Nefrotik
B1 2016
260110160054 - Khoirina N.s 260110160065- Hanifah Kamilah
260110160055 - Aulia Annisa 260110160066 - Nata Rimana F
260110160056 - Dinda Crendhuty 260110160067 - Sausan
260110160057 - Dian Amalia 260110160069 - Krsyta Desela
260110160058 - Irsarina Rahma 260110160070 - Dina Sembiring
260110160059 - Utari Yulia Alfi 260110160073 - Meidiana
260110160060 - Nia Kurniasih 260110160074 - Fitri Nurjana
260110160061 - Syara Nur Fitri 260110160077 - Dwi Prihastuti
260110160062 - Sifa M.Yusuf 260110160078 - Diena Karfiena
260110160063 - Hanifa Rifdah
Your Title Here
Kasus Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Cras
nunc mi, sollicitudin quis ipsum a, mollis mollis tortor. Ut sodales
felis id tellus porttitor sodales.
(NIDDK, 2018).
ANATOMI GINJAL
Bagian ginjal secara anatomi dibagi menjadi 2 bagian
(Lesmana, 2017):
▹Korteks
Tersusun atas tubulus dan berjuta-juta pembuluh darah
nefron. Setiap nefron memiliki satu renal corpuscle dan
satu renal tubular.
▹Medula
Terdiri dari beberapa massa-massa triangular disebut
piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil
ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus
menuju pelvis ginjal
ANATOMI DAN FISIOLOGI
RIFLE Category
Klirens
(Kemenkes RI,2011)
Klirens
Cockroff dan Gault
Nilai rujukan:
Laki-laki : 97 mL/menit – 137
mL/menit per 1,73 m2
Perempuan : 88 mL/menit – 128
mL/menit per 1,73 m2
(Verdiansah, 2006).
GFR
94%
Asam Urat - -
(Verdiansah, 2006).
SINDROM NEFROTIK
Penyakit
Pasien yang menderita penyakit diabetes
melitus, lupus, amyloidosis, dan penyakit ginjal
lainnya
Infeksi
HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan Malari.
GEJALA
Meningkatnya BB
Urin berbusa
MACAM-MACAM SINDROM NEFROTIK
Your Title Here Your Title Here Sel epitel, yang juga dikenal sebagai podocytes,
memiliki proses kaki khusus yang tertanam di lapisan
Lorem ipsum dolor sit amet, Lorem ipsum dolor sit amet,
consectetur adipiscing elit. Cras consectetur adipiscing elit. Cras luar GBM. Di seluruh penghalang inilah cairan
nunc mi, sollicitudin quis ipsum a,
mollis mollis tortor. Ut sodales felis
nunc mi, sollicitudin quis ipsum a,
mollis mollis tortor. Ut sodales felis
mengalir dan akhirnya membentuk ultrafiltrate
id tellus porttitor sodales. id tellus porttitor sodales.
PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK
Penatalaksanaan sindrom nefrotik meliputi terapi spesifik untuk kelainan dasar ginjal atau penyakit
penyebab, mengurangi atau menghilangkan proteinuria, serta mencegah komplikasi nefrotiknya.
Pengobatan terdiri dari kortikosteroid dan imunosupresif yang ditunjukkan terhadap lesi ginjal, diet tinggi
protein dan rendah garam, diuretik, infus albumin intravena, pembatasan aktivitas selama fase akut serta
menjauhkan pasien dari sumber infeksi.
● Prednisone/Prednisolone
Dosis prednison atau prednisolon yang disarankan adalah (0,8-1 mg/kg, dosis mulai 60 mg) 60 mg mg
per hari selama 4-16 minggu, dikurangi secara bertahap.
● Diuretik untuk mengobati Edema
Diuretik loop oral dengan pemberian dua kali sehari biasanya lebih disukai karena durasi aksi yang
lebih lama. Furosemide (Lasix) 40 mg per oral dua kali sehari. Dosis maksimal 240 mg/hari.
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah salah satu steroid karbon – 21 yang dikeluarkan korteks adrenal sebagai
tanggapan dari hormon ACTH yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis atau angiotensin II,
kortikosteroid berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
● Glukokortikoid, efek utamanya berupa penyimpanan glikogen hepar dan efek antiinflamasi.
● Mineralokortikoid berpengaruh pada keseimbangan air dan elektrolit dan tidak memiliki efek
antiinflamasi kecuali 9 alfa – fluorokortisol.
