Anda di halaman 1dari 79

MERS CoV

dr.Hj.ALMA LUCYATI, M.Kes.,M.Si.,MH.Kes.


Kepala Dinas Kesehatan Prov Jawa Barat
Sosialisasi
Sosialisasi MERS
MERS COV
COV via
via Kompas.TV
Kompas.TV
tanggal
tanggal 12-5-2014
12-5-2014 jam
jam 10:15
10:15 WIB
WIB
Virus dan Animasi Replikasi Virus
Pengertian MERS – CoV
 MERS – CoV adalah singkatan dari Middle East
Respiratory Syndrome Corona Virus.
 Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok
Coronavirus (Novel Corona Virus).
 Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan
September 2012 di Arab Saudi
 Virus SARS tahun 2003 juga merupakan
kelompok virus Corona dan dpt menimbulkan
pneumonia berat akan tetapi berbeda dari virus
MERS CoV
Penyakit MERS – CoV

 MERS-CoV adalah penyakit sindroma


pernapasan yang disebabkan oleh virus
Corona yang menyerang saluran
pernapasan mulai dari yg ringan s/d
berat.
 Gejalanya adalah demam, batuk dan
sesak nafas, bersifat akut, biasanya
pasien memiliki penyakit ko-morbid.
 Median usia 50 tahun (range 2-94
tahun)
 61 % kasus laki – laki
Kasus dengan Ko-morbid

 Dari laporan 47 kasus pertama infeksi


MERS CoV di Saudi arabia, 60% kasus
memiliki penyakit komorbid
 Penyakit – penyakit komorbid
tersering adalah :

No Ko-Morbid Jumlah Kasus %


1. Diabetes 32 68%
2. Penyakit ginjal kronis 23 49%
3. Penyakit jantung kronis 13 28%
4. Hipertensi 16 34%
5. Penyakit paru kronis 12 26%
Cara penularan MERS-CoV

 Virus ini dapat menular antar manusia


secara terbatas, dan tidak terdapat
transmisi penularan antar manusia yang
berkelanjutan.
 Kemungkinan penularannya dapat
melalui :
Langsung : melalui percikan dahak (droplet)
pada saat pasien batuk atau bersin.
Tidak Langsung : melalui kontak dengan
benda yang terkontaminasi virus.
Pencegahan dan Pengobatannya
 Belum ada vaksin yang tersedia.

 Pengobatan yang bersifat spesifik belum


ada, dan pengobatan yang dilakukan
tergantung dari kondisi pasien.
 Pencegahan dengan PHBS, menghindari
kontak erat dengan penderita,
menggunakan masker, menjaga kebersihan
tangan dengan sering mencuci tangan
dengan sabun dan menerapkan etika batuk
ketika sakit.
Pendapat WHO
 Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada
pertemuan IHR Emergency Committee
concerning MERS CoV menyatakan bahwa
MERS CoV merupakan situasi serius dan
perlu perhatian besar namun belum terjadi
kejadian darurat kesehatan masyarakat
(PHEIC/Public health emergency of
international concern).
Hal yang dilakukan Pemerintah
1. Peningkatan kegiatan pemantauan di point of
entry, pintu masuk negara.
2. Penguatan Surveilans epidemiologi termasuk
surveilans pneumonia.

3. Pemberitahuan ke seluruh Dinkes Provinsi ttg


kesiapsiagaan menghadapi MERS CoV, sudah
dilakukan sebanyak 3 kali.
4. Pemberitahuan ke 100 RS Rujukan Flu
Burung, RSUD dan RS Vertikal tentang
kesiapsiagaan dan tatalaksana MERS CoV.
Hal yang dilakukan Pemerintah
5. Menyiapkan dan membagikan 5 (lima)
dokumen terkait persiapan
penanggulangan MERS – CoV, yang
terdiri dari :
a. Pedoman umum MERS CoV
b. Tatalaksana klinis
c. Pencegahan Infeksi
d. Surveilans di masyarakat umum dan di pintu
masuk negara
e. Diagnostik dan laboratorium
Hal yang dilakukan Pemerintah

6. Semua petugas TKHI sudah dilatih dan


diberi pembekalan dalam
penanggulangan MERS-CoV.
7. Menyiapkan pelayanan kesehatan haji
di 15 Embarkasi / Debarkasi (KKP)
8. Meningkatkan kesiapan laboratorium
termasuk penyediaan reagen dan alat
diagnostik.
Hal yang dilakukan Pemerintah
9. Diseminasi informasi ke masyarakat terutama
calon jemaah haji dan umrah serta petugas haji
Indonesia.

10. Meningkatkan koordinasi lintas program dan


lintas sektor seperti BNP2TKI, Dephub, Depag,
Deplu dll tentang kesiapsiagaan menghadapi
MERS CoV.

11. Melakukan kordinasi dengan pihak kesehatan


Arab Saudi.

12. Meningkatkan hub. Internasional melalui WHO dll.


STRATEGI DAN RENCANA AKSI
PENGENDALIAN MERS CoV
 1. Peningkatan pengawasan di pintu masuk negara
 2.Peningkatan Surveilans Pneumonia dan kasus pneumonia klaster
ataupun yang tidak biasa
 3. Peningkatan surveilans SIBI/SARI (Surveilans Influenza Berat
Indonesia) dengan memasukkan pemeriksaan MERS CoV sebagai
bagian pemeriksaan
 4. Disseminasi informasi kepada Lintas sektor dan lintas program
(Kementrian perhubungan, BNP2TKI, Kemenag dll)
 5. Peningkatan kapasitas laboratorium
 6. Mengaktifkan rumah sakit rujukan
 7. Meningkatkan hubungan internasional dan pemutakhiran informasi
 8. KIE dan komunikasi risiko
Middle East Respiratory Syndrome Corona
virus (MERS-CoV)

General update
Per 15 Nov 2013
Virus Corona
 Virus corona manusia bertanggung jawab atas 10 - 30%
dari seluruh kasus common colds.

