Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS TERMAL

TGA dan DTA


Definisi Analisis termal :
pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia material
sebagai fungsi dari suhu.
Analisis termal seringkali digunakan untuk sifat-
sifat spesifik tertentu, mis: entalpi, kapasitas
panas, massa dan koefisien ekspansi termal.

Contoh :
 Pengukuran koefisien ekspansi termal dari batangan logam
 Pengukuran perubahan berat dari garam-garam oksi dan hidrat pada saat
mengalami dekomposisi akibat pemanasan
Dua jenis teknik analisa termal yang
utama adalah ;
Analisa Termogravimetrik (TGA), yang secara
otomatis merekam perubahan berat sampel
sebagai fungsi dari suhu maupun waktu

Analisa Diferensial Termal (DTA) yang


mengukur perbedaan suhu, T, antara sampel
dengan material referen yang inert sebagai
fungsi dari suhu.
Thermogravimetric Analysis
(TGA)

 Thermogravimetri adalah teknik untuk mengukur


perubahan berat dari suatu senyawa sebagai fungsi dari
suhu ataupun waktu.
 Prinsip dasar analisis termogravimetrik adalah
perubahan massa sampel yang diamati ketika sampel
dikenakan pada Controlled temperature program.
 Metode TGA dapat  mengkarakterisasi  suatu bahan 
atau  cuplikan  yang  dilihat  dari kehilangan massa
atau terjadinya dekomposisi, oksidasi atau dehidrasi.
 Mekanisme perubahan massa pada TGA ialah bahan
akan mengalami kehilangan maupun kenaikan massa.
 Proses kehilangan massa terjadi karena adanya proses
dekomposisi yaitu pemutusan ikatan kimia, evaporasi
yaitu kehilangan atsiri pada peningkatan suhu, reduksi
yaitu interaksi bahan dengan pereduksi, dan desorpsi.
 Sedangkan kenaikan massa disebabkan oleh proses
oksidasi yaitu interaksi bahan dengan suasana
pengoksidasi, dan absorpsi.
Sampel berupa :
Material anorganik, logam, polimer, plastik, keramik, gelas dan
material komposit.
Cuplikan dapat dianalisis dalam bentuk bubuk (powder) atau
potongan kecil sehingga bagian dalam cuplikan dekat dengan suhu
gas yang diukur

 Metoda TGA yang cepat dan akurat digunakan untuk


mempelajari reaksi-reaksi dekomposisi secara isotermal.
 TGA mendeteksi efek yang melibatkan hanya perubahan
massa saja
Instrumen TGA
Komponen utama alat TGA
Komponen-komponen TGA biasanya bergantung pada tipe, jenis dan merk alat dari
TGA yangdigunakan. Alat dengan merk yang berbeda memiliki komponen yang
berbeda pula. Namun untuk semua TGA, komponen utamanya terdiri dari :

1. Microbalance System
 Microbalance ini menjadi kunci dari sistem analisa termal dengan menggunakan
thermogravimetric analyzer   (TGA).
Komponen ini berfungsi untuk memantau
adanya perubahan massa dari sampel pada saat diperlakukan proses termal dalam hal 
ini adalah proses pemanasan (heat treatment).

Gambar 1.2.2.Komponen dari microbalance system

Gas Inlet pada microbalance system


 -  Balance beam
-  Photodiode
- Magnet
2. Furnace

Didalam furnace inilah proses perlakuan termal terjadi yang akhirnya


menyebabkan adanya perubahan massa dari sampel yang digunakan. 
Kecepatan rata-rata pemanasan padafurnace ini dari 0°C per menit sampai 100° C
per menit atau lebih bergantung pada tipe alat yang digunakan.
3. Purge Gas System
 Purge gas system ini digunakan untuk mengalirkan gas seperti Nitrogen atau
argon untuk melindungi ruang pembakaran/furnace. Selain itu gas yang dialirkan
ini juga berfungsi untuk menghindari terjadinya peristiwa oksidasi sampel pada
saat diperlakukan proses termal. 

