Anda di halaman 1dari 26

Obat-obat Diabetes

Oleh
dr.Fitri Septianingsih
Divisi Farmakologi FK UNMAL
Obat
Antidiabetik

Insulin

Obat
Hipoglikemi
Oral
OHO/A
DO
Gol.Pengham
bat Enzim   α-
Glikosidase

Gol.
Gol.Tiazol
Sulfonilure
idinedion a

Gol. Gol.Me
Biguanid glitinid
Gol. Sulfonilurea
• Generasi 1 terdiri dari tolbutamid, tolazamid,
asetoheksimid dan klorpropamid.
• Generasi 2 yang potensi hipoglikemik lebih
besar antara lain adalah gliburid, glipizid
gliklazid dan glimepirid.
• Mekanisme Kerja: Sering disebut insulin
secretagogues, merangsang sekresi insulin dari
granul-granul sel beta langerhans pancreas.
Generasi 1

Mula kerja: cepat

tolbutamid masa paruhnya sekitar 4-7 jam



Dalam darah 96 % terikat protein plasma dan di hepar diubah menjadi karboksitolbutamid.

Ekskresinya melalui ginjal.


absorbsinya lebih lambat dari yang lain.

tolazamid Efeknya dalam glukosa darah belum nyata untuk beberapa jam setelah

obat diberikan.

Masa paruh sekitar 7 jam.


masa paruhnya lebih panjang, sekitar 4-5 jam, sama dengan tolbutamid dan

asetoheksimid ●


tolazamid.
Sebaiknya sediaan ini diberikan dalam dosis terbagi.
Sekitar 10 % metabolitnya dieksresi melalui empedu dan keluar bersama tinja


dalam darah terikat albumin,

Klorpropamid masa paruhnya panjang, 24-48 jam.



Efeknya masih terlihat beberapa hari setelah obat dihentikan.

Metabolismenya di hepar tidak lengkap, 20 % diekskresi utuh di urin.
Generasi 2

potensi 200x lebih besar dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam.

gliburid

Metabolismenya di hepar.

Pada pemberian dosis tunggal hanya 25 % metabolitnya diekskresi melalui urin, sisanya melalui empedu.

Karena semua sulfonylurea dimetabolisme di hepar dan diekskresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh
diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.


absorbsinya lengkap, masa paruh 3-4 jam.

glipizid

Dalam darah 98% terikat protein plasma, potensinya 100x lebih kuat dari tolbutamid, tetapi
efek hipoglikemik maksimalnya mirip dengan sulfonylurea lain.

Metabolismenya di hepar menjadi metabolit tidak aktif, 10 % diekskresi melalui ginjal
dalam keadaan utuh


Umumnya potensi hipoglikemiknya 100x lebih besar dari generasi I.

Gliklazid Meski masa paruhnya pendek, yaitu 3-5 jam, efek hipoglikemiknya

berlangsung 12-24 jam.



Cukup diberikan 1x sehari.

glimepirid
ESO
• Insidens efek samping generasi I adalah 4 %
dan lebih rendah lagi untuk genarasi II.
• Hipoglikemi sampai koma
• Efek samping lain yaitu mual, muntah, diare,
gejala hematologic, ssp, mata, dsb.
• Gejala ssp berupa vertigo, bingung, ataksia,
dsb. Gejala hematologic seperti leucopenia,
agranulositosis.
Indikasi
• Pada umumnya hasil yang baik diperoleh pada
pasien yang diabetesnya mulai timbul pada
usia diatas 40 tahun.
• Selama terapi pemeriksaan fisik dan
laboratorium harus dilakukan secara teratur.
Interaksi
• Obat yang dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia saat penggunaan sulfonylurea
adalah insulin, alcohol, fenformin,
kloramfenikol, anabolic steroid, fenfluramin
dan klofibrat.
• Propanolol dan β bloker lainnya menghambat
reaksi takikardi, berkeringat dan tremor pada
hipoglikemia oleh berbagai sebab
Gol. Meglitinid
• Mekanisme kerjanya merangsang insulin dengan menutup kanal K yang
ATP-independent di sel β pancreas.
• Repaglinide merupakan jenis pertama dari golongan ini. Onsetnya sangat
cepat kira-kira 1 jam setelah dimakan tetapi durasi obatnya 5-8 jam. Oleh
karena itu baik untuk pengendalian gula postprandial. Di metabolisme di
hati oleh CYP3A4. dosis anjuran 0,25-4 mg maksimal 16 mg. Dapat
digunakan monoterapi atau kombinasi dengan biguanides.
• Nateglinide merupakan golongan terbaru, mekanisme dengan stimulasi
cepat dan transit pengeluaran insulin dari sel B dengan menutup channel
ATP-sensitif K+. Baik untuk pengaturan gula darah postprandial tetapi
kurang untuk gula darah malam dan puasa. Obat ini diserap 20 menit
setelah makan dan puncak dalam 1 jam dimetabolisme dihati oleh CYP2C9
dan CYP3A4 dengan waktu paruh 1.5 jam. Sangat aman pada penderita
gagal ginjal.
Gol. Biguanid
• yaitu fenformin, buformin dan metformin,
tetapi fenformin telah ditarik dari peredaran
karena sering menyebabkan asidosis laktat.
Sekarang yang banyak digunakan adalah
metformin
Mekanisme Kerja
• Biguanid merupakan obat antihiperglikemik, tidak menyebabkan
rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan
hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa di hepar dan
meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin.
Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel (AMP-activated
protein kinase).
• Biguanid tidak merangsang atau menghambat perubahan glukosa
menjadi lemak.
• Metformin oral akan diabsorbsi di intestine, dalam darah tidak terikat
protein plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa
paruhnya sekitar 2 jam.
• Dosis awal 2x 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan adalah 3x 500
mg, dosis maksimal adalah 2,5 g. Obat diminum pada waktu makan.
ESO
• 20% pasien mengalami mual, muntah, diare,
serta metallic taste
• Pada pesien dengan gangguan fungsi ginjal
atau system kardiovaskular, pemberian
biguanid akan menimbulkan peningkatan
kadar asam laktat dalam darah, sehingga hal
ini dapat mengganggu keseimbangan elektrolit
dalam cairan tubuh.
Indikasi
• Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan
fungsi insulin endogen, dan digunakan pada
terapi diabetes dewasa. Dosis metformin
adalah 1-3 g sehari dibagi dalam dua atau 3x
pemberian.
KI
• kehamilan, penyakit hepar berat, penyakit ginjal
dengan uremia dan penyakit jantung kangestif serta
penyakit paru dengan hipoksia kronik.
• Pada pasien yang akan diberi zat kontras intravena
atau yang akan dioperasi, pemberian obat ini
sebaiknya dihentikan dahulu. Setelah lebih dari 48
jam, biguanid baru boleh diberikan dengan catatan
fungsi ginjal harus tetap normal. Hal ini untuk
mencegah terbentuknya laktat yang berlebihan dan
dapat berakhir fatal akibat asidosis laktat.
Golongan Tiazolidinedion
• Mekanisme Kerja dan Efek Metaboliknya
• Tiazolidinedion bekerja mengurangi resistensi insulin.
• Glitazon menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan
asam lemak bebas di plasma dan remodeling jaringan
adipose.
• Pioglitazon dan rosiglitazon dapat menurunkan HbA1c (1-1.5
%) dan berkecenderungan meningkatkan HDL, sedang
efeknya pada trigliserida dan LDL bervariasi.
• Pada pemberian oral absorbs tidak dipengaruhi oleh
makanan, berlangsung sekitar 2 jam. Metabolismenya di
hepar oleh sitokrom P-450.
• Ekskresinya melalui ginjal, keduanya dapat
diberikan pada insufisiensi renal, tetapi
kontraindikasi pada gangguan fungsi hepar.
• Glitazon digunakan untuk DM tipe 2 yang
tidak berespon terhadap diat dan latihan fisik,
sebagai monoterapi atau ditambahkan pada
mereka yang tidak member respon pada obat
hipoglikemik lain (sulfonylurea, metformin)
atau insulin.
• Dosis awal rosiglitazon 4 mg, bila dalam 3-4 minggu control
hasil belum adekuat, dosis ditingkatkan 8 mg/hari, sedangkan
pioglitazon dosis awal 15-30 mg bila hasil belum adekuat, dosis
dapat ditingkatkan sampai 45 mg. Efek klinis maksimalnya
tercapai setelah penggunaan 6-12 minggu.
• Efek samping antara lain, peningkatan berat badan, edema,
menambah volume plasma dan memperburuk gagal jantung
kongestif. Edema sering terjadi pada pengguanaannya bersama
insulin. Selain penyakit hepar, penggunaannya tidak dianjurkan
pada gagal jantung kelas 3 dan 4 menurut kliasifikasi New York
Heart Association. Hipoglikemia pada penggunaan monoterapi
jarang terjadi.
Penghambat Enzim α-Glikosidase
• Obat golongan ini dapat memperlambat absorpsi
polisakarida, dekstrin dan disakarida di intestin.
Sehingga dapat mencegah peningkatan glukosa
plasma pada orang normal dan pasien DM.
• Tidak menyebabkan efek samping hipoglikemia.
• Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada
DM usia lanjut atau DM yang glukosa
postprandialnya sangat tinggi. Diklinik sering
digunakan bersama antidiabetik oral lain dan/atau
insulin.
PENANGANAN DIABETES MELLITUS

• Diet atau pengaturan konsumsi makanan dilakukan dengan cara


penyesuaian kebutuhan kalori dengan kelainan metabolic, umur, berat
badan, tinggi badan dan aktifitas tubuh

• Makanan yang harus dihindari dalam diet DM ini adalah gula murni dan
makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir, gula jawa,
dodol, coklat, madu, sirup, soda, susu kental manis, es krim, kue kue
manis, kek, buah dalam kaleng, dendeng, abon, kecap manis dll.
diabetes tipe 1
• pengobatan therapi
insulin (Lantus/Levemir,
Humalog, Novolog atau
Apidra) yang
berkesinambungan,
• berolahraga secukupnya
serta melakukan
pengontrolan menu
makanan (diet).
diabetes tipe 2
• gaya hidup dan aktivitas fisik yang sehat
• Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah
• mengurangi berat badan, diet, dan
berolahraga.
 Jika hal ini tidak mencapai hasil yang
diharapkan, maka pemberian obat tablet
 pemberian suntikan insulin bila tablet tidak
mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

Anda mungkin juga menyukai