 Menyerang semua kelompok umur

 Periode inkubasi: pendek; 2 – 4 hari.

 Bentuk Infeksi: subklinis atau sangat ringan sampai


infeksi berat saluran napas bawah pada anak – anak
dan orang tua.

 Tidak ada anti-viral untuk infeksi virus corona , obat yang


tersedia diapotik berguna untuk meringankan gejala.

 PCR berulang berhasil mendeteksi jenis virus corona


Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS)
 KLB SARS mencapai puncak pada April 2003 dan berakhir pada
Juni 2003. Dalam periode itu terdapat sekitar 8,273 kasus
diseluruh dunia dengan 775 kematian (9,4%).

 Dibanding jenis virus corona lainnya, infeksi pada SARS lebih


berat:
• Demam > 380C disertai sakit kepala, rasa tidak enak dan sakit
menyeluruh pada badan
• Batuk kering (non-productive) dan sesak napas (dyspnea).
• Respiratory distress membawa kematian sampai 3-30% kasus.

 Dibutuhkan primers khusus untuk virus corona SARS

 Sejak KLB tersebut, virus corona SARS tidak bersirkulasi lagi.


MERS-CoV
 Infeksi virus corona baru pada
manusia. Diketahui pertama kali
pada September 2012 di RS di
Jeddah, Saudi Arabia

 9 MERS-CoV genome sequences


terdapat di bank genetik

 Analisis terhadap besar, susunan


dan sekuens
menunjukkan bahwa MERS – CoV
sangat berhubungan dekat dengan
virus corona
pada kelalawar: BtCoV-HKU4
dan BtCoV-HKU5 (Kahn 2013)

 Sangat dekat dengan virus corona http://epidemic.bio.ed.ac.uk/coronavirus_analysis

manusia, SARS-CoV  (Kahn 2013)


Sekuensing virus corona
With time animations – each time period is set 20 June 2013
off by a mouse click
See explanation in notes and remember to
delete this box
April – September 2012
Case exposure in UAE,
travelled to UK October – December 2012
2 January – March 2013
April 2013 - present
Case exposure in UAE, one
other infected in France Case exposure in Qatar,
travelled to Germany for
treatment

Case exposure in
Jordan, two others
infected Italy

Case exposure in
Qatar, two others 2
infected Tunisia Al-Ahsa cluster
associated with
healthcare
facility
Case exposure in 4 23
Family Cluster: father
Saudi Arabia, son and
and two sons 3
daughter infected

2
17
Distribusi Geografis

 Negara – negara dimana kasus – kasus


kemungkinan mendapatkan infeksi di
negerinya dari sumber yang belum
diketahui
 Jordan, Saudi Arabia, Qatar, UAE, Oman, Kuwait

 Negara – negara dimana kasus – kasus


berhubugan dengan perjalanan atau kontak
dengan pelancong terinfeksi yang kembali
 Perancis, Itali, Tunisia, Inggris, Jerman?
Lokasi kasus – kasus konfirmasi sejak 17 Juli 2013
Perjalanan waktu timbulnya kasus

Per 15 Nov 2013:


 157 kasus
konfirmasi
dilaporkan
termasuk 66
(42%)
kematian
 Negara yg
melapor
 5 UAE / 1 Jerman
 9 Qatar
 2 Perancis
 1 Itali
 2 Jordan
 127 Saudi Arabia
 3 Tunisia
 3 Inggris
 2 Oman
 2 Kuwait (terbaru)
Kasus – kasus yang diduga
tidak terpajan dengan manusia
Karakteristik kasus – kasus MERS-CoV,

2012-2013
 Jumlah kasus (18 Nov 2013): 157 konfirmasi laboratorium, 17 kasus
probable.
 3 kasus di klasifikasi ulang, kasus Italia menjadi kasus probable

 70 kasus dari antara 174 kasus (40,2%) meninggal, CFR:


 Menurun sesuai perjalanan waktu
 Lebih tinggi pada kasus – kasus yang timbul sporadis dibanding kasu s sekunder,
63% vs. 29%
 Kasus – kasus Asymptomatic dan ringan makin sering ditemukan diantara kontak.

 108 diantara 163 kasus (66,3%): Pria


 Sedikit berubah namun tetap lebih tinggi pada kasus- kasus sporadis

 Median umur = 50 tahun (14 bulan – 94 tahun)


 Lebih tinggi diantara kasus – kasus sporadis, 59 tahun. Lebih rendah pada
kebanyakan kasus yang berasal dari Saudi Arabia
 Frekuensi kasus dengan penyakit penyerta (co-morbid) tinggi : 74%

 Masa inkubasi terpanjang: 14 hari


Klaster – klaster terbaru yang tercatat
 Diketahui kasus – kasus sekunder meningkat karena
meningkatnya pemeriksaan terhadap kontak:
 Banyak dengan gejala ringan atau asymptomatis, meski
fatalitasnya juga banyak.
 Seringkali melibatkan petugas kesehatan dan kadang bersifat
fatal.
 Klaster – klaster terbaru di UAE, Qatar, KSA: Asir, Medina,
Riyadh, Hafr al-Batin – semua adalah hotspots
 Klaster didalam rumah tangga dan sarana pelayanan kesehatan
terus timbul. Diketahui tidak ada perluasan ke masyarakat.

 Medina: kasus indeks: Pria berusia 55 tahun,


 4 kasus timbul diantara kontak, termasuk 2 kasus asimtomatik
pada petugas kesehatan.
 1 kasus tambahan pada petugas kesehatan berakhir fatal tapi
tidak dilaporkan adanya riwayat kontak.
Klaster – klaster terbaru yang tercatat

 Riyadh:
 Kasus berumur 53 tahun, menyebar ke 5 orang lainnya,
termasuk 2 petugas kesehatan dengan perjalanan gejala klinis
ringan.
 Klaster kedua: kasus indeks, warga Filipina berumur 41 tahun
menyebar ke 2 petugas kesehatan.
 Pada periode yang sama terdapat 4 kasus tambahan di Riyad
yang timbul secara sporadis.