4. Perekam Data
Setelah thermocouple dan microbalance  merekam adanya perubahan suhu dan
massa dari sampel yang diuji, maka sensor suhu dan microbalance kemudian
mengirimkan data dalam bentuk sinyal ke display monitor untuk ditampilkan
dalam bentuk plot kurva TGA.
Sebelum di plotkan dalam bentuk kurva TGA, sinyal dari sensor suhu dan
Microbalance terlebih dahulu dikonversikan, yaitu pada sumbu-y yang
menyatakan persen perubahan massa sampel terhadap suhu sampel pada sumbu-x.
Cara Menggunakan Thermogravimetri
Analizer (TGA)
 Cara  menggunakan Thermogravimetri analizer (TGA) bergantung pada jenis
dan merk alat. Alat dengan merk yang berbeda memiliki bagian yang berbeda
pula. Thermogravimetri analizer (TGA) dilengkapi dengan alat atau bagian yang
berbeda-beda sehingga cara menggunakannya disesuaikan dengan jenis alat.
 Cara pemakaian TGA dapat dilakukan dengan material yang berupa serbuk
dimasukkan ke dalam cawan kecil dari bahan platina, atau alumina ataupun
teflon. Pemilihan bahan dari cawan ini perlu disesuaikan dengan bahan uji.
Pastikan bahan uji tidak bereaksi dengan bahan cawan serta tidak lengket
ketika dipanaskan.                          
 Analisa memerlukan juga bahan standar sebagai referensi dan penyeimbang
dari timbangan mikro. Biasanya dipakai alumina sebagai standar yang juga
perlu dimasukkan dalam cawan. Alumina dan bahan uji kemudian dimasukkan
ke dalam alat TGA.
 Setelah sampel dimasukkan maka kita bisa memprogram urutan
pemanasannya. Pemanasan bisa diprogram sesuai dengan kebutuhan misalkan
kita bisa mengatur memanaskan sampel sampai 110 C dan ditahan 10 menit
kemudian pemanasan dengan cepat dilanjutkan sampai 900 C kemudian suhu
diturunkan menjadi 600 C ditahan selama 30 menit. Kita dapat memprogram
temperatur dan juga kecepatan pemanasan, alat ini bisa memanaskan sampai
sekitar 1000 C dengan kecepatan sampai 100 C/menit atau lebih tergantung tipe
alat
Aplikasi TGA

a. Menentukan temperatur dan perubahan berat reaksi dekomposisi, analisa


komposisi kuantitatif, serta menentukan kandungan air;
b. Analisa reaksi dengan udara, oksigen, atau gas reaktif lainnya;
c. Dapat digunakan untuk mengukur laju evaporasi, seperti untuk mengukur
emisi campuran cairan yang mudah menguap;
d. Menentukan temperatur curie dari transisi magnetis dengan mengukur
temperatur dimana kekuatan yang digunakan oleh suatu magnet
menghilang pada pemanasan atau muncul kembali pada pemdinginan;
e. Membantu mengidentifikasi plastik dan material organik dengan
mengukur temperatur ikatan scissions didalam atmosfer inert atau
oksidasi dalam udara atau oksigen;
f. Digunakan untuk mengukur berat fiberglass dan material anorganik
dalam plastik, melaminasi, mengecat, primer, dan material composite
dengan pembakaran resin polymer;
g. Dapat mengukur material yang ditambahkan ke beberapa makanan,
seperti silika gel, dan titanium diaoksida;
h. Dapat menentukan kemurnian suatu material, senyawa anorganik, atau
material organik.
Differential thermal analysis (DTA)

teknik dimana suhu dari sample dibandingkan


dengan material referen inert selama perubahan
suhu terprogram
 Prinsip analisis DTA adalah pengukuran
perbedaan temperatur yang terjadi antara
material sampel dan pembanding sebagai
hasil dari reaksi dekomposisi
 Suhu sample dan referen akan sama apabila
tidak terjadi perubahan, namun pada saat
terjadinya beberapa peristiwa termal, seperti
pelelehan, dekomposisi atau perubahan
struktur kristal pada sample, suhu dari
sample dapat berada di bawah (apabila
perubahannya bersifat endotermik) ataupun
di atas ( apabila perubahan bersifat
eksotermik) suhu referen.
• Sampel adalah material yang akan dianalisis secara termal.
• Material referen adalah material dengan substansi yang diketahui
dan tidak aktif secara termal.
Material referensi (referen inert) yang biasa digunakan yaitu
alumina (Al2O3). Kenapa memakai alumia? karena termogram
alumina menunjukkan konstan sampai suhu 1000an derajat
celcius, berarti alumina tidak mengalami perubahan sampai suhu
tersebut.

• Dengan menggunakan DTA, material akan dipanaskan pada


suhu tinggi dan mengalami reaksi dekomposisi. Dekomposisi
material ini diamati dalam bentuk kurva DTA sebagai fungsi
temperatur yang diplot terhadap waktu.