TERAPI FARMAKOLOGI
2. Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin (diuresis). Arti
diuresis ini berupa penambahan volume urin yang diproduksi dan menunjukkan jumlah
pengeluaran zat – zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik yaitu memobilisasi cairan udem
yang artinya mengubah keseimbangan cairan sehingga volume ekstrasel kembali menjadi
normal. Diuretik dibagi menjadi dua golongan besar :
● Diuretik osmotik
● Inhibisi mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal seperti inhibisi karbonat
anhidrase, benzotiazid, diuretik hemat kalium dan diuretik adekuat (Petri, 2001).
Golongan Diuretik
PIO
1. Prednison
Kontraindikasi: infeksi sistemik (kecuali kalau diberikan pengobatan microbial spesifik), hindari pemberian vaksin virus hidup pada
pemberian dosis imunosupresif (respon serum antibodi berkurang).
Dosis:
Oral : awal 10-20 mg/hari (penyakit berat sampai 60 mg/hari), sebaiknya diberikan pagi setelah sarapan pagi, dosis dapat diturunkan
dalam beberapa hari tetapi dilanjutkan selama beberapa minggu atau bulan. Pemeliharaan, 2,5-15 mg/hari, tetapi dapat ditingkatkan bila
diperlukan, efek samping meningkat pada dosis di atas 7,5 mg/hari
Injeksi intramuscular : prednisolon asetat , 25-100mg sekali atau dua kali seminggu.
Efek Samping: efek saluran pencernaan termasuk dyspepsia, tukak lambung (dengan perforasi), abdominal distention, pankreatitis akut,
ulserasi esophageal dan kandidiasis, efek musculoskeletal termasuk miopati proksimal, osteoporosis, patah tulang dan tulang belang,
avascular osteonecrosis, tendon rupture, efek endokrin termasuk supresi adrenal, haid tidak teratur dan amenore, Cushing's syndrome
(pada dosis tinggi, biasanya kembali bila dihentikan), hirsutism, berat badan bertambah, keseimbangan nitrogen dan kalsium negatif,
peningkatan nafsu makan, memperberat infeksi, efek neuropsikiatrik termasuk euporia, psychological dependence, depresi insomnia,
meningkatkan tekanan intracranial dengan papilodema pada anak (biasanya setelah dihentikan), psikosis dan aggravation of
schizophrenia, aggravation of epilepsy; efek optalmik termasuk glaukoma, papilloedema, katarak subkapsular posterior, corneal atau
scleral thinning dan eksaserbasi virus mata atau penyakit jamur; efek samping lain termasuk gagal penyembuhan, atropi kulit,
menimbulkan luka memar, striae, telangiectais, jerawat,rupture jantung diikuti infark jantung, gangguan cairan dan elektrolit, leukositosis,
reaksi hipersensitif (termasuk pencegahan), tromboembilisme, mual, muntah, cekukan.
(BPOM, 2014).
PIO
2. Furosemid
Indikasi : udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan pada udem
pulmonari akut dan udem otak yang diharapkan mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat.
Kontraindikasi : gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma hepatik, defisiensi elektrolit,
hipovolemia, hipersensitivitas.
(BPOM, 2014)
TERAPI NON FARMAKOLOGI
● Diet garam sangat penting untuk mengurangi edema pada sindrom nefrotik.
Beberapa pasien dengan sindrom nefrotik menunjukkan penghambatan
aktivitas renin plasma (PRA) dan peningkatan tingkat atrial natriuretic
peptide (ANP) yang sebanding dengan kondisi akumulasi garam.
● Pembatasan protein ekstrim tidak dianjurkan pada pasien sindrom nefrotik.
● Japanese Society of Nephrology merekomendasikan asupan protein 1,0-1,1
g / kg berat badan (BB) / hari
● Untuk menjaga keseimbangan nitrogen, asupan kalori 35 kkal / kg BB / hari
(Nishi, 2016).
TERAPI NON FARMAKOLOGI
(MayoClinic, 2019).
MONITORING
KADAR UREUM
Monitoring termasuk:
- tekanan darah
- BMI
- Kolesterol
- kadar urea serum
- kadar elektrolit serum
- pemeriksaan urin rutin (sel darah, urea, leukosit, sedimen-sedimen)
- pemeriksaan kadar gula darah
(Verdiansah, 2006).
MONITORING
Klirens kreatinin
•Nilai rujukan:
Pria: 0,7-1,3 mg/dL
wanita 0,6-1,1 mg/dL
(Verdiansah, 2006).
Daftar Pustaka