 Hafr al-Batin: kasus indeks, seorang pria berumur 38


tahun.
 4 anggota keluarga lain berusia antara 7 – 79 juga terinfeksi. 2
kasus tambahan pada anak – anak yang kontak juga terinfeksi.
Kesakitan dan Pengobatan

 Semua kasus mengalami sakit saluran pernapasan


 Mulai: Asimtomatis - Ringan - Pneumonia berat
 Gejala – gejala Atipical menonjol jika pasien punya gangguan
kekebalan tubuh

 Bukti menunjukkan masa inkubasi yang lebih panjang


(sampai 14 hari),

 Konfirmasi diagnosa: metode Biomolekular

 Saat ini tidak ada pengobatan spesifik terhadap virus


ini

 Perawatan umum dapat menyelamatkan pasien


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
 Pengetahuan terbatas mengenai
penyakit dan transmisinya

 Pelaksanaan secara sistematik dan


komprehensif (not just PPE!)

 Kesiapsiagaan sarana pelayanan


kesehatan di masing – masing negara

 Memperhatikan kesehatan kerja


Epidemiologi

 Kebutuhan mendapatkan informasi


yang rinci mengenai karakteristik
demografis, klinis dan outcome dari
kasus

 Terdapat kebutuhan untuk melakukan


investigasi seksama untuk memahami
:
• Sumber virus dan infeksi
• Pajanan yang berhubungan dengan infeksi
• Pola transmisi
Virus pada Kelalawar di
Saudi
Publikasi
 Arab Saudi menemukan suatu kesamaan 100%
dari sekuens 190 nt pada MERS-CoV kasus manusia
pertama dengan kelalawar didekat rumahnya.
 Segmen gen diperoleh dari bagian genome yang diawetkan
(conserved)

 Tapi tidak ada sesuatu yang bisa dijadikan ciri khas sekuens
yang 100% serupa dengan sekuens MERS CoV manusia

 Sejauh ini tidak ada hewan lain yang ditemukan dengan


MERS-CoV, meski ditemukan antibodies pada unta.
EID 2013;19.
Hasil serologi Unta di Mesir
Publikasi
 Ditemukan bahwa > 90% unta – unta di Mesir
memiliki prevalensi antibodi serum yang reaktif
terhadap MERS-CoV

 Unta – unta yang positif tersebut di datangkan


(import) dari Sudan dan negara – negara Afrika timur
lain

 Hewan lain di Mesir (kerbau, sapi, kambing dan


domba), Hong Kong (babi, merpati Eurasian), dan
manusia (Cairo, Nile Delta region, and Hong Kong)
semuanya negatif.

 NB: Study oleh Columbia University menemukan


prevalensi yang rendah pada unta dan kambing tapi
dengan tingkat signifikansi yang tidak pasti
 Komentar: unta memiliki antibodi yang tidak biasa yang menyebabkan hasil – hasil
yang tidak terduga.
Eurosurveillance 2013; 18
Pengetahuan MERS-CoV - Kurang
 Pajanan penyebab infeksi menjadi pertanyaan penting yang belum
terjawab pada,
 Kasus – kasus sporadis menjadi kunci.
 Apakah transmisi langsung atau tidak langsung

 Reservoir hewan? (pertanyaan ini untuk membantu menjawab


pertanyaan pertama )
 Kelalawar? Unta sebagai perantara atau insidental ?
 Virus tidak ditemukan pada unta – dapat disebabkan kesalahan pemeriksaan
• Unta, jika terinfeksi mungkin tidak perlu dilakukan sesuatu mengenai penyebarannya ke manusia

 Kemampuan transmisi menjadi lebih jelas


 Risiko transmisi kepada petugas kesehatan, didalam rumah tangga.

 Distribusi geografis: jika unta terlibat, dimana lagi keberadaan


virus itu?

 Tatalaksana terbaik: plasma konvalesen ? Ribavirin+interferon?

 Peran penyakit penyerta (ko-morbid)?


Risalah kajian
 Pola transmisi masih konsisten tapi peningkatan kasus sporadis
akhir – akhir ini menjadi perhatian
 Kasus – kasus sporadis multipel yang berhubungan dengan besarnya rumah tangga
dan KLB di sarana kesehatan
 data genomik mendukung adanya introduksi multipel dibanding transmisi manusia
kemanusia yang berkesinambungan namun belum definit.
 Kekhawatiran terhadap penyebaran reservoir atau perubahan pajanan: peningkatan
kasus – kasus sporadis, perubahan demografis
 Kasus kasus pada pekerja pendatang menimbulkan
kekhawatiran tentang importasi ke negara yang memiliki
kapasitas deteksi dan respon yang terbatas
 Keperluan mendesak untuk memperbaiki pengendalian infeksi
di sarana pelayanan kesehatan, di rumah
 Termasuk negara – negara dengan jumlah jemaah yang besar dan tenaga kerja yang
besar
 Gap kritikal dalam pengetahuan akan tempat kerja berisiko
 Prioritas tinggi dalam investigasi pajanan yang menyebabkan infeksi
Konteks
HAJI & UMRAH
 Umrah suatu kegiatan sepanjang tahun
 Relative lebih singkat dibanding Ibadah Haji
 Tidak diperlukan ke Medina
 Interaksi dengan penduduk setempat relatif terbatas.
 Puncaknya selama ramadan, dimulai 9 Juli 2013

 Proyeksi Umrah pada 2013


 400,000 jemaah / bulan, meningkat 2 kali lipat pada bulan
Ramadan
 5.5 juta jemaah Umrah dalam 2013

 Ibadah Haji tahun ini diperkirakan mulai


sekitar 8 Oktober
Data Surveilens
HAJI & UMRAH
 Tidak ada laporan, baik dari Arab Saudi maupun negara
anggota lain mengenai kasus pada jemaah selama dan
sesudah Ramadan
 Surveilens terbatas di beberapa negara pengirim jemaah
http://www.ctvnews.ca/health/health-headlines/mers-case-reported-in-spain-1.1531
407

 Hanya pernah sekali dilaporkan terjadi pada jemaah,


yaitu:
 Pria Pakistan, penduduk Inggris, menunaikan ibadah Umrah ke Arab
Saudi pada Januari 2013.
 Terdapat transmisi ke anggota keluarga di Inggris

 Kasus – kasus terbaru yang dilaporkan di Medinah,


berhubungan dengan transmisi manusia ke manusia
termasuk kepada petugas kesehatan
 Transmisi terjadi di Medina sejak akhir Agustus, tapi di Al Taif dan
Jeddah (keduanya dekat Mecca) terjadi pada Juni
Rekomendasi
HAJI & UMRAH

 Juli 2013: “World Health Organization interim travel


advice on MERS-CoV for pilgrimages to the Kingdom of
Saudi Arabia”
 Sebelum ibadah Haji / Umrah: komunikasi risiko terhadap calon jemaah, pejabat –
pejabat kesehatan, petugas kesehatan, dll.
 Selama ibadah Haji / Umrah: saran pencegahan infeksi umum, isolasi dan hindari
kontak
 Setelah ibadah Haji / Umrah: self monitoring, isolasi sukarela jika timbul gejala,
melapor untuk mendapatkan pemeriksaan.
 Meningkatkan kewaspadaan terhadap alat angkut dan di titik – titik persinggahan /
transit.

 Agustus 2013: WER “Requirements and recommendations


for entry visas for the Hajj seasons in 2013”
 Perlu penegasan kembali akan upaya – upaya langkah pencegahan infeksi
 Merekomendasikan penundaan keberangkatan bagi calon jemaah yang berisiko
tinggi.
Surveilens di 6 negara – negara pengirim
jemaah
HAJI & UMRAH
Negara Surveilen khusus MERS Jumlah Surveillance yang sedang berjalan
diperiksa

Bangladesh Tidak Tidak ada / • Sentinel ILI dan SARI :


  tersedia • Pemberian Info tentang sampling, risiko perjalanan,
pelacakan kontak, pelaporan.
• IEDCR diinstruksikan kepada Districts untuk
melaporkan kasus suspek

India Tidak 5 • Event based surveillance


  • Surveilens sentinel ILI and SARI
• Sensitisasi staf di points of entry

Indonesia Ya 4 jemaah umrah • Pelaporan kejadian secara berkala mengenai kasus


  SARI/pneumonia dan AI
16 jemaah haji • Monitoring di PoE
• Memadukan pertemuan / pelatihan mengenai MERS-
CoV dan H7N9
• Health Alert Cards, banners di 16 priority PoEs.

Philippines • Thermal scanning. 10 • Dinas Kesehatan Kabupaten (DOH) memonitor kasus –


• Inspeksi oleh petugas Quarantine kasus suspek MERS-CoV melalui petugas – petugas
• Pemeriksaan lab dan admission jika surveilens penyakit secara regional.
diperlukan. • A Department Memorandum has been released for
• Karantina rumah / sukarela dissemination to regions.
• Info kepada penumpang / awak di POE.
Nigeria Tidak ada jawaban

Pakistan Tidak ada jawaban


Risalah
HAJI & UMRAH
 Alasan untuk optimis sehubungan dengan ibadah Haji
 Tidak ada kasus terbaru diantara jemaah
 Mungkin berbeda pajanan
 Klaster manusia – manusia cenderung berkurang

 Kekhawatiran timbulnya ledakan transmisi di area


ibadah
 Ibadah Haji lebih intens dibanding Umrah: lebih lama, lebih banyak bergerak,
konsentrasi manusia lebih tinggi.
 Jika terinfeksi, kemungkinan banyak yang kembali kerumah sebelum timbul
gejala.
 Dinegara asal ada kemungkinan terdapat keterbatasan surveilens dan
infrastruktur kesehatan.

 Kekhawatiran juga menyangkut kesiapsiagaan dari


negara – negara asal jemaah
 Pelaksanaan surveilens sudah dilakukan secara bertahap namun masih
lambat dalam melakukan langkah – langkah untuk pemeriksaan.
Kegiatan yang dilakukan sebelum
Ibadah Haji / Umrah (1)
HAJI & UMRAH
 Negara – negara harus memberikan saran kepada
calon jemaah bahwa kondisi kesehatan tertentu
(penyakit – penyakit kronis) dapat meningkatkan
kemungkinan terinfeksi MERS- CoV selama melakukan
ibadah.
o Jemaah harus berkonsultasi dengan petugas kesehatan sebelum
keberangkatan.

 Negara – negara harus menyediakan informasi kepada


calon jemaah dan agen perjalanan haji / umroh
tentang kewaspadaan kesehatan dalam perjalanan
yang secara umum akan menurunkan risiko infeksi
(mencuci tangan, hindari kontak hewan, dll)
Kegiatan yang dilakukan sebelum
Ibadah Haji / Umrah (2)
HAJI & UMRAH
 Nasehat perjalanan harus tersedia kepada semua calon
jemaah baik Haji maupun Umrah, agen perjalanan atau
tempat – tempat keberangkatan di Bandara.

 Pedoman WHO saat ini dan juga Nasional tentang


surveilen, langkah pencegahan dan pengendalian
infeksi, dan tatalaksana klinis MERS-CoV harus
didistribusikan kepada sektor kesehatan.

 Negara – negara harus menjamin bahwa terdapat


pelayanan laboratorium yang memadai untuk
pemeriksaan MERS-CoV termasuk mekanisme
rujukannya.