• Reaksi dekomposisi dipengaruhi oleh efek spesi lain, rasio


ukuran dan volume, serta komposisi materi.
 Suhu dari sampel dan pembanding pada awalnya
sama sampai terdapat kejadian yang mengakibatkan
perubahan suhu seperti pelelehan, penguraian, atau
perubahan struktur kristal sehingga suhu pada sampel
berbeda dengan pembanding.

 Bila suhu sampel lebih tinggi daripada suhu


pembanding maka perubahan yang terjadi adalah
eksotermal. Begitu pula sebaliknya, bila suhu sampel
lebih rendah daripada suhu pembanding maka
perubahan yang terjadi disebut endotermal
 Instrumen DTA komersial dapat digunakan pada range
suhu -190 sampai 16000C.
 Sampel berupa material dengan dekomposisi yang
cukup intensif seperti elastomer, material eksotermik
 Ukuran sampel biasanya kecil, beberapa miligram,
sehingga mengurangi pemunculan masalah akibat
gradien termal dalam sampel yang dapat mengurangi
sensitivitas dan akurasi.
 Laju pemanasan dan pendinginan biasanya berada
pada range 1 sampai 500C / menit. Pada penggunaan
laju yang lebih lambat, sensitivitas akan berkurang
karena ΔT bagi peristiwa termal tertentu akan menurun
dengan menurunnya laju pemanasan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pengujian DTA :

 Berat sampel
 Ukuran partikel
 Laju pemanasan
 Kondisi atmosfir
 Kondisi material itu sendiri
Tahap kerja DTA :
 Memanaskan heating block
 Ukuran sampel dengan ukuran material referensi sedapat mungkin identik dan
dipasangkan pada sampel holder
 Thermocouple harus ditempatkan berkontakan secara langsung dengan sampel dan
material referensi
 Temperatur di heating block akan meningkat, diikuti dengan peningkatan temperatur
sampel dan material referensi
 Apabila pada thermocouple tidak terdeteksi perbedaan temperatur antara sampel dan
material referensi, maka tidak terjadi perubahan fisika dan kimia pada sampel. Apabila
ada perubahan fisika dan kimia, maka akan terdeteksi adanya ΔT.
Jenis – jenis Differential Thermal Analysis (DTA)

1. Mikro DTA (µ-DTA)


 Mikro DTA dikembangkan untuk meningkatkan sensitivitas DTA klasik
yang kurang mampu mendeteksi sampel dengan berat yang ringan.
Sampel untuk pengujian mikro DTA hanya sekitar 50µg dengan tekanan
yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi sampel.[1]
 Mikro DTA terdiri dari dua plat mikro yang terpasang dengan dua heater
untuk memastikan distribusi temperatur pada sistem merata.
Pembasahan dari permukaan membran sangat penting untuk
mengoptimalkan karakteristik yang memastikan transfer panas yang
optimal. Thermistor TiW digunakan untuk mengukur temperatur dan
terletak dibawah spesimen. Salah satu membran digunakan sebagai
material referensi.[1]
 Kerugian dari metode ini adalah ketidakmampuannya untuk memproses
logam karena logam memilik specific surface tension yang tinggi. Hal
tersebut menyebabkan oksidasi yang tinggi pada sampel. Sistem µ-DTA
ini tidak boleh dalam atmosfer oksidasi. Rentang temperatur yang biasa
digunakan berkisar -45°C sampai 120°C, sedangkan laju pendingian dan
pemanasannya sampai 2K/menit (lebih rendah dari DTA klasik). Serta
tekanan yang mampu diaplikasikan pada sistem hanya maksimal 1 bar.[1]
2. High Pressure DTA (HP-DTA)

 Evaporasi yang berlebihan dapat mengurangi massa sampel dan


mengubah komposisi kimia. Hal tersebut dapat menyebabkan
kesalahan pengukuran.
 Untuk mempelajari termodinamika sampel yang berdasarkan
perbedaan tekanan gas, digunakan HP-DTA.
 Komponen sistem DTA klasik dapat terdekomposisi jika tekanan gas
(biasanya menggunakan gas argon) yang tidak mendekati kondisi
sintesa. Rentang tekanan yang digunakan pada HP-DTA mampu
mencapai ratusan bar dengan rentang temperatur -150°C sampai
600°C. Laju pemanasan dan pendinginan sampai 50K/menit dengan
tekanan maksimum 150 bar.[1]
 Untuk  mengetahui perubahan temperatur leleh akibat tekanan dapat
dideteksi pada kurva DTA. Perhitungan untuk perubahan entalpi leleh
bisa dihitung dengan Persamaan 1 berikut

