Anda di halaman 1dari 20

TREMATODA HATI DAN PARU

OLEH:
ADHELIA DWI APRINDAH
ASARIAWATI
BANNA
A. Fasciola hepatica

a. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom         : Animalia
Phylum            : Platyhelminthes
Kelas               : Trematoda
Ordo                : Echinostomida
Genus              : Fasciola
Spesies             : Fasciola hepatica 
b. Morfologi
Ciri umum :
Telur •Bentuk luarnya tertutup oleh
•Ukuran : 130 – 150 mikron x kutikula yang resisten
merupakan modifikasi dari
63 – 90 mikron epidermis
•Warna   : kuning kecoklatan •Cacing dewasa bergerak
•Bentuk : Bulat oval dengan dengan berkontraksinya otot-
salah satu kutub mengecil, otot tubuh, memendek,
terdapat overculum pada memanjang dan membelok
kutub yang mengecil, dinding •Dalam daur hidup cacing hati ini
satu lapis dan berisi sel-sel mempunyai dua macam inang
granula berkelompok. yaitu: inang perantara yakni siput
air dan inang menetapnya yaitu
Cacing dewasa
hewan bertulang belakang
•Ukuran 30 mm x 13 mm
pemakan rumput seperti sapi dan
domba
c. Hospes
•Hospes definitif      : Manusia, kambing, sapi dan biri – biri
•Hospes perantara I  : Keong air / siput
•Hospes perantara II : Tumbuhan air

d. Siklus Hidup
Pada spesies F. hepatica, cacing dewasa bertelur di
dalam saluran empedu dan kantong empedu hewan
ruminansia dan manusia. Kemudian telur keluar ke alam
bebas bersama feses domba. Bila mencapai tempat
basah, telur ini akan menetas menjadi larva bersilia yang
disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila tidak masuk
ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-
rubigranosa).
Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista
(menetap dalam tubuh siput selama + 2 minggu). Sporokista akan
menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung
secara partenogenesis. Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan
berkembang menjadi larva berikutnya yang disebut serkaria yang
mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat menembus jaringan
tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk
beberapa lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi
metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat
bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya.
Perhatikan tahap perkembangan larva Fasciolahepatica. Apabila
rumput tersebut termakan oleh hewan ruminansia dan manusia, maka
kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam
hati, saluran empedu dan dewasa disana untuk beberapa bulan.
Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.
e. Gejala dan Diagnosis
•Gejala
Migrasi cacing Fasciola hepatica •Pengobatan
ke saluran empedu menimbulkan Pengobatan yang dapat
kerusakan pada parenkim hati. diberikan antara lain:
Saluran empedu mengalami Heksakloretan
peradangan, penebalan dan Heksaklorofan
sumbatan sehingga menimbulkan Rafoxamide
Sirosis Periportal. Niklofolan
•Diagnosis Bromsalan yang
Diagnosis ditegakkan dengan disuntikkan di bawah kulit
menemukan telur dalam tinja,
cairan duodenum atau cairan
empedu. Reaksi serologi sangat
membantu dalam menegakkan
diagnosis.
f. Epidemiologi dan Pencegahan

Epidemiologi
Pencegahan
Banyak kasus di daerah yang m
asyarakatnya mempunyai Tidak memakan ikan mentah. 
kebiasaan mengkonsumsi ikan  Apabila mengkonsumsi
mentah atau ikan yang harus sudah dimasak.
diolah kurang matang. dimasak secara sempurna dan
Sering ditemukan di Cina, memakai cuka khusus yang
Jepang, Korea dan Vietnam. dapat mematikan parasit
B. Clonorchis sinensis

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom            : Animalia
Phylum               : Platyhelminthes
Kelas                  : Trematoda
Ordo                   : Opisthorchiida
Family                : Opisthorchiidae
Genus                 : Clonorchis
Spesies               : Clonorchis sinensis 
Telur  :
• Bentuk seperti botol ukuran 25–30
b. Morfologi
µm
• Warna kuning kecoklatan
Clonorchis sinensis dewasa
• Kulit halus tetapi sangat tebal
memiliki bagian-bagian tubuh • Pada bagian ujung yg meluas
utama: pengisap oral, faring, terdapat tonjolan
usus buntu, pengisap ventral, • Berisi embrio yg bersilia
vitellaria, rahim, ovarium,  (mirasidium)
• Operculum mudah terlihat
kelenjar mehlis, testis, • Infektif untuk siput air 
kandung kemih exretory. Telur Cacing Dewasa :
dari Clonorchis sinensis yang • Ukuran 12 – 20 mm x 3 – 5 mm
• Ventral sucker < oral sucker
berisi mirasidium yang
• Usus (sekum) panjang dan
berkembang ke dalam bentuk mencapai bagian posterior tubuh
dewasa, mengapung di air • Testis terletak diposterior tubuh &
tawar sampai dimakan oleh keduanya mempunyai lobus
• Ovarium kecil terletak   ditengah
siput.
(anterior dari testis) 
c. Hospes
•Hospes definitif       : manusia, kucing dan anjing
•Hospes perantara 1  : siput / keong air
•Hospes perantara 2  : ikan sungai

d. Siklus Hidup
Siput merupakan pejamu perantara yang pertama. Sekitar 40 spesies ikan
sungai berperan sebagai pejamu sekunder. Manusia, anjing, kucing dan
banyak spesies mamalia pemakan ikan yang lain merupakan pejamu akhir.
Cara penularan dan manusia terinfeksi karena memakan ikan air tawar.
Contohnya daging ikan yang mentah atau dimasak tidak matang yang di
dalamnya terdapat larva berbentuk kista (metaserkaria). Pada saat dicerna
larva cacing akan terbebas dari dalam kista dan bermigrasi melalui Duktus
Koledokus ke dalam pecabangan empedu.
Telur dalam empedu diekskresikan melalui tinja. Pada tempat yang sesuai,
telur yang fertil (telah dibuahi) akan menetas menjadi larva bersilia yang
disebut mirasidium. Jika telur ini termakan oleh siput (lymnea) sebagai
pejamu pertama yang rentan, maka akan menetas dalam usus siput. Larva
atau mirasidium ini dalam 2 minggu akan berubah bentuk menjadi sporosista.
e.Patologi dan Gejala klinis
Perubahan patologi terutama terjadi pada sel epitel saluran
empedu. Pengaruhnya terutama bergantung pada jumlah
cacing dan lamanya menginfeksi, untungnya jumlah cacing
yang menginfeksi biasanya sedikit. Pada daerah endemik
jumlah cacing yang pernah ditemukan sekitar 20-200 ekor
cacing. Infeksi kronis pada saluran empedu menyebabkan
terjadinya penebalan epitel empedu sehingga dapat
menyumbat saluran empedu. Pembentukan kantong-kantong
pada saluran empedu dalam hati dan jaringan parenkim hati
dapat merusak sel sekitarnya.
f. Diagnosis
g. Pengobatan
Diagnosa didasarkan pada isolasi
feses telur C. sinensis bersama Pengobatan untuk parasit
dengan adanya tanda-tanda  ini adalah sama dengan
pankreatitis atau primary. Beberapa
trematoda lainnya, terutama
kucing mungkin menunjukkan
penyakit kuning dalam kasus-kasus
melalui penggunaan 
lanjutan dengan parasit beban berat. praziquantel sebagai obat
Sejumlah cacing hati lain yang pilihan pertama. Obat
mempengaruhi kucing, seperti  diberikan pada 5 mg / kg stat,
Viverrini opisthorchis dan Felineus atau mingguan. Obat yang
opisthorchis, dapat dibedakan digunakan untu mengobati
dengan pemeriksaan mikroskopik infeksi mencakup
atau yang lebih baru tes PCR. triclabendazole, praziquantel,
Konfirmasi biasanya dibuat pada 
bithionol, albendazole dan
laparotomi eksplorasi dan visualisasi
cacing dalam pohon bilier atau mebendazole.
kandung empedu dari kucing yang
terkena dampak.
C. Paragonimus westermani

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Plagiorchiida
Famili : Troglotrematidae
Genus : Paragonimus
Spesies : Paragonimus westermani
b. Morfologi
Ciri-ciri cacing dewasa :
•Cacing dewasa tebal berbentuk seperti biji kopi berwarna
coklat kemerahan
•Ukuran : panjang 7 – 12• mm, lebar 4 – 6 mm, dan ketebalan 3
mm Oral sucker terletak subterminal, ventral sucker di bagian
tengah tubuh.
•Oral dan ventral sucker mempunyai ukuran yang sama
besarnya.
•Testis dua buah berlekuk dalam saling berdampingan, terletak
Lambang
di ½ posterior badan OvariumF (highly flammable)
besar berlekuk dalam di: sebelah
berarti
bahan
lateral dari testis kimia
Kelenjar bersifat
vitelaria mudah
meluas di seluruh daerah
lateral. menyala/terbakar
•Porus genitalis terletak di dekat tepi belakang ventral sucker.
c. Ciri-ciri Telur
Lambang F+ (extremely flammable) :
berarti bahan kimia bersifat sangat
•Berbentuk oval
mudah terbakar
•Ukuran : panjang 80 – 120 μm dan lebar 50 – 60
μm
•Mempunyai operculum yang khas berdinding tebal
•Telur berisi sel-sel ovum (belum matang)
Lambang O (oxidant substance) :
berarti bahan kimia bersifat
pengoksidasi
d. Hospes
•Hospes definitif : manusia, anjing, kucing
•Hospes intermedier 1 : keong air tawar (Melania sp.)
Lambang T (toxic) : berarti bahan
•Hospes intermedier 2 : kepiting (Potamon sp., Paratelphusa
kimia
sp., Sesarma bersifat
sp.) udang racun
air tawar (Astacus sp., Cambarus
sp.)
e. Siklus hidup


f. Gejala Klinis
Penyakit akibat infeksi cacing ini dinamakan Paragonimiasis.
Infeksi cacing ini dapat memberikan gejala di paru-paru dan
ektopik infeksi.
Gejala paru-paru :
•Berupa kerusakan jaringan
•Tampak juga infiltrasi sel jaringan
•Reaksi jaringan membentuk kapsul fibrotik (kista), di dalamnya
terdapat cacing dan juga telur, jika kista ini berada di brokus
maka oleh suatu hal dapat pecah.
•Gejala mula-mula batuk kering, kemudian batuk darah.
g. Epidemiologi dan Pencegahan

Epidemiologi
Pencegahan
Penyebaran geografis cacing
ini di daerah Asia Timur, •Tidak memakan kepiting yang
antara lain China, Jepang, belum di masak sampai
Korea, Taiwan, serta dapat matang
juga ditemukan di Indonesia, •Tidak buang air besar
Filipina, Vietnam, India, Afrika, sembarangan terutama di
dan Amerika. lokasi perairan
ADA YANG
INGIN
DITANYAKAN
KIIII????????

Anda mungkin juga menyukai