 Petugas kesehatan pendamping jemaah harus


terupdate mengenai informasi dan pedoman terbaru
tentang MERS-CoV
Kegiatan yang dilakukan selama
HAJI & ibadah Umrah atau Haji
UMRAH
Jemaah yang mengalami sakit saluran pernapasan
dengan emam dan batuk (cukup berat sehingga
mengganggu aktifitas harian) sebaiknya disarankan
untuk:
o Meminimalisir kontak dengan orang lain untuk menjaga agar
tidak menularkan.
o Menutup mulut dan hidung menggunakan tissue ketika batuk
atau bersin dan membuangnya kedalam tempat sampah
atau jika hal ini tidak memungkinkan maka batuk atau bersin
dilakukan kelengan baju atas (bukan ke tangan).
o Melapor ke petugas kesehatan pendamping atau petugas
kesehatan setempat.
Kegiatan setelah ibadah Haji atau
Umrah
HAJI & UMRAH
 Jemaah yang kembali dari Haji atau Umrah, diberi saran, jika
mereka mengalami sakit saluran napas akut dengan deman
dan batuk (berat sehingga menggangu kegiatan sehari – hari)
pada periode 2 minggu setelah kembali agar segera mencari
pengobatan dan segera melapor kepada otoritas kesehatan
setempat.

 Mereka yang memiliki kontak erat dengan jemaah atau


pelancong yang sakit saluran napas dengan demam dan batuk
(berat sehingga menggangu kegiatannya sehari – hari), dan
mengalami sakit serupa, disarankan untuk melapor kepada
otoritas kesehatan setempat untuk dipantau kemungkinan
terjangkit MERS-CoV.

 Dokter dan sarana pelayanan kesehatan harus mewaspadai


kemungkinan infeksi MERS-CoV pada jemaah yang kembali
dengan sakit saluran pernapasan
• Pemeriksaan laboratorium,
• Melaksanakan langkah – langkah pencegahan dan pengendalian infeksi.
Langkah – langkah di lintas batas
dan terhadap alat angkut
HAJI & UMRAH
 WHO tidak merekomendasikan penerapan pembatasan perjalanan
atau perdagangan atau skrining masuk.

 WHO mendorong negara – negara untuk meningkatkan


 kewaspadaan terhadap perjalanan ibadah Haji / Umrah guna mengurangi risiko infeksi MERS-CoV diantara
jemaah dan mereka yang berhubungan dengan perjalanan tersebut termasuk operator alat angkut dan
petugas darat, dan
 Kesadaran untuk melaporkan diri bila jemaah sakit.

 Seperti diminta dalam IHR, negara – negara harus menjamin bahwa


upaya – upaya rutin dijalankan untuk membuat penilaian terhadap
jemaah – jemaah yang terdeteksi sakit di atas alat angkut (seperti
pesawat atau kapal laut) dan di titik – titik masuk, demikian juga
langkah – langkah yang aman dalam mengangkut jemaah sakit ke RS
atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk guna mendapat
pengobatan.

 Jika jemaah / pelancong sakit diatas pesawat, maka gunakan form


lokasi penumpang.
Data pada pengumpulan Spesimen

 Paling tidak dilaporkan: satu (1) kasus dengan


hasil pemeriksaan spesimen nasofaring negatif
dan positif untuk spesimen saluran napas bawah.

 Pasien – pasien MERS-CoV Perancis:


 Kasus Indeks
• Sputum yang diambil pada hari ke 3 positif
• Swab nasofaring yang diambil pada hari ke 7 negatif
• Virus dideteksi dari sampel saluran napas bawah sampai hari ke 30.

 Pasien kedua
• Swab hidung yang diambil pada hari 1: “positif ringan”.
• Sputum pada hari ke 3: positif kuat
• Swab hidung pada hari ke 3: tidak meyakinkan (“inconclusive”)
• Virus dideteksi di saluran napas bawah sampai hari ke 26.

 Dua (2) kasus probabel, hasil swab hidung: negatif


 Spesimen saluran napas bawah: tidak diambil.
 Namun, terdapat hubungan epidemiologis yang kuat dengan kasus konfirmasi MERS-
CoV dan gambaran klinis kompatibel dengan MERS-CoV.
Dukungan dari WHO Indonesia

 Technical assistance kepada stakeholder relevanThanks to

 Surveilens
 Disseminasi dan distribusi guidelines
 Sosialisasi guidelines
 Event based surveillance, surveilens RS , etc
 M & E kesiapsiagaan di POEs, dukungan logistics dan HAC

 Surveilens berbasis Laboratorium – kapasitas diagnostik dan


Logistik

 Tatalaksana kasus dan dan Pencegahan & Pengendalian Infeksi


 Sosialisasi dan pelatihan guidelines/tatalaksana kasus
 M& E kesiapsiagaan dan pelatihan

 Komunikasi Risiko
 Pembuatan materi KIE, printing dan sosialisasi dan disseminasi
Pernyataan WHO pada pertemuan kedua
Komite Emergensi IHR terhadap MERS-CoV

“It is the unanimous decision of the Committee - Public


Health Emergency of International Concern (PHEIC) have not
at present been met.”

Pertemuan ketiga Komite Emergensi terhadap MERS-CoV


dilaksanakan pada 25 September
Technical Advice – Komite IHR
Sementara belum ditetapkan sebagai PHEIC, anggota komite
emergensi menegaskan pentingnya:
 Penguatan surveilens, terutama di negara – negara yang
jemaahnya melakukan ibadah Umrah dan Haji

 Melanjutkan peningkatan kewaspadaan dan komunikasi risiko


terhadap MERS-CoV, termasuk dengan jemaah.

 Mendukung negara – negara yang rentan terutama di Sub-


Saharan Africa;

 Meningkatkan kapasitas pemeriksaan diagnostik yang relevan.

