Anda di halaman 1dari 7

* Hubungan struktur

dan aktivitas obat


analgetik non
narkotik
Rizki wahyudi
*Analgetika non narkotik adalah analgetik
yang bekerja pada saraf perifer dan
sentral sistem saraf pusat, dapat
digunakan untuk mengurangi rasa sakit
yang ringan sampai sedang sehingga sering
juga disebut sebagai analgetika ringan,
selain itu juga dapat menurunkan suhu
badan pada keadaan panas badan yang
tinggi dan sebagai antiradang untuk
pengobatan rematik.

*Analgetika non
narkotik
* Berdasarkan struktur kimianya, analgetika non narkotik dibagi menjadi dua
kelompok yaitu analgetik-antipiretik dan obat antiradang bukan steroid NSAID).

* A. Analgetik-Antipiretika
* Berdasarkan struktur kimianya, obat ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
* Turunan Anilin dan para-Aminofenol

* 1) Anilin memiliki efek antipiretik cukup tinggi, akan tetapi toksisitasnya


besar karena dapat menimbulkan methemoglobin.
* 2) Adanya substitusi pada gugus amino dapat mengurangi sifat kebasaan dan
dapat menurunkan aktivitas dan toksisitasnya. Asetilasi gugus amino (asetanilid)
akan dapat menurunkan toksisitasnya, pada dosis terapi relatif aman, pada dosis
yang lebih besar menyebabkan pembentukan methemoglobin dan mempengaruhi
jantung.
* 3) Turunan aromatik dari asetanilid, seperti benzenanilid, sukar larut dalam
air, tidak dapat dibawa oleh cairan tubuh ke reseptor sehingga tidak dapat
menimbulkan efek analgesik, salisilanilid tidak memiliki efek analgesik, tetapi
dapat digunakan sebagai antijamur.
* 4) Para-aminifenol (produk metabolic dari anilin) memiliki toksisitas yang
lebih rendah dibandingkan anilin dan turunan orto dan meta, tetapi obat masih
terlalu toksik.
* 5) Adanya Asetilasi gugus amino dari para-aminofenol
(asetaminofen) akan dapat menurunkan toksisitasnya, pada dosis
terapi relatif aman tetapi pada dosis yang lebih besar dan
pemakaian jangka panjang kan dapat menyebabkan
methemoglobin serta kerusakan hati.
* 6) Adanya Eterifikasi gugus hidroksi dari para-aminofenol
dengan gugus metil (anisidin) dan etil (fenetidin) dapat
meningkatkan aktivitas analgesik tetapi pembentukan
methemoglobin juga meningkat.
* 7) Adanya pemasukan gugus yang bersifat polar, seperti gugus
karboksilat dan sulfonat, ke dalam inti benzene akan
menghilangkan aktivitas analgesik.
* 8) Etil eter dari asetaminofen (fenasentin) mempunyai
aktivitas analgesik cukup tinggi, akan tetapi pada penggunaan
jangka panjang menyebabkan methemoglobin, kerusakan ginjal
dan bersifat karsinogenik.
* 9) Ester salisil dari asetaminofen (fenetsal) dapat mengurangi
toksisitas dan meningkatkan aktivitas analgesik.
* B. Obat Antiradang Bukan Steroid
* a. Turunan asam salisilat
* 1) Senyawa yang aktif sebagai antiradang adalah anion salisilat. Gugus
karboksilat penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan
dengannya.
* 2) Turunan halogen, seperti asam 5-klorsalisilat, akan dapat meningkatkan
aktivitas tetapi menimbulkan toksisitas lebih besar.
* 3) Adanya gugus amino pada posisi 4 akan daoat menghilangkan aktivitas.
* 4) Pemasukan gugus metil pada posisi 3 akan menyebabkan metabolisme
atau hidrolisis gugus asetil menjadi lebih lambat sehingga masa kerja obat
daoat menjadi lebih panjang.
* 5) Adanya gugus aril yang bersifat hidrofob pada posisi 5 dapat
meningkatkan aktivitas.
* 6) Adanya gugus difluorofenil pada posisi meta dari gugus karboksilat
(diflunisal) dapat meningkatkan aktivitas analgesik, memperpanjang masa
kerja obat dan menghilangkan efek samping, seperti iritasi saluran cerna dan
peningkatan waktu pembekuan darah.
* 7) Efek iritasi dari aspirin dihubungkan dengan gugus karboksilat.
Esterifikasi gugus karboksil akan menurunkan efek iritasi tersebut. Karbetil
salisilat adalah ester karbonat dari etil salisilat, ester ini tidak menimbulkan
iritasi lambung dan tidak berasa.
*b. Turunan Asam N-Arilantranilat
*Asam antranilat merupakan suatu analog nitrogen dari asam
salisilat.
*1) Turunan asam N-antranilat akan memiliki aktivitas yang
lebih tinggi apabila pada cincin benzene yang terikat atom N
mempunyai substituen-substituen pada posisi 2,3, dan 6
*2) Yang aktif adalah turunan senyawa 2,3-disubstitusi. Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa mempunyai aktivitas yang
lebih besar apabila gugus-gugus pada N-aril berada di luar
kepolanaritas asam antranilat. Struktur tidak planar tersebut
sesuai dengan tempat reseptor hipotetik antiradang.
*3) Adanya penggantian atom N pada asam antranilat
dengan gugus-gugus isosterik seperti O,S, dan CH2 akan dapat
menurunkan aktivitas.
*DAFTAR PUSTAKA

*Foye, W. O., T. L. Lemke, and D. A. Williams. 1995.


Principles of Medicinal Chemistry: Fourth Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

*Patrick, Graham. 1995. An Introductin To Medicinal


Chemistry. New York: Oxford University Press.

*Siswandono dan B. Soekardjo. 2008. Kimia Medisinal.


Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai