KONJUNGTIVITIS
PEMBIMBING:
dr. Deby Trisnawaty Mansyur
SUPERVISOR:
dr. Hasnah, Sp.M(K), M.Kes
DEFINISI
Nosiseptor
terstimulasi
sebabkan gatal
Konjungtivitis Alergi
Degranulasi Pelepasan Peningkatan
Respon imun Sel mast X Ig sel mast dan histamine oleh permeabilitas
Alergen
tipe 1 E terjadi sel mast serta vaskuler dan
peradangan mediator lainnya vasodilatasi
Kemerahan dan
Injeksi
konjungtiva
GEJALA
HIPEREMIA HIPERTROFI
PAPILER
DISCHARGE MEMBRAN &
PSEUDOMEMBRAN
CHEMOSIS PHLYCTENULES
LAKRIMASI FORMASI
PANNUS
PSEUDOPTSOSIS GRANULOMA
HIPERTROFI NODUS LIMFATIK
FOLIKEL MEMBENGKAK
GEJALA
KLASIFIKASI
Gejala nya:
- mata merah (hyperemia)
- sensasi benda asing
- secret mukopurulen
- kemosis konjungtiva
KLASIFIKASI
B. Konjungtivitis Klamidia
• Konjungtivitis yang disebabkan infeksi Chlamydia trachomatis serotype D-K.
Gejala:
- biasanya unilateral, kronis
- sekret mukopurulen
- terdapat folikel pada forniks
- kemosis
- limfadenopati preaurikular
KLASIFIKASI
C. Konjungtivitis Adenovirus
Dibagi atas dua: 1. demam faringkonjungtiva disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan 7 (Anak-anak > dewasa)
Gejalanya: Hiperemia konjungtiva, folikel konjungtiva, sekret serous, edema palpebra,
limfadenopati preaurikuler tanpa rasa nyeri
KLASIFIKASI
C. Konjungtivitis Adenovirus
Dibagi atas dua: 2. Konjungtivitis epidemika, penyebabnya adalah adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37
Terdapat tiga fase berdasarkan gejala klinisnya.
1 Fase pertama adalah konjungtivitis serosa akut dengan karakteristik konjungtiva
hiperemi, kemosis, dan lakrimasi.
Fase kedua yaitu konjungtivitis folikular akut dengan karakteristik pembentukan folikel
di kelopak mata bawah.
Fase ketiga adalah konjungtivitis pseudomembran akut yang ditandai dengan
pseudomembran di permukaan konjungtiva. Kornea dapat terinfeksi satu minggu
setelah onset penyakit. Pada keratokonjungtivitis epidemika sering dijumpai
limfadenopati preaurikular ipsilateral.
2 3
KLASIFIKASI
2. Konjungtivitis Alergi
A. Konjungtivitis Vernalis
Penyakit ini, juga dikenal sebagai konjungtivitis musiman atau konjungtivitis musim kemarau, adalah
penyakit alergi bilateral yang jarang. Kondisi ini bersifat rekuren, bilateral, mengenai anak-anak serta
dewasa muda.
Gambaran klinisnya: gatal, lakrimasi, fotophobia, sensasi benda asing, rasa terbakar, secret mukus yang
tebal, dan ptosis. Palpebra terasa berat bila diangkat karena terdapat reaksi papilar raksasa pada
palpebra superior, sehingga lebih tepat disebut pseudoptosis. Penyakit ini dapat diikuti dengan keratitis
dan infeksi palpebra superior.
KLASIFIKASI
3. Konjungtivitis Kimiawi
Konjungtivitis kimiawi yang iatrogenik yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama
dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat- obat lain yang disiapkan dalam bahan pengawet atau
vehikel toksik atau yang menimbulkan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjungtiva saat
lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan.
DIAGNOSA
1. Anamnesis
Keratitis
Uveitis
Glaukoma
Akut
DIAGNOSA
BANDING
PENATALAKSANAAN
A. Konjungtivis agen infeksi
1. Non Farmakologi
• edukasi cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
• tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat,
• mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain
lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
• Jika terjadi komplikasi pada kornea dan bila tidak ada respon perbaikan terhadap
pengobatan yang diberikan harus segera dirujuk.
PENATALAKSANAAN
A. Konjungtivis agen infeksi
2. Farmakologi
Terapi sistemik diberikan pada pasien dengan infeksi N. gonorrhoeae dan N. meningitidis. Norfloxacin 1.2 mg
sehari selama 5 hari, Cefoxitim 1.0 mg atau cefotaxime 500 mg. IV atau ceftriaxone 1.0 mg IM per hari selama
5 hari, atau Spectinomycin 2.0 mg IM selama 3 hari.
antibiotik awal dengan tetes mata kloramfenikol (0.5-1%) 6 kali sehari minimal diberikan selama 3 hari atau
gentamycin (0.3%) atau framycetin 3-4 kali sehari. Bila tidak berespon dapat diberikan antibiotik topikal seperti
ciprofloxacin (0.3%), ofloxacin (0.3%) atau gatifloxacin (0.3%).
Irigasi konjungtiva dengan larutan garam fisiologis dua kali suatu sehari membantu dengan pemindahan
material yang mengganggu. pemberian Anti-Inflamasi dan obat penghilang sakit seperti ibuprofen dan
paracetamol dapat diberi selama 2-3 hari untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien. Pemberian steroid
tidak direkomendasikan karena dapat memperberat infeksi ke jaringan kornea.
PENATALAKSANAAN
A. Konjungtivis agen infeksi
• Konjungtivitis Klamidia
Untuk bakteri Chlamydia trachomatis, Terapi dilakukan dengan pemberian salep tetrasiklin topikal empat kali
sehari dan pemberian sistemik doksisiklin, tetrasiklin, dan eritromsin
• Konjungtivitis Adenovirus
Terapi dengan status gizi yang baik, dalam 2 minggu dapat terjadi perbaikan spontan, steroid hanya
diberikan pada inflamasi yang sangat berat dan infeksi virus herpes dapat disingkirkan.
• Konjungtivitis Hemoragik
Penyakit ini akan sembuh sendiri dalam waktu 7 hari, tidak ada pengobatan yang efektif.
PENATALAKSANAAN
B. Konjungtivis Alergi
• Terapi dengan pemberian stabilisator sel mast topikal: sodium kromoglikat 2% dan iodoxamin 0.1%
• Terapi dapat digunakan steroid—tapi tidak boleh digunakan untuk jangka panjang. Selain steroid dapat pula
diberikan topical mast cell stabilizer.
PENATALAKSANAAN
C. Konjungtivitis Kimiawi
lakukan irigasi (2L) dengan Normal Salin (NS) 15-30 menit terlebih dahulu hingga pH normal sambil eversi
kelopak mata, debridemen dan berikan anestesi topikal, lalu rujuk.
PROGNOSIS
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan
dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasio retina.
PENCEGAHAN