 Dimana ΔHm adalah entalpi leleh, ΔVm adalah perbedaan volume


diantara solid dan liquid, dP adalah perbedaan tekanan dan dTm
adalah perbedaan temperatur leleh.[1]
Komponen peralatan utama DTA terdiri atas:
 Pemegang sampel
 Tungku yang dilengkapi dengan termokopel
 Sistem pengendali aliran
 Sistem penguat sinyal
 Pengendali program tenaga tungku
 Perekam.
Kelebihan DTA
 instrument dapat digunakan pada suhu tinggi
 bentuk dan volume sampel yang fleksibel
 dapat menentukan suhu reaksi dan suhu transisi sampel
 dapat mendeteksi efek lainnya seperti transisi
polymorfik, yang  tidak melibatkan perubahan berat
Kekurangan DTA
 Sensitivitasnya yang cukup rendah yang dipengaruhi
oleh kuantitas panas yang diberikan sampel
menyebabkan analit sulit dideteksi
 Kalibrasi DTA ang cukup rumit
Aplikasi DTA
Sintesis keramik dari material perovskit seperti Ba1-xSrxTiO3
untuk mengukur variasi entropi
untuk mengetahui termodinamika dari sebuah reaksi dan
transisi fasa
untuk mengetahui secara kualitatif sifat termodinamika suautu
material di atas temperature.
untuk mendeteksi temperatur dekomposisi fasa dan kestabilan
thermal pada material Ti2AlC dalam keadaan tekanan tinggi
pencampuran bahan baku cement
penelitian mineralogi
untuk mengetahui umur dari fossil yang ditemukan
Dibawah ini contoh hasil analisa TGA dari sampel yang mengandung karbon.

Untuk garis hijau adalah grafik weight loss (TG) fungsi waktu, sedangkan
merah adalah temperatur fungsi waktu sedangkan biru adalah DTA fungsi
waktu. Bisa dilihat pada grafik TG pada suhu sekitar 100 C, 200 C dan 500 C
terjadi penurunan berat yg signifikan yg kemungkinan besar dikarenakan
kehilangan air, unsur volatil dan karbon secara berurutan
• Menganalisis grafik/kurva TGA salah satunya bisa dengan cara
menghubungkan suhu dengan kehilangan berat dari bahan yg dianalisa.
(Termogram)

• Misal: bahan uji adalah sejenis biomasa (serbuk kayu)


Ketika dinaikkan suhunya dengan alat tersebut dengan dialiri udara maka
pada suhu 100 oC akan ada penurunan berat (weight loss) dikarenakan
kehilangan air. Berapa persen yg hilang pada kisaran suhu tersebut bisa
dipakai untuk mengestimasi kandungan air dalam bahan.
Kemudian sekitar suhu 200-300 C, maka akan ada kehilangan berat
berikutnya akibat hilangnya kandungan volatile material (sejenis selulosa)
dalam bahan.
Kemudian pada suhu lebih tinggi sekitar 500 C akan ada kehilangan berat
akibat pemecahan unsur lignin.
Terakhir yg tersisa adalah abu.

• TGA umumnya dipakai sebagai perkiraan kasar kandungan2 zat terutama


kadar air, volatil material, karbon dan abu. Namun jika digabung dengan
alat lain bisa cukup powerful misalnya digabung dengan GC atau FTIR
untuk analisa gas yg timbul akibat pemanasan secara lebih detil.
Termogram Kurva TGA Dan DTA Untuk Mineral Kaolin

Menggunakan TGA, perubahan berat yang terjadi pada ~500 sampai 6000 C, yang
berhubungan dengan dehidrasi sampel; juga ditunjukkan pada DTA sebagai proses
endoterm. Efek kedua terdeteksi pada DTA terjadi pada 950 hingga 980 0C, yang tidak
memiliki padanan pada jejak TGA; berhubungan dengan reaksi rekristalisasi pada kaolin
terdehidrasi. Proses ke dua ini bersifat eksotermik, yang mana tidak biasa terjadi;
menunjukkan bahwa struktur yang diadopsi antara ~ 600 dan 950 0C bersifat metastabil
dan proses eksoterm DTA menandakan penurunan entalpi sampel yang mengindikasikan
perubahan ke struktur yang lebih stabil.

Anda mungkin juga menyukai