 Melanjutkan kerja penyelidikan termasuk mengidentifikasi


sumber virus dan pajanan yang relevan melalui studi kasus-
kontrol dan riset lainnya.

 Sharing informasi yang cepat mengikuti International Health


Regulations (2005) dan koordinasi aktid yang sedang berjalan
dengan WHO.
WHO guidelines dan Rekomendasi

 Definisi kasus (revised) – 3 Juli 2013


http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/case_definition/e
n/index.html

 Travel Advice to Pilgrimage – 25 Juli 2013


http://www.who.int/ith/updates/20130725/en/index.html
 Laboratory Testing – Sept 2013
http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/LaboratoryTestin
gNovelCoronavirus_21Dec12.pdf

 Interim Surveillance recommendations – 27 Juli 2013


http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/InterimRevisedS
urveillanceRecommendations_nCoVinfection_27Jun13.pdf
 Infection Prevention and Control – 6 Mei 2013
http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/IPCnCoVguidance
_06May13.pdf
 Rapid advice note on home care – 8 Agust 2013
http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/MERS_home_car
e.pdf

 WHO guidelines for investigation of cases – 5 Juli 2013


http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/MERS_CoV_inves
tigation_guideline_Jul13.pdf
Ringkasan kajian I
 Kasus – kasus baru MERS-CoV terus timbul di Timur
Tengah

 Di Arab Saudi, MERS-CoV mulai menyebar ke Propinsi


di wilayah barat
 Implikasi bagi jemaah Haji

 Analisis epidemiologis awal menunjukkan


 Beratnya penyakit pada kasus berumur tua (> 50 tahun) vs.
kasus lebih muda (≤ 50 tahun)
 Kasus – kasus Indeks kebanyakan adalah pria dan lebih berat
dibanding kasus – kasus sekunder.
 Diperlukan informasi tambahan mengenai kondisi ko-morbid
diantara pasien – pasien untuk menentukan hubungan antara
kondisi ko-morbid dengan suseptibilitas dan beratnya penyakit.
Ringkasan kajian II
 Deteksi dan pelaporan mengenai pasien – pasien
wanita dan yang lebih muda serta pasien dengan
gejala – gejala ringan atau tanpa gejala, meningkat
 Gambaran klinis yang lebih ringan pada kasus sekunder,
mungkin suatu artefak namun menunjukkan CFR lebih rendah
daripada yang diketahui.
 Mungkin tidak semua kasus mengalami gejala – gejala klinis tapi
diperlukan informasi tambahan mengenai konfirmasi
pemeriksaan laboratorium.
 Kekhawatiran muncul tentang transmisi manusia – manusia yang
berkelanjutan.
Pentingnya pelacakan kontak
Penekanan perlunya melakukan identifikasi kasus indeks dan
pajanan non-manusianya.
Implikasi pengendalian infeksi tetap belum diketahui
Middle East Respiratory Syndrome Corona
virus (MERS-CoV)

General update

9 May 2014
Middle East respiratory syndrome
coronavirus (MERS‐CoV) summary
and literature update–as of 9 May 2014

 Since April 2012, 536 laboratory‐confirmed cases of human infection


with Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS ‐CoV) have
been reported to WHO, including 145 deaths (Figure 1). To date, the
affected countries in the Middle East include Jordan, Kuwait, Oman,
Qatar, Saudi Arabia (KSA), United Arab Emirates (UAE) and Yemen; in
Africa: Egypt and Tunisia; in Europe: France, Germany, Greece, Italy
and the United Kingdom; in Asia: Malaysia and Philippines; and in
North America: the United States of America (USA). All of the cases
recently reported outside the Middle East (Egypt, Greece, Malaysia,
the Philippines and the USA) recently travelled from countries inside
 of the Middle East (KSA or UAE). Overall, 65.6% of cases are male
and the median age is 49 years old
 (range 9 months‐94 years old).
Figure
Figure 1.
1. Location
Location of
of the
the laboratory
laboratory‐‐confirmed
confirmed cases
cases of
of MERS
MERS‐‐CoV
CoV infection
infection by
by country
country of
of
presumed
presumed exposure,
exposure, March
March 2012
2012‐‐8
8 May
May 2014
2014
(MERS‐CoV)
summary and literature update–as of 9
May 2014
 Since the last update of 27 March 2014, 330 laboratory‐confirmed cases, including 59

deaths, were reported to WHO. These include 290 cases infected in KSA, 37 cases

from UAE, 1 case from Yemen and 2 cases from Jordan. These include one case each

from Egypt, Greece, Jordan, Malaysia, USA and the Philippines who were infected in

the Middle East. No further transmission has been documented so far from the recent

exported cases.

 The number of laboratory‐confirmed MERS‐CoV cases reported to WHO has sharply

increased since mid‐March 2014, essentially in KSA and UAE, where important

healthcare‐associated outbreaks are occurring (Figure 2). The number of cases who

acquired the infection presumably from non‐human sources has also increased since

mid‐March (shown as primary cases in Figure 3). These cases have not reported

contacts with other laboratory‐confirmed cases, and some have reported contacts

with animals, including camels. Although camels are suspected to be the primary

source of infection for humans, the routes of direct or indirect transmission remain

unknown and investigations are ongoing.


Figure
Figure 2.
2. Epidemic
Epidemic curve
curve of
of 536
536 laboratory
laboratory‐‐confirmed
confirmed cases
cases MERS
MERS‐‐CoV
CoV cases
cases by
by outcome
outcome (as
(as of
of
8
8 May
May 2014)
2014)
 Figure
 Figure 3.
3. Epidemic
Epidemic Curve
Curve ofof 536
536 laboratory
laboratory‐‐confirmed
confirmed MERS
MERS‐‐CoV
CoV
patients
patients by
by case
case type
type (primary
(primary vs
vs secondary;
secondary; as
as of
of 8
8 May
May 2014)
2014)
(MERS‐CoV)
summary and literature update
–as of 9 May 2014
 Saudi Arabia cases
 Since WHO’s last summary update on 27 March 2014, Saudi
Arabia has reported 290 cases from Jeddah, Mecca, Riyadh,
Tabuk, Madinah, and Najran. WHO is currently working with
the Ministry of Health of Saudi Arabia to understand the
upsurge in cases.

