Anda di halaman 1dari 19

KALA I LAMA DAN INERSI UTERI

KELOMPOK 12

ASKUN LAAGO
(A1B119277)
N U R S YA H R A L F I T R A H
(A1B119278)
SULASMI AMIN
(A1B119279)
A. PENGERTIAN

Persalinan dengan kala I lama adalah persalinan yang fase


latennya berlangsug lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju
pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi ; kurang dari 1 cm
setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan
persalinan ; kurang dari 1,2 cm perjam pada primigravida dan
kurang dari 1,5 perjam pada multipara ; lebih dari 12 jam sejak
pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm
perjam).
B. ETIOLOGI

4. Janin besar atau ada


1. Kelainan letak janin kelainan congenital

2. Kelainan-kelainan 5. Primitua
panggul

3. Kelainan his 6. Ketuban pecah dini


LANJUTAN…
4. Tersedianya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di
bidang kesehatan.

5. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan


oleh masyarakat dan tenaga profesional kesehatan.

6. Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM


lainnya yang ada di desa.
3. KLASIFIKASI

Fase Laten Memanjang Fase aktif memanjang (Prolonged Active


(Prolonged latent phase) Phase)
Adalah fase pembukaan serviks Adalah fase yang lebih panjang dari 12
jam dengan pembukaan serviks kurang
yang tidak melewati 3 cm dari 1,2 cm per jam pada primigravida
setelah 8 jam inpartu dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju
(Saifuddin, 2009) dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per jam
pada multigravida (Oxorn, 2010)
4. PATOFISIOLOGI

a.kelainan letak Dan CPD


janin seperti letak (cepphalopelvic
sunsang, letak isproportion),
lintang, presentasi
muka, dahi dan c. kelainan his
puncak kepala, seperti inersia uteri,
incoordinate uteri
b. kelainan panggul action.
seperti pelvis terlalu
kecil
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA PERSALINAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA PERSALINAN

USIA BESAR JANIN

UKURAN DAN BENTUK


PARITAS
PANGGUL

PSIKOLOGI/KECEMASA
N PENDIDIKAN
6. PENATALAKSANAAN

Nilai keadaan umum, tanda-tanda


vital dan tingkat hidrasinya.

Tentukan keadaan janin :

Perbaiki keadaan umum


LANJUTAN...

Apabila kontraksi tidak akuat

Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya


kontraksi berdasarkan patograf.

Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal


tiap 4 jam
LANJUTAN...

Apabila tidak didapatkan tanda adanya CPD


(Cephalopelvic disproportion) atau obstruksi

Lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 unit


dalam 500 cc dekstrosa atau NaCl

Konsultasi dokter jika persalinan tidak ada


kemajuan.
R I
U TE
I A
R S
E
IN
1. PENGERTIAN

Inersia uteri adalah his yang


tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan
lebih dulu daripada bagian lain
(Nugroho, 2012:166).
2. MACAM-MACAM INERSIA UTERI

INERSIA UTERI
INERSIA UTERI SEKUNDER
PRIMER - HIPERTONIS
- HIPTONIS
3. PENYEBAB INERSIA UTERI

Distensi berlebihan pada uterus, disebabkan oleh janin yang besar, kehamilan kembar, atau
polihidroamnion

Klien yang sangat gemuk (berhubungan dengan persalinan yang lebih lambat dan lebih
tidak konsisten)

Kekakuan serviks yang dihubungkan dengan fibrosis serviks dan nulipara yang berusia
lanjut

Usia maternal yang lanjut

Pemberian analgesik yang berlebihan


4. FAKTOR PENYEBAB INERSIA UTERI
umur, paritas, anemia, overdistensi uterus,

UMUM

LOKAL
ketidaktepatan hidramnion,
penggunaan analgetik, malpresentasi,
pengaruh hormonal malposisi, dan
karena kekurangan disproporsi
prostaglandin atau cephalopelvik, mioma
oksitosin, perasaan uteri
tegang dan emosional,
5. KOMPLIKASI PERSALINAN INERSIA UTERI

Inersia uteri yang tidak diatasi dapat memanjakan wanita terhadap


bahaya kelelahan, dehidrasi, dan infeksi intrapartum. Tanda-tanda
terjadinya gawat janin tidak tampak sampai terjadinya infeksi selama
intrapartum. Walaupun terapi infeksi intrauterin dengan antibiotik
memberikan proteksi terhadap wanita, tetapi manfaatnya kecil dalam
melindungi janin. Lain halnya dengan inersia uteri sekunder, gawat
janin cenderung muncul pada awal persalinan ketika terjadi inersia
uteri sekunder. Tonus otot yang meningkat dengan konstan merupakan
predisposisi terjadinya hipoksia pada janin. Kadang kala, pecahnya
selaput ketuban dalam waktu lama dapat menyertai kondisi ini dan
dapat menyebabkan infeksi intrapartum (Reeder, dkk, 2014:396)
6. PENANGANAN INERSIA UTERI
a. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%, dimulai dengan 12 tetes
per menit, dinaikkan setiap 30 menit sampai 40-50 tetes per menit. Maksud dari
pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.
b. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak mempekuat his setelah
pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan untuk istirahat.
Keesokan harinya bias diulang pemberian oksitosin drips.
c. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio
sesarea.
d. Bila semua his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder/hipertonis, pengobatan
yang terbaik ialah petidin 50 mg atau tokolitik, seperti ritodine dengan maksud
menimbulkan relaksasi dan istirahat, dengan harapan bahwa setelah pasien itu
bangun kembali timbul his yang normal. Mengingat bahaya infeksi intrapartum,
kadang-kadang dicoba juga oksitosin, tetapi dalam larutan yang lebih lemah. Namun
jika his tidak menjadi lebih baik dilakukan seksio sesarea (Fauziyah, 2014:103)
7. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA KASUS INERSIA UTERI

a. Nilai keadaan umum ibu, tanda-tanda vital ibu


b. Tentukan keadaan janin, pastikan DJJ dalam batas normal. Jika ketuban sudah
pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah pikirkan kemungkinan
terjadi gawat janin. Jika terdapat gawat janin lakukan seksio sesarea.
c. Apabila terdapat disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya lakukan seksio sesarea
d. berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi seperti
berjalan-jalan. Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan
partograf.
e. Apabila tidak ada kemajuan persalinan maka lakukan induksi dengan oksitosin drip
5 IU dalam 500 cc RL dengan tetas 8/menit dan dinaikkan tiap 30 menit maximal 40
tetes.
f. Apabila ada kemajuan persalinan, maka evaluasi kemajuan tiap 2 jam. Namun
apabila tidak ada maka sebaiknya lakukan seksio sesarea.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai