Anda di halaman 1dari 9

EMULSI

RIZKI WAHYUDI
Keuntungan dan kerugian sediaan
Emulsi

 Beberapa keuntungan sediaan emulsi adalah sebagai berikut


 1. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur
menjadi dapat bersatu membentuk sediaan yang homogen
dan stabil
 2. Bagi oarng yang susah menelan tablet dapat
menggunakan sediaan emulsi sebagai alternatif
 3. Dapat menutupi rasa tidak enak obat dalam bentuk cair,
contohnya minyak ikan
 4. Meningkatkan penerimaan oleh pasien
 Beberapa kerugian emulsi adalah sebagai berikut
 1. Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan
tablet
 2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah
daripada sediaan tablet karena cairan merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
 3. Takaran dosisnya kurang teliti
APLIKASI EMULSI DI BIDANG FARMASI

 1. Senyawa-senyawa yang larut lemak seperti vitamin, diabsorbsi lebih


sempurna jika
 diemulsikan daripada dibuat dalam larutan berminyak.
 2. Emulsi intravena untuk pasien lemah yang tidak bisa menerima obat-
obat secara oral.
 3. Emulsi radiopaque sebagai zat diagnostik dalam pengujian sinar X.
 4. Emulsifikasi digunakan dalam produk aerosol untuk menghasilkan busa.
 5. Contoh : Propelan yang membentuk fase cair terdispersi di dalam wadah
menguap. Bila
 emulsi tersebut dikeluarkan dari wadahnya maka akan menghasilkan
pembentukan
 busa.
 6. Emulsi secara luas digunakan dalam produk farmasi dan kosmetik untuk
pemakaian
 luar berupa lotio dan krim.
TIPE EMULSI

 Emulsi dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu


 1. Tipe o/w (m/a) : suatu emulsi dimana minyak terdispersi
sebagai tetesan dalam fase air disebut minyak dalam air.
 2. Tipe w/o (a/m) : jika air adalah fase terdispersi dan minyak
adalah medium pendispersi. emulsi disebut air dalam
minyak.
 3. Emulsi ganda. Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang
disebut bentuk emulsi w/o /w(a/m/a) atau o/w/o (m/a/m)
atau disebut emulsi dalam emulsi
PENENTUAN TIPE EMULSI
 Tipe dari emulsi dapat ditentukan dengan cara berikut.
 1. Uji pengenceran
Metode ini berdasarkan bahwa suatu emulsi m/a dapat diencerkan dengan air dan
emulsi a/m dengan minyak. Saat minyak ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam
emulsi m/a dan akan nampak nyata pemisahannya. Tes ini secara benar dibuktikan bila
penambahan air atau minyak diamati secara mikroskop.
 2. Uji Konduktivitas (Uji Hantaran Listrik)
Emulsi ketika fase kontinyu adalah air dapat dianggap memiliki konduktivitas
yangtinggi dibanding emulsi yang fase kontinyunya adalah minyak. Ketika sepasang
elektrode dihubungkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik, dimasukkan dalam
emulsi m/a, lampu akan menyala karena menghantarkan arus untuk kedua elektrode.
Jika lampu tidak menyala, diasumsikan bahwa sistem a/m.
 3. Uji Kelarutan Warna.
Bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi. Sementara
zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase minyak. Jadi, ketika pengujian mikroskopik
menunjukkan bahwa zat warna larut air menyebar dalam fase kontinyu maka dapat
diasumsikan bahwa tipe m/a, dan sebaliknya bila menggunakan sejumlah kecil pewarna
larut minyak, dan terjadi pewarnaan fase kontinyu maka menunjukkan tipe a/m.
Lanjutan...

 4. Tes Fluoresensi
Banyak minyak jika dipaparkan pada sinar UV, maka akan berfluoresensi, jika
tetesanemulsi dibentangkan dalam lampu fluoresensi di bawah mikroskop dan
semuanya berfluoresensi, menunjukkan emulsi a/m. Tapi jika emulsi m/a,
fluoresensinya berbintik-bintik.
 5. Uji Arah Creaming
Creaming adalah fenomena antara dua emulsi yang terpisah dari cairan
aslinya ketika salah satunya mengapung pada permukaan lainnya. Konsentrasi
fase terdispersi adalah lebih tinggi dalam emulsi yang terpisah. Jika berat jenis
relatif tinggi dari kedua fase diketahui maka arah creaming dari fase terdispersi
menunjukkan adanya tipe emulsi m/a. jika creaming emulsi menuju ke bawah
berarti emulsi a/m. hal ini berdasarkan asumsi bahwa mimyak kurang padat
daripada air.
 6. Metode kertas saring/CoCl2
Kertas saring dijenuhkan dengan COCl2 dan dikeringkan. Warna awal adalah
STABILITAS FISIK DARI EMULSI
 Ketidakstabilan dari emulsi dapat digolongkan menjadi:
 1. Creaming dan Sedimentasi
 Creaming adalah gerakan ke atas dari tetesan relatif zat terdispersi ke fase kontinu,
 sedangkan sedimentasi adalah proses pembalikan yaitu gerakan ke bawah dari
 partikel. Kecepatan sedimentasi tetesan atau partuikel dalam cairan dihubungkan
 dengan hukum Stokes.
 Faktor yang dapat memengaruhi kecepatan sedimentasi atau creaming antara lain
 diameter tetesan yang terdispersi, viskositas medium pendispersi, dan perbedaan
 berat jenis antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Pengurangan ukuran
 partikel yang terkonstribusi meningkatkan atau mengurangi creaming.
 2. Agregasi (flokulasi) dan Koalesensi
 Flokulasi adalah penyatuan partikel sedangkan koalesen adalah penggabungan
 aglomerat menjadi tetesan yang lebih besar atau tetesan-tetesan. Koalesen biasanya
 lebih cepat jika dua cairan yang tidak saling bercampur dikocok bersama karena tidak
 ada energi barier yang besar untuk mencegah penggabungan tetesan dan reformasi
 dari fase bersama.
 Jika suatu bahan pengemulsi ditambahkan ke dalam sistem, flokulasi masih dapat
 terjadi tetapi koalesen dikurangi menjadi lebih sedikit tergantung kerja bahan
 pengemulsi untuk membentuk kestabilan lapisan koheren Antarmuka.
 3. Berbagai jenis perubahan kimia dan fisika
lanjutan

 4. Inversi fase
 Emulsi dikatakan membalik ketika perubahan emulsi dari M/A
ke A/M atau sebaliknya. Inversi kadang-kadang terjadi dengan
penambahan elektrolit atau dengan mengubah rasio fase
volume. Sebagai contoh emulsi M/A yang mengandung
natrium stearat sebagai pengemulsi dapat ditambahkan
kalsium klorida karena kalsium stearat dibentuk sebagai bahan
pengemulsi lipofilik dan mengubah pembentukan produk A/M.
Inversi dapat dilihat ketika emulsi dibuat dengan pemanasan
dan pencampuran dua fase kemudian didinginkan. Hal ini
terjadi kira-kira karena adanya daya larut bahan pengemulsi
tergantung pada perubahan temperatur.

Anda mungkin juga menyukai