan
peradangan mediator lainnya vasodilatasi

Kemerahan dan
Injeksi
konjungtiva
GEJALA

HIPEREMIA HIPERTROFI
PAPILER
DISCHARGE MEMBRAN &
PSEUDOMEMBRAN

CHEMOSIS PHLYCTENULES

LAKRIMASI FORMASI
PANNUS

PSEUDOPTSOSIS GRANULOMA
HIPERTROFI NODUS LIMFATIK
FOLIKEL MEMBENGKAK
GEJALA
KLASIFIKASI

01 Konjungtivitis agen Infeksi


02 Konjungtivitis Alergi
03 Konjungtivitis Kimiawi
KLASIFIKASI

1. Konjungtivitis Agen Infeksi

A. Konjungtivitis bakteri sederhana


• Konjungtiva bacterial dibagi menjadi 2 berdasarkan perjalanan waktunya, yaitu konjungtivitis bacterial
akut/subakut dan menahun. Penyebab konjungtivitis bakterial pada umumnya adalah
Staphylococcusaureus, Streptococcus pneumoniae (pneumococcus), Streptococcus pyogenes
(haemolyticus, Moraxella lacunate (Moraxella Axenfeld bacillus), Pseudomonas pyocyanea, Neisseria
gonorrhoeae, Neisseria meningitidis (meningococcus), Corynebacterium diphtheriae, Haemophilus
influenzae.

Gejala nya:
- mata merah (hyperemia)
- sensasi benda asing
- secret mukopurulen
- kemosis konjungtiva
KLASIFIKASI

1. Konjungtivitis Agen Infeksi

B. Konjungtivitis Klamidia
• Konjungtivitis yang disebabkan infeksi Chlamydia trachomatis serotype D-K.
Gejala:
- biasanya unilateral, kronis
- sekret mukopurulen
- terdapat folikel pada forniks
- kemosis
- limfadenopati preaurikular
KLASIFIKASI

1. Konjungtivitis Agen Infeksi

C. Konjungtivitis Adenovirus
Dibagi atas dua: 1. demam faringkonjungtiva disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan 7 (Anak-anak > dewasa)
Gejalanya: Hiperemia konjungtiva, folikel konjungtiva, sekret serous, edema palpebra,
limfadenopati preaurikuler tanpa rasa nyeri
KLASIFIKASI

1. Konjungtivitis Agen Infeksi

C. Konjungtivitis Adenovirus
Dibagi atas dua: 2. Konjungtivitis epidemika, penyebabnya adalah adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37
Terdapat tiga fase berdasarkan gejala klinisnya.
1 Fase pertama adalah konjungtivitis serosa akut dengan karakteristik konjungtiva
hiperemi, kemosis, dan lakrimasi.
Fase kedua yaitu konjungtivitis folikular akut dengan karakteristik pembentukan folikel
di kelopak mata bawah.
Fase ketiga adalah konjungtivitis pseudomembran akut yang ditandai dengan
pseudomembran di permukaan konjungtiva. Kornea dapat terinfeksi satu minggu
setelah onset penyakit. Pada keratokonjungtivitis epidemika sering dijumpai
limfadenopati preaurikular ipsilateral.

2 3
KLASIFIKASI

1. Konjungtivitis Agen Infeksi

D. Konjungtivitis Herpes Simpleks


Disebabkan oleh virus herpes simpleks, biasanya muncul pada anak-anak
Ditandai dengan:
pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, sekret mukoid, sakit, dan fotophobia ringan. Pada kornea
tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus
epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang
muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus
preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan.
KLASIFIKASI

1. Konjungtivitis Agen Infeksi

E. Konjungtivitis Hemoragik Akut


Konjungtivitis ini disebabkan oleh enterovirus-70 dari golongan pikornavirus (piko-RNA-virus)
Gejalanya konjungtivitis ini terjadi bilateral, mengeluarkan air mata terus menerus, kemosis, edema palpebra,
limfadenopati preaurikuler, terdapat folikel pada palpebra, terdapat perdarahan subkonjungtiva.
KLASIFIKASI

2. Konjungtivitis Alergi

A. Konjungtivitis Vernalis
Penyakit ini, juga dikenal sebagai konjungtivitis musiman atau konjungtivitis musim kemarau, adalah
penyakit alergi bilateral yang jarang. Kondisi ini bersifat rekuren, bilateral, mengenai anak-anak serta
dewasa muda.
Gambaran klinisnya: gatal, lakrimasi, fotophobia, sensasi benda asing, rasa terbakar, secret mukus yang
tebal, dan ptosis. Palpebra terasa berat bila diangkat karena terdapat reaksi papilar raksasa pada
palpebra superior, sehingga lebih tepat disebut pseudoptosis. Penyakit ini dapat diikuti dengan keratitis
dan infeksi palpebra superior.
KLASIFIKASI

3. Konjungtivitis Kimiawi

Konjungtivitis kimiawi yang iatrogenik yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama
dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat- obat lain yang disiapkan dalam bahan pengawet atau
vehikel toksik atau yang menimbulkan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjungtiva saat
lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan.
DIAGNOSA

1. Anamnesis

Anamnesis mengenai gejala yang dikeluhkan pasien beserta riwayat:


• waktu pertama kali terjadi keluhan, keluhan terjadi di satu mata atau kedua mata (unilateral atau bilateral)
• Nyeri atau gangguan tajam penglihatan
• Rasa gatal, mengganjal, atau fotofobia
• Sekret pada mata, serta tipe sekret pada mata (serous atau purulen)
• Riwayat trauma, riwayat pemakaian lensa kontak, dan riwayat pembedahan pada mata
• Riwayat alergi, riwayat penggunaan obat-obatan, dan riwayat komorbid (hipertensi, demam, penyakit
vaskular, penyakit hematologi)
DIAGNOSA
2. Pemeriksaan fisik
DIAGNOSA
BANDING

Keratitis

Uveitis

Glaukoma
Akut
DIAGNOSA
BANDING
PENATALAKSANAAN
A. Konjungtivis agen infeksi

• Konjungtivitis bakterial sederhana

1. Non Farmakologi

• edukasi cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
• tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat,
• mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain
lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
• Jika terjadi komplikasi pada kornea dan bila tidak ada respon perbaikan terhadap
pengobatan yang diberikan harus segera dirujuk.
PENATALAKSANAAN
A. Konjungtivis agen infeksi

• Konjungtivitis bakterial sederhana

2. Farmakologi
Terapi sistemik diberikan pada pasien dengan infeksi N. gonorrhoeae dan N. meningitidis. Norfloxacin 1.2 mg
sehari selama 5 hari, Cefoxitim 1.0 mg atau cefotaxime 500 mg. IV atau ceftriaxone 1.0 mg IM per hari selama
5 hari, atau Spectinomycin 2.0 mg IM selama 3 hari.

antibiotik awal dengan tetes mata kloramfenikol (0.5-1%) 6 kali sehari minimal diberikan selama 3 hari atau
gentamycin (0.3%) atau framycetin 3-4 kali sehari. Bila tidak berespon dapat diberikan antibiotik topikal seperti
ciprofloxacin (0.3%), ofloxacin (0.3%) atau gatifloxacin (0.3%).

Irigasi konjungtiva dengan larutan garam fisiologis dua kali suatu sehari membantu dengan pemindahan
material yang mengganggu. pemberian Anti-Inflamasi dan obat penghilang sakit seperti ibuprofen dan
paracetamol dapat diberi selama 2-3 hari untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien. Pemberian steroid
tidak direkomendasikan karena dapat memperberat infeksi ke jaringan kornea.
PENATALAKSANAAN
A. Konjungtivis agen infeksi

• Konjungtivitis Klamidia
Untuk bakteri Chlamydia trachomatis, Terapi dilakukan dengan pemberian salep tetrasiklin topikal empat kali
sehari dan pemberian sistemik doksisiklin, tetrasiklin, dan eritromsin

• Konjungtivitis Adenovirus
Terapi dengan status gizi yang baik, dalam 2 minggu dapat terjadi perbaikan spontan, steroid hanya
diberikan pada inflamasi yang sangat berat dan infeksi virus herpes dapat disingkirkan.

• Konjungtivitis Hemoragik
Penyakit ini akan sembuh sendiri dalam waktu 7 hari, tidak ada pengobatan yang efektif.
PENATALAKSANAAN
B. Konjungtivis Alergi

• Terapi dengan pemberian stabilisator sel mast topikal: sodium kromoglikat 2% dan iodoxamin 0.1%
• Terapi dapat digunakan steroid—tapi tidak boleh digunakan untuk jangka panjang. Selain steroid dapat pula
diberikan topical mast cell stabilizer.
PENATALAKSANAAN

C. Konjungtivitis Kimiawi
lakukan irigasi (2L) dengan Normal Salin (NS) 15-30 menit terlebih dahulu hingga pH normal sambil eversi
kelopak mata, debridemen dan berikan anestesi topikal, lalu rujuk.
PROGNOSIS

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan
dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasio retina.
PENCEGAHAN

Konjungtivitis akibat agen infeksi seringkali menular dengan


mudah, untuk melakukan pencegahan oleh karena itu sebelum
dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita
harus mencuci tangannya bersih-bersih. Selain itu diusahakan
untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit, dan jangan menggunakan handuk atau lap
bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
Pencegahan untuk konjungtivitis alergi dan kimia, dilakukan
dengan menghindari pajanan allergen maupun agen kimia yang
dapat mengiritasi konjungtiva, konjungtivitis jenis ini tidak
menular.
Kesimpulan
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang
menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna
sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya
menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat
hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan.

Berdasarkan penyebab terjadinya, konjungtivitis dapat dibagi


menjadi: (1) konjungtivitis karena agen infeksi, (2) konjungtivitis
alergi, (3) konjungtivitis kimia atau iritatif.

Penting artinya untuk mengetahui setiap ciri khas kelainan


konjungtivitis karena pengobatan dengan tiap etiologi yang berbeda
memerlukan terapi yang berbeda pula. Pengobatan yang tidak
adekuat dari konjungtivitis tipe tertentu akan dapat memberikan
prognosa yang buruk (mengakibatkan kebutaan).

Anda mungkin juga menyukai