Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

Demam Tifoid

Pembimbing :

Oleh :
Anissa Resprita Wicaksani

DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS PADA PROGRAM DOKTER


INTERNSHIP INDONESIA PEIODE II TAHUN 2020
RSUD LEUWILIANG
AGUSTUS 2020
Identitas pasien Pasien

• Nama : Ny.S

• Umur : 42 thn

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Agama : Islam

• Alamat: Leuwiliang

• Tanggal Masuk Ruangan :

• Tanggal Keluar :
• Bangsal : Teratai 1 : Teratai 1
Datang ke Rumah Sakit pada tanggal : pukul 14.30 WIB
Anamnesis dilakukan secara : Alloanamnesis pada tanggal 8 Juni 2016 di Bangsal Teratai 1
RSUD leuwiliang

Keluhan Utama :
Demam
Keluhan Tambahan :
Sakit kepala, mual, muntah, nafsu
makan berkurang

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD Leuwiliang dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS.
Demam timbul secara perlahan-lahan, dirasakan tinggi pada sore dan malam hari. Pasien
mengeluh adanya keluhan sakit kepala terutama dibagian depan. Pasien mengaku ada
keluhan mual dan muntah sebanyak 2 kali sehari berisi makanan dan minuman yang
dimakannya, yang lama kelamaan berupa cairan warna kuning. Pasien juga mengaku nafsu
makan menjadi menurun, badan terasa lemas dan pegal-pegal. Pasien mengeluh seluruh
perut terasa nyeri. Menurut pasien, kurang lebih seminggu sebelum timbul gejala, pasien
makan karedok yang dibeli dipinggir jalan, tidak jauh dari rumahnya.
Riwayat pengobatan

• Pasien mengkonsumsi obat paracetamol

Riwayat penyakit dahulu

• Belum pernah menderita penyakit serupa sebelumnya.

• Tidak ada riwayat alergi maupun riwayat asma sebelumnya.


Riwayat Penyakit Keluarga

• Belum pernah ada keluarga yang menderita penyakit serupa


sebelumnya

• Tidak riwayat alergi dalam keluarga eluarga.

• Tidak ada riwayat asma dalam keluarga


Riwayat Psikososial

• Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal, tetapi suami pasien


perokok, biasanya merokok 1 bungkus/hari.

• Riwayat makan karedok yang dibeli dipinggir jalan, tidak jauh dari
rumahnya, kurang lebih seminggu yang lalu.

• Sebelum sakit makan biasanya 3 kali sehari.

• Aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga

• Ventilasi udara dirumah baik.


Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :
TD : 110/80
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 38,7 ºC
Pemeriksaan Fisik

Kepala Telinga

• Normocephal, rambut warna hitam, • Bentuk : Normal/Normal


distribusi merata, tidak mudah rontok
• Liang : Lapang
Mata
• Mukosa : Hiperemis (-)
• Palpebra : Edema –/–
• Serumen : –/–
• Konjungtiva : Anemis -/-

• Sklera : Ikterik –/–

• Pupil : Bulat, isokor

• Refleks Cahaya : +/+


Leher
Hidung
• KGB : Tidak terdapat pembesaran
• Bentuk : Normal
• Kel. Thyroid : Tidak terdapat
• Deviasi Septum :–
pembesaran
• Sekret : -/-
 Thoraks : Paru

 Mulut
• Inspeksi : Hemithorax kanan-kiri
simetris dalam keadaan statis dan
• Bibir : normalal dinamis,

• Lidah : kotor • Palpasi : Fremitus taktil dan vokal


kanan sama dengan kiri
• Tonsil: T1–T1 tenang
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang
• Mukosa Faring : Hiperemis (–} paru

• Coated tongue : (+) • Auskultasi : Suara nafas vesikuler,


rhonki –/–, wheezing –/–
Jantung

• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Ekstremitas Atas

• Palpasi : Ictus cordis teraba kuat angkat • Akral : Hangat


pada apeks
• Sianosis : (–)
• Perkusi : Jantung dalam batas normal
• Perfusi : Baik
• Auskultasi : BJ I–BJ II reguler, murmur (–),
gallop (–) • Edema : (–)

 Abdomen
Bawah
• Inspeksi : datar, simetris
• Akral : Hangat
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Sianosis : (-)
• Palpasi : Supel, Nyeri tekan (–),
hepatomegali (=) • Perfusi : Baik

• Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen • Edema : (–)


Pemeriksaan penunjang

Hemoglobin 13,4 g/dL


Hematokrit 39,2 %
Leukosit 7.800 /uL
Trombosit 197.000 /uL
Widal
S. Thyposa H 1/60
S. Thyposa O 1/320
S. Parathyposa AH NEG
S. Parathyposa BH NEG
S. Parathyposa AO 1/160
S. Parathyposa BO 1/320
Ekspertisi Ro thoraks
- CRT < 50%
- Corakan vaskular normal
- Tak tampak bercak infiltrat
- Diafragma kanan setinggi costae 9 posterior
- Sinus Costofrenicus kanan kiri lancip
Diagnosis

Demam Tifoid
Terapi

• IVFD RL 20 tpm
• Ceftriaxone 2 x 1 gr, IV
• Ondansetron 2 x 4 mg, IV
• Omeprazol inj 1x1 IV
• Paracetamol 3 x 500 mg, PO

Konsul dr SpPD:

- Terapi lanjut
Hari/Tanggal/ Hasil Pemeriksaan Instruksi Dokter
Jam

  S : Demam naik turun, Mual, muntah (+), nafsu makan berkurang, Terapi :
demam (+), 1. Tirah baring
O: KU/KS : tampak sakit sedang, CM 2. Diet bubur
VS : TD : 120/90 3. IVFD RL 20 tpm
N : 85 x/menit 4. Inj ceftriaxone 2x1 gr
R : 24 x/menit 5. Inj ondansentron 2x4
S : 38,5 o C mg
Kepala : normochepal 6. Omeprazol 1x1
Mata : CA –/–, SI –/– 7. Paracetamol 3x500 mg
Mulut : coated tongue (+)
Leher : KGB (–) membesar
Thorax : Simetris, statis & dinamis, retraksi (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, Rh -/- , Wh -/-
Cor : BJ I–II regular, murmur (-), gallop (–)
Abdomen: BU (+), cembung, NT (-), turgor abdomen baik
Ektremitas : akral hangat +, edem - , sianosis -, CRT <2”
A : Demam tifoid
Hari/Tanggal/ Hasil Pemeriksaan Instruksi Dokter
Jam

  S: Demam (+) naik turun, Mual (- ), muntah (-), pusing (-), 1. IVFD RL 20 tpm
batuk (-), pilek (-) makan sedikit, minum banyak.
2. Inj ceftriaxone 2x1 gr
O: KU/KS : tampak sakit sedang, / CM 3. Paracetamol 3x500 mg
TD : 120/80 4. Tirah baring
N : 88 x/menit
5. Diet bubur
R : 24 x/menit
S : 37,2 o C
Kepala : normochepal
Mata : CA –/–, SI –/–
Leher : KGB (–) membesar
Mulut : coated tongue (+)
Thorax : Simetris, statis & dinamis, retraksi (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, Rh -/- , Wh -/-
Cor : BJ I–II regular, murmur (-), gallop (–)
Abdomen: BU (+), cembung, NT (-), turgor abdomen
baik
Ektremitas : akral hangat +, edem - , sianosis -, CRT <2”
A : Demam tifoid
Hari/Tanggal/ Hasil Pemeriksaan Instruksi Dokter
Jam
S: Demam (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan meningkan
  pagi ini habis lebih dari setengah porsi, batuk(-), pilek (-) 1. IVFD RL 20 tpm
2. Inj ceftriaxone 2x1
O: KU/KS : tampak sakit sedang, / CM
VS : TD : 110/80 gr
N : 118 x/menit
R : 40 x/menit 3. Paracetamol 3x500
S : 36,7 o C mg
Kepala : normochepal
Mata : CA –/–, SI –/–
Leher : KGB (–) membesar
Thorax : Simetris, statis & dinamis, retraksi (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, Rh +/+ , Wh -/-
Cor : BJ I–II regular, murmur (-), gallop (–)
Abdomen: BU (+), datar, NT (-), turgor abdomen baik
Ektremitas : akral hangat +, edem - , sianosis -, CRT <2”
A : Demam tifoid hari
Prognosis

• Quo ad Vitam : dubia ad bonam

• Quo ad Functionam : dubia ad bonam

• Quo ad Sanationam : dubia ad bonam


Tinjauan Pustaka
Demam Tifoid
Definisi

Demam tifoid merupakan penyakit demam sistemik akut


dan menyeluruh yang disebabkan oleh Salmonella
enterica subspesies enterica serotipe Typhi. Penyakit ini
awalnya diberi nama demam tifoid karena secara klinis
mirip dengan penyakit tifus meskipun secara patologis
dapat dibedakan dengan jelas karena dihubungkan dengan
pembesaran plak Peyeri dan nodus limfa mesentrikus.
Epidemiologi

• Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi


dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun
dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar
600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang
terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus

• Terjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui


minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari
penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama – sama
dengan tinja (melalui rute fekal - oral)
Etiologi

• Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri


Salmonella typhi. Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid
adalah S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B (S. Schotmuelleri)
dan S. paratyphi C (S. Hirschfeldii).
• Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah
bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora fakultatif anaerob.

• Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida,


flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen
(K) yang terdiri polisakarida.

• Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang


membentuk lapis luar dari dinding sel da dinamakan endotoksin.
Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang
berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik
Masa inkubasi

• Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 – 20 hari, dengan masa


inkubasi terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari. Dikatakan
bahwa masa inkubasi mempunyai korelasi dengan jumlah kuman
yang ditelan, keadaan umum/status gizi serta status imunologis
penderita
Gejala Klinis

• Demam

• Mual dan muntah

• Diare

• Konstipasi

• Sakit kepala
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan darah tepi


• Dapat disertai anemia dari ringan sampai sedang
• Peningkatan laju endap darah
• Gangguan eritrosit normositik normokron
• Sgot dan sgpt dapat meningkat

• Pemeriksaan serologi
• Tes widal
Diagnosis

• Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan


bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum
tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan
patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan
dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan
pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.

• Media pembiakan yang direkomendasikan untuk S.typhi adalah


media empedu (gall) dari sapi dimana dikatakan media Gall ini
dapat meningkatkan positivitas hasil karena hanya S. typhi dan S.
paratyphi yang dapat tumbuh pada media tersebut
Penatalaksanaan

Non Medika Mentosa :

• Tirah baring
• Seperti kebanyakan penyakit sistemik, istirahat sangat
membantu. Pasien harus diedukasi untuk tinggal di rumah dan
tidak bekerja sampai pemulihan.

• Nutrisi
• Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP)
rendah serat adalah yang paling membantu dalam memenuhi
nutrisi penderita namun tidak memperburuk kondisi usus.
Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah
perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita demam tifoid,
basanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim, dan
nasi biasa
• Cairan
• Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral
maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada
penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran serta
yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan
kalori yang optimal. Kebutuhan kalori anak pada infus setara
dengan kebutuhan cairan rumatannya
Medika Mentosa

• Simptomatik
• Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi
antipiretik. Bila mungkin peroral sebaiknya diberikan yang
paling aman dalam hal ini adalah Paracetamol dengan dosis 10
mg/kg/kali minum.
• Bila tidak mampu intake peroral dapat diberikan via parenteral,
obat yang masih dianjurkan adalah yang mengandung
Methamizole Na
• Antibiotik

• Chloramphenicol, merupakan antibiotik pilihan pertama untuk


infeksi tifoid fever terutama di Indonesia. Dosis yang diberikan
untuk anak- anak 50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis untuk
pemberian intravena biasanya cukup 50 mg/kg/hari.

• Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari setelah demam


turun. Kelemahan dari antibiotik jenis ini adalah mudahnya terjadi
relaps atau kambuh, dan carier
• Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime),

• Merupakan pilihan ketiga namun efektifitasnya setara atau bahkan


lebih dari Chloramphenicol dan Cotrimoxazole serta lebih
sensitive terhadap Salmonella typhi.

• Ceftriaxone merupakan prototipnya dengan dosis 100 mg/kg/hari


IVdibagi dalam 1-2 dosis (maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari.
Atau dapat diberikan cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam
3-4 dosis. Bila mampu untuk sediaan Per oral dapat diberikan
Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10 hari
Komplikasi

• Perdarahan usus

• Perforasi

• Peritonitis
Pencegahan

• Cuci tangan.

• Hindari minum air yang tidak dimasak.

• Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.

• Pilih makanan yang masih panas.


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai