Anda di halaman 1dari 31

RINOSINUSITIS

Preseptor: Nur Akbar Aroeman,dr.,SpTHT-KL(K)


IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Aep P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl Lahir : 62 tahun
Tgl Pemeriksaan: 27 Mei 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama: hidung berair +/- 2 minggu
Pasien mengeluhkan hidung berair 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengaku cairan yang dikeluarkan awalnya cair dan bening kemudian berubah
menjadi warna hijau 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku cairan
keluar dari lubang hidung kanan. Pasien juga mengeluhkan adanya hidung mampet,
nyeri ketika sujud dan demam. Pasien menyangkal tidak ada gangguan penciuman.
Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma, berenang, nyeri pada gigi. Pasien
mengaku teman sekantor mempunyai gejala yang sama. Pasien mengaku tidak ada
riwayat mengalami bersin saat pagi hari, cuaca dingin, berdebu, dan makan makanan
atau obat tertentu. Pasien mengaku tidak ada riwayat keluarga yang asma dan
lainnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala: Sakit pada palpasi sinus
Keadaan Umum: maksilaris. Konjungtiva tidak anemis,
TTV sklera tidak ikterik.
 TD: 120/80 Leher: Pembesaran KGB (-), Thyroid
 N: 82 dalam batas normal
 S: 37
 R: 18 Thorax: Bentuk dan pergerakan simetris
PEMERIKSAAN FISIK
Rhinoscopy anterior:
Mukosa hiperemis, konka eutrofi, sekret mukoid, tidak terlihat ada massa
DIAGNOSIS BANDING
Rhinosinusitis akut
Rhinitis alergi
DIAGNOSIS KERJA
Rhinosinusitis akut
TATA LAKSANA
Antibiotik: Ciprofloxacin 2x/hari selama 5 hari
Deslotin 1x/hari selama 10 hari
NASAL ANATOMY

Anatomi hidung eksternal


Hidung luar dibentuk oleh:
Tulang : tulang hidung (os nasal), prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os
frontal
Kartilago : sepasang kartilagi nasalis lateralis superior, sepasang kartilago nasalis lateralis
inferior dan disebut juga sebagai kartilago alar mayor dan tepi kartilago septumc
NASAL ANATOMY

Anatomi rongga hidung

Rongga Hidung:
- Berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian
tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.
- Dinding : medial (septum nasi) , lateral (konka), inferior (dasar rongga hidung) dan
superior (atap rongga hidung)
NASAL ANATOMY Anatomi rongga hidung

Rongga Hidung:
- Konka : inferior, media, superior, suprema
- Meatus : rongga sempit diantara konka-konka & dinding lateral>> superior, middle,
inferior
NASAL ANATOMY

Vaskularisasi hidung

Cabang arteri akrotid interna: Vena:


- Anterior ethmoidal artery Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan
- Posterios ethmoidal artery berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena di
Cabang arteri karotid eksterna vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.
- Sphenopalatine artery oftalmika yang berhubungan dengan sinus
- Greater palatine artery kavernosus
- Superior labial artery
- Lateral nasal arteries
NASAL ANATOMY

Inervasi hidung

Inervasi khusus:
- Olfactory nerve(CN I)
Inervasi umum:
- nasopalatine nerve (branch of maxillary nerve)
- nasociliary nerve (branch of the ophthalmic nerve).
- Trigeminal nerve (Innervation to the external skin of the nose)
NASAL
PHYSIOLOGY
- Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara, penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme
imunologis lokal.
- Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reserfoir
udara untuk menampung stimulus penghidu.
- Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
- Fungsi refleks nasal, mukosa rongga hidung merupakan reseptor yang
berhubungan dengan saluran pencernaan, kardiovaskuler dan
pernafasan melalui refleks bersin, sekresi kelenjar liur, lambung dan
pankreas
DEFINISI
Merupakan peradangan yang terjadi bersamaan pada mukosa rongga hidung dan sinus
paranasal.

Definis
i Klinis
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan sekitar 10-15% terjadi pada populasi di Eropa Tengah setiap tahunnya.
Di RSHS Bandung angka kunjungan penderita rhinosinusitis akut periode Januari-
Desember 2009 tercatat 260 kasus (121 laki-laki dan 139 perempuan).
KLASIFIKASI
Menurut The Rhinosinusitis Task Force (RSTF):
1. RS akut : 4 minggu
2. RS subakut : >4-12 minggu
3. RS kronik : >12 minggu
4. RS aku rekuren : >= 4 episode per tahun; tiap episode >= 7-10 hari resolusi komplit diantara
episode
5. RS kronik eksaserbasi akut: perburukan gejala tiba-tiba dari RS kronik dengan kekambuhan
berulang setelah pengobatan
KLASIFIKASI
Bedasarkan
EPOS
KLASIFIKASI
Sinusitis paranasal diklasifikasikan berdasarkan 5 hal, yaitu:
1. Gambaran klinis : akut, subakut, kronis
2. Lokasi : sinus etmoid, sinus maksila, sinus frontal, sinus sfenoid
3. Organisme penyebab : bakteri, virus, jamur
4. Komplikasi : dengan atau tanpa komplikasi
5. Faktor pemberat : atopi, imunosupresi, obstruksi ostiomeatal
ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI
Etiologi
 Infeksi Hidung: virus (rhinovirus, coronavirus), bakteri (inferno trio; S. pneumoniae (gram+), H. influenza
(gram -), M. catarhalis (gram -) dan S. aureus)
 Berenang dan menyelam
 Trauma
 Infeksi gigi

Predisposisi
 Obstruksi ventilasi dan drenase sinus
 Stasis sekresi dalam kavum nasi
 Serangan sinusitis sebelumnya
 Lingkungan
 Daya tahan tubuh menurun
 Bakteriologi
 Merokok
 Alergi
DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala mayor Gejala minor
 Nyeri/rasa tertekan di wajah • Nyeri kepala
• Demam (RS kronik)
 Rasa penuh di wajah
• Bau mulut
 Hidung tersumbat • Mudah Lelah
 Hidung berair/bernanah/perubahan warna ingus • Sakit gigi
 Penurunan/hilangnya penghidu • Batuk
 Nanah dalam rongga hidung • Nyeri/rasa tertekan/rasa penuh telinga
 Demam (RS akut) Bedasarkan The 1997 Task Force on Rhinosinusitis of the American
Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery -> untuk ARS
• Sejak kapan?
• Ditanyakan VAS untuk keluhan utama
• Bilateral/unilateral?
• Tanda-tanda komplikasi: berkurangnya pengelihatan, pandangan ganda, demam, penurunan
kesadaran
• Gejala rinosinusitis: riwayat atopi di keluarga, riwayat alergi sebelumnya, mata gatal berair
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
 Palpasi sinus
 Pemeriksaan hidung (anterior rhinoscopy) (edema, hiperemis, pus)
 Singkirkan infeksi gigi

Pemeriksaan Penunjang
 Nasoendoskopi
 Pencitraan: X-Ray dan CT Scan
 Pemeriksaan lab (kultur, CRP)
KOMPLIKASI
Disebut komplikasi apabila sudah menembus dinding sinus ke
organ sekitar, meliputi:
 Lokal : mukokel, kista retensi mucus, osteomyelitis
 Orbital : selulitis, abses subperiosteal, tromboflebitis sinus kavernosus
 Intrakranial : meningitis, abses epidural/subdural/intraserebral
 Descending infection : OM akut atau kronik, faringitis dan tonsillitis,
laryngitis persisten dan trakeobronkitis
 Fokal infeksi
TATALAKSANA
Rinitis akut
Pemberiaan AB berdasarkan beratnya penyakit dan riwayat pemakaian AB dalam 4-6
minggu:
i. Ringan dan tidak ada riwayat pemakaian AB
Direkomendasikan amoksisilin klavulanat (250 mg/hari) atau golongan cefalosporin
(cefpodoksim, cefurosim, cefdinir). Apabila terdapat alergi terhadap beta-laktamase
diberikan doksisiklin atau makrolid.

ii. Sedang dan ada riwayat pemakaian AB


Direkomendasikan respiratory quinolone (gatifloksasin, levofloksasin), amoksiklav,
ceftriakson dan terapi kombinasi
TATALAKSANA
Rinitis kronis
 Cuci hidung dengan larutan NaCl
 Steroid topical intranasal
 Dekongestan, analgetik, dan mukolitik
 Terapi medikamentosa terhadap faktor resiko yaitu antihistamin dan steroid topical
intranasal untuk rinitis alergi persisten sedang-berat
 Antibiotik jika terdapat 3 gejala dan tanda infeksi bakteri dari 5 kriteria berikut: ingus
mukopurulen satu sisi, nyeri wajah satu sisi, demam >38C, terdapat double sickening
(gejala yang memberat sesudah terjadi perbaikan pemeriksaan), CRP dan LED meningkat,
dan atau sesuai kultur resistensi
 Antibiotik empiric:
amoksiklav/sefalosproin/eritromisin/klaritromisin/eritromisin/azitromisin selama 7-14 hari
TATALAKSANA
Pembedahan
Maksimal terapi medikamentosa adalah 4-6 minggu selanjutnya
dapat dipertimbangkan untuk pembedahan. Pembedahan
dilakukan bila ada kelainan mukosa dan sumbatan KOM. Pasien
dengan kelainan anatomi atau polip sinonasal lebih respon
terhadap tindakan pembedahan.
PROGNOSIS
Prognosis RS akut adalah sangat baik, 70% sembuh tanpa
pengobatan. Antibiotik hanya diperlukan bila ada gejala. RS
kronik memiliki masalah lebih rumit, jika penyebabnya adalah
struktur anatomi yang perlu dikoreksi, maka prognosis menjadi
lebih baik. Lebih dari 90% mengalami perbaikan dengan
intervensi bedah.

Anda mungkin juga menyukai