Anda di halaman 1dari 8

OXYTOCIN ENHANCED BREAST

MILK PRODUKCTION IN POST-


PARTUM WOMEN

DI BUAT OLEH
HUDY MUSTIKA INTAN SARI
(B1801442
PENDAHULUAN

Asi adalah makanan terpenting bagi bayi khususnya pada bulan-bulan pertama
kehidupan. Asi adalah sumber nutrisi ideal dengan komposisi yang cocok dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi, karena asi adalah makanan bayi yang paling
sempurna, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Asi sebagai satu makanan yang
cukup memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi normal sampai usia empat sampai
enam bulan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyarankan agar bayi yang baru
lahir menerima asi eksklusif (tanpa tambahan) selama enam bulan. 1 hal ini karena
asi adalah nutrisi alami terbaik bagi bayi dengan kandungan nutrisi yang paling tepat
untuk pertumbuhan yang optimal. 2 faktor-faktor yang mempengaruhi produksi asi
mencakup perawatan payudara, frekuensi pemberian makan, berat lahir, usia ibu dan
paritas, stres dan penyakit akut, konsumsi rokok dan pil kb. Faktor-faktor yang
menghambat produksi asi mencakup pemberian asi yang langka atau pemompakan
payudara, bayi tidak dapat mengisap susu dengan efektif, dan kekurangan gizi ibu. 3,4
di provinsi Kalimantan selatan pada tahun 2014 ditemukan bahwa bayi yang
menerima asi mencapai sebanyak 76%. Bayi yang diberi asi setelah satu jam setelah
kelahiran lahir hanya 4,25% dan dalam 26% asi asi digantikan dengan susu formula
karena produksi susu tidak lancar. Berdasarkan sebuah survei di distrik Tanah hijau,
pada tahun 2015, pemberian asi pada para ibu berjumlah 3858 orang dan 48,1%
MATERI DAN METODE

Dalam melakukan setiap asuhan, setiap tenaga kesehatan terutama bidan


harus mencatat setiap tindakan yang dilakukan. Didalamnya juga terdapat
catatan perkembangan klien, juga sebagai salah satu alat informasi antara
tim kesehatan di ruangan. Dokumentasi juga perlu untuk dijadikan salah
satu bahan bukti apabila terjadi sesuatu pada klien Penelitian ini
menggunakan metode survei analisis dengan pendekatan silang untuk
menyelidiki korelasi dinamika antara faktor risiko (pemijatan oxytocin)
dan efeknya (smoothness produksi susu), dengan mengamati dan
mengumpulkan data pada saat (pendekatan waktu). 6-8 penduduk yang
diambil dalam penelitian ini semuanya adalah pascapersalinan.Para ibu di
pusat kesehatan masyarakat batulic1, distrik Tanah aula, Kalimantan
selatan. Sampel dalam penelitian ini dipilih menggunakan sampel total.
Data dikumpulkan dari dokumentasi (buku register) para ibu yang
mengunjungi pusat kesehatan masyarakat batulic1.
Kriteria disertakan dalam penelitian ini adalah ibu pascapersalinan yang
asi tidak diproduksi dan ibu fisiologis pascapersalinan dari 2 jam hingga
40 hari. Kriteria pengecualian dalam penelitian ini adalah ibu tidak
bersedia menjadi respondennya, ibu pascapersalinan yang memiliki
gangguan mental, dan ibu pascapersalinan yang tidak ada dalam buku
catatan. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel
independen, yaitu pijat oksitosin, dan variabel yang tergantung, produksi
susu. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan
daftar periksa. Kuesioner dan daftar periksa langsung digunakan untuk
menentukan hubungan pijat oksitosin dengan produksi asi asi ibu di
pusat kesehatan masyarakat batulic1, distrik Tanah liat. Analisis Data
yang digunakan adalah analisis univariat untuk menggambarkan
karakteristik setiap variabel dalam penelitian ini untuk mencirikan
pengaruh pijat oksitosin untuk produksi asi asi. Analisis bivariat
dilakukan untuk menemukan korelasi antara pijat oksitosin dan produksi
susu ibu yang postpartum. Data 8 dianalisis dengan menggunakan tes
statistik Chi Square (x2) dengan alpha = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa kebanyakan (72,2%) ibu pasca-salep
melakukan pijat oksitosin di pusat kesehatan masyarakat partum licin 1, subdistrik
batusimpang, distrik Tanah pertanian, sedangkan sejumlah kecil (27,8%) tidak
melakukan pijat oksitosin. Mayoritas (72,2%) ibu pasca-janin di pusat kesehatan
masyarakat mengalami licin 1, subdistrik kuclicinnya, distrik Tanah bakau, memiliki
produksi asi yang halus, sementara sejumlah kecil (27,8%) tidak memiliki produk asi
yang halus. 5 hasil analisis bivariat memperlihatkan bahwa pemijatan oksitosin
berpengaruh atas betapa licin produksi asi asi. Hampir semua ibu yang sering melakukan
pijat oksitosin memiliki produksi asi yang halus, sedangkan sisanya, sebagian kecil,
tidak memiliki produksi asi yang mulus. Hampir setengah dari semua ibu yang tidak
melakukan pijat oksitosin memiliki produksi asi, dan sisanya sebagian besar tidak secara
halus menghasilkan asi. Hasil tes statistik chi persegi telah diperoleh p value <0.001 <
jadinya =0.05, menunjukkan hubungan yang sangat erat antara pijat oksitosin dan
produksi asi asi yang halus di post-α mother di Health Center partum licin 1, subdistrik
rammenurun, distrik Tanah Tanah. Selain terpengaruh oleh mengisap bayi, pelepasan
oksitosin hormon juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak dalam sistem dutal.
Ketika saluran itu melebar atau lunak, oksitosin secara reflektif disekresi oleh pituitari
untuk sq
Duksi dipengaruhi oleh prolactin hormon sementara sekresi itu dipengaruhi oleh hormon
oksitosin. Hormon oksitosin dikeluarkan melalui stimulasi pada puting melalui mengisap
bayi atau melalui pemijatan tulang belakang sang ibu. Dengan memijat tulang belakang,
sang ibu akan merasa tenang, relaks, meningkatkan ambang rasa sakit dan mencintai
bayinya, sehingga hormon oxytocin dikeluarkan dan asi segera disekresi. 12 studi ini tidak
konsisten dengan studi yang diadakan oleh Kent et al (2006) yang menemukan bahwa tidak
ada korelasi antara volume dan frekuensi asi per hari dengan produksi breasmilk ibu 24
jam. 13 diduga, hal ini terjadi karena dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel
membingungkan dari berat bayi, dan dalam penelitian ini berat bayi sebelum dan sesudah
pemberian asi dipengaruhi oleh volume asi dalam payudara sang ibu. Keterbatasan dalam
penelitian ini terkait dengan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan menggunakan
kuesioner yang mengukur semua variabel yang terlibat dalam penelitian ini. Pengumpulan
Data dengan menggunakan kuesioner cenderung subjektif sehingga kejujuran responden
menentukan kebenaran dari Data yang disediakan. Selain itu, pembatasan lain adalah
komunikasi. Komunikasi dengan responden sangat penting karena tujuan percakapan akan
tercapai. Dalam penelitian ini, ada berbagai kendala bahasa. Bahasa yang digunakan oleh
para responden adalah Banja
KESIMPULAN

Pijat olsitosin mempelancar produksi asi pada ibu


post-partum di Puskesmas batulicin 1,kabupaten
Tanah Bumbu,Kalimantan Selatan

Anda mungkin juga menyukai