 Jeddah, Saudi Arabia, Hospital Outbreak

 In late April, health authorities in KSA invited WHO to send a


risk‐assessment mission to review the current situation
related to the upsurge in cases in Jeddah. The WHO mission
took place 28 April– 5 May 2014.
(MERS
(MERS‐‐CoV)
CoV)
summary
summary and
and literature
literature update
update
–as
–as of
of 9
9 May
May 2014
2014

 The mission team, working with local authorities, analysed 128

laboratory‐confirmed cases who had symptom onset between 17

February and 26 April 2014 and who were treated in 14 hospitals in

Jeddah. Most hospitals treated 1 ‐2 patients; however, one hospital

reported 45 cases during this time period. Approximately one ‐third

of these Jeddah cases are considered to be primary cases, although

investigations are currently ongoing to determine whether these

patients had contact with another confirmed case (these cases are

not reflected as primary cases [in blue] in Figure 3 as investigations

are ongoing). More than 60% of the 128 cases are presumed to

have acquired infection in a hospital setting, including 39 health

care workers.
(MERS
(MERS‐‐CoV)
CoV)
summary
summary and
and literature
literature update
update
–as
–as of
of 9
9 May
May 2014
2014

 The majority of the 128 Jeddah cases were male and the

median age was 48.5 years. The health care workers who

tested positive for MERS CoV were more likely to be

younger, female, and exhibit mild or no symptoms when

compared with primary cases. However, 15% of the health

care workers who tested positive presented with severe

disease (resulting in admission to an intensive care unit) or

died. Household contacts of infected cases were screened

for MERS‐CoV and seven of 554 household contacts were

PCR positive for MERS‐CoV (secondary attack rate=1.3%).


(MERS
(MERS‐‐CoV)
CoV)
summary
summary and
and literature
literature update
update
–as
–as of
of 9
9 May
May 2014
2014

 An additional 35 cases have been reported to WHO from Mecca and this
outbreak is still ongoing.

 More details of the WHO Mission to KSA can be found here:


 http://www.emro.who.int/media/news/mers‐cov‐mission‐saudi‐
arabia.html

 Outside Jeddah and Mecca, Saudi Arabia


 Since mid‐March, KSA reported 127 cases from outside Jeddah and
Mecca, including 86 cases from Riyadh, 10 cases from Tabuk, 15 cases
from Medina, 3 cases in Najran and 13 cases without a location
specified.
  
 Among these 127 cases, 26 were reported as health care workers. The
10 cases reported from Tabuk involve one hospital and seven health
care workers. Among the 76 cases reported from Riyadh, 15 were
health care workers. One health care worker was also reported from
Medina.
 Three health care workers did not have a location specified.
Investigations into all of these cases are currently ongoing.
(MERS‐CoV)
summary and literature update
–as of 9 May 2014
 UAE hospital outbreak

 Since the last summary update, 37 laboratory confirmed cases of MERS ‐CoV have been

reported from UAE. All have been reported from Abu Dhabi Emirate; 70.3% are male and

the median age of cases is 41 (range 4 ‐73) years. More than two ‐thirds were health care

workers (including ambulance staff). Only one experienced severe disease; the rest were

reported mild or no symptoms.

 Twenty‐eight cases were identified in a hospital cluster in Al Ain City in the Emirate of Abu

Dhabi. The first case reported in this cluster was a 45 ‐year ‐old male shopkeeper who died

in UAE on 10

 April 2014. He had no recent travel history or contact with animals, and the source of his

infection is currently unknown. Contact tracing identified an additional 27 cases who were

health care workers and social contacts residing in UAE. Iit is unclear whether

transmission occurred from the index case or from non ‐human sources. Investigations in

UAE are ongoing. One of those contacts, a male

 nurse, travelled to the Philippines on 15 April 2014. Contact tracing on his flights and in

the Philippines identified no additional cases.


(MERS
(MERS‐‐CoV)
CoV)
summary
summary and
and literature
literature update
update
–as
–as of
of 9
9 May
May 2014
2014

 The remaining five cases include two sporadic cases, one 2 ‐person family (mother and

daughter) cluster and a non ‐related four ‐year old child who tested positive. The mother of

the four‐year‐old child had recently performed Umrah in Saudi Arabia, but was never

tested for MERS‐CoV.

 An additional four cases were reported from Abu Dhabi on 8 May 2014, but it is unclear

whether these are linked with the Al Ain City cluster.

 Newly affected country: Yemen

 Yemen reported its first laboratory ‐confirmed MERS ‐CoV case on 15 April 2014. The case

was a 44‐

 year‐old male residing in Shibam, Yemen. He developed symptoms on 17 March 2014 and

died on

 31 March. Preliminary investigations found that the case had no contact with other MERS ‐

CoV cases and no recent history of travel outside of Yemen, but had made weekly visits to

a camel farm where he reported drinking fresh camel milk. No additional cases were

identified during contact tracing.


(MERS
(MERS‐‐CoV)
CoV)
summary
summary and
and literature
literature update–as
update–as of
of 9
9 May
May 2014
2014

 WHO MERS‐CoV related activities and upcoming guidance

 · WHO will convene a meeting of laboratory experts in June in Lyon, France, to finalize

updated recommendations on laboratory testing for MERS‐CoV. The recommendations will

take into account the latest information on serological testing which will become more

important as the number of asymptomatic and mildly ill cases increases.

