Anda di halaman 1dari 16

NAMA : PIBRIANI

KELAS : B
NIM : PO 71 . 20. 3. 18. 049

DOSEN PEMBIMBING : NS. EVA OKTAVIANI ,M.Kep,.Sp.Kep.An


DEFENISI
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan
yang ditandai dengan hasil konsepsi yang
tidak berkembang menjadi embrio setelah
fertilisasi ( Lily ,yulaikhah .2006.go )
ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui ,tetapi faktor faktor
yang mungkin dapat menyebabkan dan mendukung
terjadinya mola antara laion ;
 faktor ovum dimana ovum memang sudah patologik
sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarakan
 imunoselektif dari trfoblast
 Paritas tinggi
 Kekurangan protein
 Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
PATOFISIOLOGI
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan
sebutir ovum ,sesudah kekuar dari ovarium diantarakan melalui
tuba uterin ke uterus ( pembuahan ovumsecara normal terjadi
dalam tubuh uterin ) sewaktu hamil yang secar normal
berlangsung sekama 40 minggu , uterus bertambah besar,tapi
dindingnya menjadi lebih tipis,tetapi lebih kuat dan membesar
sampai keluar pulvis,masuk kedalam rongga abdomen pada masa
fetus pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya
bayi yang sempurna . Tetapi dalam kenyataanya tidak selalu
demikian sering kali perkembangan kehamilan mendapat
gangguan demikian pula dengan penyakit tropoblast ,yang
merupakan kegagalan reproduksi. Disini kehamilan tidak
berkembang menjadi janin yang sempurna,melainkan
Berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi
pada minggu minggu kehamilan pertama , berupa
generasi hidropik dari jonjot karion sehingga menyerupai
gelembung yang disebut ‘’ mola hidatidosa ‘’ . Sebagian
dari villi berupa menjadi gelembung gelembung berisi
cairan jernih merupakan kista kista kecil seperti anggur
dan dapat mengisi seluruh cavum uteri,secara
histopatologik kadang kadang ditemukan jaringan mola
pada plasenta dengan bayi normal .bisa juga terjadi
kehamilanganda mola,yaitu satu jenis tumbuh dan yang
satu lagi menjadi mola hidatidosa.
WOC
TANDA DAN GEJALA
 Amenore dan tanda tanda kehamilan
 Pendarahan pervaginam berulang . Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola .
 Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
 Tidak terabannya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ
sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih
 Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu
 Hiperemesis lebih sering terjadi , lebih keras dan lebih lama .
 Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebuh
sesudah periode menstruasi terakhir
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Melakukan pemeriksaan dalam
 pemeriksaan hormon
 pemeriksaan poto torax
PENATALAKSANAAN MEDIS
 Diagnosis ini akan menguntungkan prognosis
 pemeriksaan LSG sangat membantu diagnosis pada pasilitas
kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat di
lakukan : fnaluasi klinik dengan fokus pada : riwayat haid
terakhir dan kehamilan pendarahan tidak renam atau sepotting .
Pembesaran abnormal uterus,pelakasanaan servix dan korpus
uteri
 lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
 Antisipasi komlikasi (krisis tiroid, pendarahan hebat atau
periforasi
 Lakukan pengamatan hingga minimal 1 tahun
Pengkajian keperawatan
A. data dasar
B. riwayat keperawatan
1. riwayat kesehatan sekarang
2. riwayat kesehatan msa lalu
3. riwayat kesehatan keluarga
4. riwayat kesehatan psikososial dan spnormal
Diangnosa keperawatan
 nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
 Resiku infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
 Intorelansi aktipitas b.d kelemahan
INTERVENSI
1. nyeri akut b.d agen pencedera fisiolgis
SLKI: Tingkat nyeri
SIKI : Manajemen nyeri
Observasi
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nonverbal
Terapeutik
Berikan tekhnik nnfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Edukasi
 Anjurkan memonitor skala nyeri secara mandiri
Kolaborasi
 Klaborasi pemberian analgetik jika perlu
2. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
SLKI : Tingkat infeksi
SIKI : pencegahan infeksi
observasi
- moditor tanda dan gejalah infeksi dan sistemik
terapeutik
- batasi jumlah pengunjung
edukasi
- jelaskan tanda dan gejalah infeksi
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
SLKI: toleransi aktifitas
SIKI : manajemen energi
observasi
- monitor kelelahan fisik dan emosinal
terapeutik
sediakan linmgkungan nyaman dan rendah stimulus
edukasi
- anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi dengan cara meningkatkan
asupan makanan
EVALUASI
 nyeri akut teratasi
 resiko infeksi membaik
 intoleransi aktifitas membaik dan teratasi
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai