Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Rongga Hidung:
- Berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian
tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.
- Dinding : medial (septum nasi) , lateral (konka), inferior (dasar rongga hidung) dan
superior (atap rongga hidung)
NASAL ANATOMY Anatomi rongga hidung
Rongga Hidung:
- Konka : inferior, media, superior, suprema
- Meatus : rongga sempit diantara konka-konka & dinding lateral>> superior, middle,
inferior
NASAL ANATOMY
Vaskularisasi hidung
Inervasi hidung
Inervasi khusus:
- Olfactory nerve(CN I)
Inervasi umum:
- nasopalatine nerve (branch of maxillary nerve)
- nasociliary nerve (branch of the ophthalmic nerve).
- Trigeminal nerve (Innervation to the external skin of the nose)
NASAL
PHYSIOLOGY
- Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara, penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme
imunologis lokal.
- Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reserfoir
udara untuk menampung stimulus penghidu.
- Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
- Fungsi refleks nasal, mukosa rongga hidung merupakan reseptor yang
berhubungan dengan saluran pencernaan, kardiovaskuler dan
pernafasan melalui refleks bersin, sekresi kelenjar liur, lambung dan
pankreas
DEFINISI
Merupakan peradangan yang terjadi bersamaan pada mukosa rongga hidung dan sinus
paranasal.
Definis
i Klinis
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan sekitar 10-15% terjadi pada populasi di Eropa Tengah setiap tahunnya.
Di RSHS Bandung angka kunjungan penderita rhinosinusitis akut periode Januari-
Desember 2009 tercatat 260 kasus (121 laki-laki dan 139 perempuan).
KLASIFIKASI
Menurut The Rhinosinusitis Task Force (RSTF):
1. RS akut : 4 minggu
2. RS subakut : >4-12 minggu
3. RS kronik : >12 minggu
4. RS aku rekuren : >= 4 episode per tahun; tiap episode >= 7-10 hari resolusi komplit diantara
episode
5. RS kronik eksaserbasi akut: perburukan gejala tiba-tiba dari RS kronik dengan kekambuhan
berulang setelah pengobatan
KLASIFIKASI
Bedasarkan
EPOS
KLASIFIKASI
Sinusitis paranasal diklasifikasikan berdasarkan 5 hal, yaitu:
1. Gambaran klinis : akut, subakut, kronis
2. Lokasi : sinus etmoid, sinus maksila, sinus frontal, sinus sfenoid
3. Organisme penyebab : bakteri, virus, jamur
4. Komplikasi : dengan atau tanpa komplikasi
5. Faktor pemberat : atopi, imunosupresi, obstruksi ostiomeatal
ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI
Etiologi
Infeksi Hidung: virus (rhinovirus, coronavirus), bakteri (inferno trio; S. pneumoniae (gram+), H. influenza
(gram -), M. catarhalis (gram -) dan S. aureus)
Berenang dan menyelam
Trauma
Infeksi gigi
Predisposisi
Obstruksi ventilasi dan drenase sinus
Stasis sekresi dalam kavum nasi
Serangan sinusitis sebelumnya
Lingkungan
Daya tahan tubuh menurun
Bakteriologi
Merokok
Alergi
DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala mayor Gejala minor
Nyeri/rasa tertekan di wajah • Nyeri kepala
• Demam (RS kronik)
Rasa penuh di wajah
• Bau mulut
Hidung tersumbat • Mudah Lelah
Hidung berair/bernanah/perubahan warna ingus • Sakit gigi
Penurunan/hilangnya penghidu • Batuk
Nanah dalam rongga hidung • Nyeri/rasa tertekan/rasa penuh telinga
Demam (RS akut) Bedasarkan The 1997 Task Force on Rhinosinusitis of the American
Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery -> untuk ARS
• Sejak kapan?
• Ditanyakan VAS untuk keluhan utama
• Bilateral/unilateral?
• Tanda-tanda komplikasi: berkurangnya pengelihatan, pandangan ganda, demam, penurunan
kesadaran
• Gejala rinosinusitis: riwayat atopi di keluarga, riwayat alergi sebelumnya, mata gatal berair
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Palpasi sinus
Pemeriksaan hidung (anterior rhinoscopy) (edema, hiperemis, pus)
Singkirkan infeksi gigi
Pemeriksaan Penunjang
Nasoendoskopi
Pencitraan: X-Ray dan CT Scan
Pemeriksaan lab (kultur, CRP)
KOMPLIKASI
Disebut komplikasi apabila sudah menembus dinding sinus ke
organ sekitar, meliputi:
Lokal : mukokel, kista retensi mucus, osteomyelitis
Orbital : selulitis, abses subperiosteal, tromboflebitis sinus kavernosus
Intrakranial : meningitis, abses epidural/subdural/intraserebral
Descending infection : OM akut atau kronik, faringitis dan tonsillitis,
laryngitis persisten dan trakeobronkitis
Fokal infeksi
TATALAKSANA
Rinitis akut
Pemberiaan AB berdasarkan beratnya penyakit dan riwayat pemakaian AB dalam 4-6
minggu:
i. Ringan dan tidak ada riwayat pemakaian AB
Direkomendasikan amoksisilin klavulanat (250 mg/hari) atau golongan cefalosporin
(cefpodoksim, cefurosim, cefdinir). Apabila terdapat alergi terhadap beta-laktamase
diberikan doksisiklin atau makrolid.