 · On 28 April 2014, WHO published guidelines for Infection prevention and control of

epidemic‐ and pandemic prone acute respiratory infections in health care. These updated

guidelines are fully applicable to MERS‐CoV and were developed following the process

established in the WHO handbook for guideline development, 2010. This involved the active

participation of a WHO Steering Group and members of the Global Infection Prevention and

Control Network (GIPCN). The resulting recommendations were peer reviewed by internal

and external experts and can be

 found here: http://www.who.int/csr/bioriskreduction/infection_control/publication/en/

 · WHO has updated Frequently Asked Questions on MERS‐CoV:

 http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/faq/en/
(MERS
(MERS‐‐CoV)
CoV)
summary
summary and
and literature
literature update
update
–as
–as of
of 9
9 May
May 2014
2014

 WHO MERS‐CoV advise

 Enhancing infection prevention and control awareness and implementation measures is

critical to prevent the possible spread of MERS ‐CoV in health care facilities. Health care

facilities that provide care for patients suspected or confirmed to be infected with MERS‐

CoV infection should take appropriate measures to decrease the risk of transmission of

the virus from an infected patient to other patients, health care workers and visitors. It is

not always possible to identify patients with MERS ‐CoV early because some have mild or

unusual symptoms. For this reason, it is important that health care workers apply

standard precautions consistently with all patients, regardless of their diagnosis, in all

work practices all the time.

 Droplet precautions should be added to the standard precautions when providing care to

any patient with symptoms of acute respiratory infection. Contact precautions and eye

protection should be added when caring for probable or confirmed cases of MERS ‐CoV

infection. Airborne precautions should be applied when performing aerosol ‐generating

procedures.
(MERS
(MERS‐‐CoV)
CoV)
summary
summary and
and literature
literature update
update
–as
–as of
of 9
9 May
May 2014
2014

 Until more is understood about MERS, people at high risk of severe disease

(those with diabetes, renal failure, chronic lung disease, and

immunocompromised persons), should take precautions when visiting

farms and markets where camels are present. These precautions include:

avoiding contact with camels; not drinking raw camel milk or camel urine;

and not eating meat that has not been thoroughly cooked.

 Camel farm and slaughterhouse workers should practice good personal and

hand hygiene, with frequent hand washing after touching animals, facial

protection where feasible and the wearing of protective clothing, which

should be removed after work and washed daily. Workers should also avoid

exposing family members to soiled work clothing, shoes, or other items that

may have come into contact with camels or camel excretions. Sick animals

should never be slaughtered for consumption; in cases where a particular

animal has been tested and confirmed positive for MERS ‐ CoV, people should

avoid direct contact with such animals.


(MERS
(MERS‐‐CoV)
CoV)
summary
summary and
and literature
literature update
update
–as
–as of
of 9
9 May
May 2014
2014

 Countries outside the affected region should maintain a high level of

vigilance, especially those with large numbers of travellers or guest

workers returning from the Middle East. Surveillance should

continue to be enhanced in these countries according to WHO

guidelines, along with infection control procedures in health care

facilities. WHO continues to request that Member States report all

confirmed and probable cases along with information about their

exposures, testing, and clinical course to inform the most effective

international preparedness and response.

 WHO does not advise special screening at points of entry with

regard to this event nor does it currently recommend the application

of any travel or trade restrictions.


Situasi di Jawa Barat

Seperti kita ketahui bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan bagian dari
34 provinsi di Republik Indonesia, Jawa Barat mempunyai penduduk
46,5 juta jiwa (±19% dari penduduk Indonesia) kepadatan penduduk
1.253 jiwa/KM2 (Kota Bandung dan Cimahi 13—15 ribu/KM2), DKI
Jakarta ±18.000 jiwa/ KM2, sedangkan nasional 124 jiwa/ KM2

Jabar mempunyai 27 kabupaten/kota, 558 kecamatan, 5891


desa/kelurahan, 1.050 Puksesmas, 1577 Pustu, 50.541 Pos Yandu, 336
Puskesmas PONED, 263 RSU swasta dan pemerintah.
Sebaran suspek MERS CoV
di Jawa Barat 2014

Kab/kota Kasus %
Kt. Bandung 6 46
Bandung Barat 2 15
Kt. Cimahi 2 15
Purwakarta 1 8
Kab. Bandung 2 15

Jumlah 13

Julah Kasus 13 tanpa kematian (CFR=0%)


Kab/kota asal
Sebaran suspek MERS CoV
di Jawa Barat 2014
No. Asal Kasus %

1 Umroh 13 100

2 Haji (ONH) 0 0

3 Tourist 0 0

Jumlah 13 13
Alur informasi, pengendalian
dan rujukan kasus

Masyarakat KKP KBIH

Diskes
Puskesmas
Kab/Kota

Rumah Diskes
Sakit Provinsi
Populasi Jemaah Haji Indonesia-
2013
Jenis Jemaah Nasional Jabar %
Jemaah ONH 168.800 29.874 18%
Jemaah Umroh 500.000 40.000 8%
Kelompok umur >50 - 14.784 49,5%
th Jemaah Haji Jabar
Pendidikan Jemaah - 21.260 71,2%
Haji Jabar SMU
kebawah
- 10.634 35,6%
Pendidikan Jemaah
Haji Jabar tingkat SD
Rumah Sakit tersedia isolasi untuk
Merawat pasien MERS COV
No Nama Rumah Sakit
(SK Kemenkes 414/2007)

1. RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung


2. RS Paru Rotinsulu Bandung
3. RSUD Samsudin Kt. Sukabumi
4. RSUD Slamet Garut
5. RSUD Gn. Jati Kota Cirebon
6. RSUD Indramayu
7. RSUD Subang
Contact Person Dinkes Prov Jabar berkenaan
MERS COV

1. dalkitjabar@yahoo.com
2. p3matra@yahoo.com
3. dr. Megi Virgiabanon (08122092783)
4. dr. Hadri Pramono, MARS (google+hadri pramono)
5. Widyawati, SKM., M.Kes (08164200464)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai