Anda di halaman 1dari 22

PEMBANGUNAN YANG MENINGGALKAN PENCEGAHAN

DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN


TERHADAP PEREMPUAN
(CATATAN SITUASI PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
TAHUN 2017 DI DAERAH)

Disusun oleh Forum Pengada Layanan untuk Perempuan Korban Kekerasan


Jakarta, 27 Maret 2018

FORUM PENGADA LAYANAN BAGI PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN


Forum Pengada Layanan (FPL)
DAFTAR ISI

1. Tentang Forum Pengada Layanan (FPL)


2. Sumber Data dan Sebaran Wilayah Pendokumentasian
3. Pendekatan
4. Situasi Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Daerah
5. Situasi Penanganan Kekerasan terhadap Perempua di Daerah
6. Kesenjangan Perlindungan dan Pemenuhan Hak Korban
7. Kesimpulan
8. Rekomendasi
Forum Pengada Layanan (FPL)

• Berdiri sejak 2000 di Batu Malang


• Beranggotakan 112 lembaga di 32 Propinsi
• Fokus Kerja : Pelayanan Bagi Perempuan dan
Anak korban Kekerasan
Forum Pengada Layanan (FPL)
Sumber Data dan Sebaran Wilayah Pendokumentasian Kasus
yang Ditangani oleh 20 Anggota FPL

Provinsi Kabupaten/ Kota Lembaga


Sulawesi Tenggara Lambu Ina
Sulawesi Utara Swara Parangpuan
Nusa Tenggara Timur SSP Soe
Maluku Gasira
Bali LBH APIK Bali
Jawa Timur Surabaya & Jombang Savy Amira, Jombang
Jawa Tengah SPEKHAM, LRC KJHAM
Forum Pengada Layanan (FPL)
Sumber Data dan Sebaran Wilayah Pendokumentasian Kasus
yang Ditangani oleh 20 Anggota FPL

Provinsi Kabupaten/ Kota Lembaga


Yogyakarta CIQAL
Jakarta LBH APIK Jakarta
Jawa Barat SAPA, Mawar Balqis
Bengkulu Yayasan PUPA
Aceh LBH APIK Aceh
Sumatera Barat Nurani Perempuan
Kepulauan Riau Yayasan Embun Pelangi
Sumatera Utara Serikat Perempuan Indonesia
Forum Pengada Layanan (FPL)
DATA KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN YANG DITANGANI

Provinsi Lembaga
BARAT 385
TENGAH 637
TIMUR 318
Jenis Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan
JUDUL

BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


Kekerasan Seksual

CONTOH PERKOSAAN: GENG RAPE, PERKOSAAN TERHADAP DISABILITAS


RANAH
KORBAN BERDASAR USIA
PELAKU BERDASAR USIA
PELAKU BERDASAR PROFESI
LAYANAN UNTUK PEREMPUAN KORBAN
PENANGANAN KASUS
HAMBATAN
GEOGRAFIS: KETERSEDIAAN AKSES LAYANAN

“Di kabupaten Muna, Sultra, korban di BAP Polisi di polsek tapi listrik sering mati. Kalau mati, korban disuruh pulang
padahal untuk sampai polsek, korban harus naik ketinting yang jauh. “ (Sumber Cerita Pendamping)
HAMBATAN
PENYELESAIAN KASUS SECARA ADAT -> KEADILAN BAGI KORBAN BELUM TERPENUHI

Penyelsaian KDRT di Bali diselesaikan secara adat.


(sumber LBH Apik Bali)
HAMBATAN
KETERSEDIAAN LAYANAN PADA KELOMPOK KHUSUS ;
CONTOH DISABILITAS -> KEADILAN BAGI KORBAN BELUM TERPENUHI

N, perempuan disabilitas tuli, 16 tahun, diperkosa oleh bapaknya, kemudian dijual oleh bapaknya kepada teman bapaknya hingga hamil. Kehamilan tersebut dipaksa digugurkan oleh bapaknya.
Kasus N belum bisa diproses secara hukum karena polisi tidak memiliki penerjemah untuk disabilitas tuli.
(Sumber : Lembaga CIQAL)
HAMBATAN
PELABELAN

Saat korban perkosaan diperiksa polisi, penyidik yang memeriksa mengatakan ," Lha apa kamu ngak tahu kalau orang pergi ke hotel ya mesti akan melakukan hubungan, lha kenapa kamu juga
ngak berteriak waktu di paksa"
(sumber : SPEKHAM)
REKOMENDASI

1. DPR harus segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual


2. Pemerintah Pusat dan daerah harus menyediakan berbagai layanan yang mudah, murah dan memadai bagi korban baik di tingkat nasional maupun daerah.
3. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk mematuhi dan melaksanakan seluruh perintah UU No. 23 tahun 2004 dan UU No. 21 Tahun 2007 dengan menyediakan alokasi anggaran dan sarana prasarana yang mencukupi serta petugas yang berkualitas dan memiliki berperspetif korban.
4. Kementerian Bapenas, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk meninjau kembali kebijakan yang menjadikan P2TP2A sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), sehingga sifat keterpaduan – sinergi layanan antar pihak, antar pemerintah dan masyarakat
sebagaimana perintah UU No. 23 Tahun 2004 tentang PKdRT dan UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) menjadi hilang.
REKOMENDASI

5. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Bapenas, Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama untuk bersama-sama merancang dan menerapkan strategi pencegahan seksual yang
terintegrasi dalam semua sektor urusan pemerintahan ( pendidikan, keagamaan, kebudayaan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan pemukiman, komunikasi dan informatika).
6. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dan Bapenas memperkuat dan memperluas program-program pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan pada Kementerian dan Lembaga terkait
7. Kementerian Bapenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk menerapkan keadilan anggaran yang memungkinkan setiap layanan yang dibutuhkan korban, baik yang disediakan pemerintah dan masyarakat mendapatkan alokasi anggaran yang
adil dan mencukupi terutama di wilayah kepulauan, perdalaman dan perbatasan.

Anda mungkin juga menyukai