(unstable)
shift B-2 2016
Gina Sabila 260110160082
Hanifahzin K. 260110160086
Terdapat dua cabang arteri, yakni arteri Sebagian besar vena kardial kembali ke
koroner kanan dan kiri. Diameter arteri atrium kanan melalui sinus koroner,
koroner kiri lebih besar dan menyuplai kecuali vena kardial anterior dan vena
darah lebih banyak dibandingkan arteri kordis minima yang langsung ke atrium
koroner kanan. kanan
(Moore dkk, 2010)
Fisiologi Jantung → jantung berfungsi untuk memompa darah ke
pembuluh darah arteri yang selanjutnya akan ditranspor
ke jaringan tubuh.
Dalam pembuluh darah kapiler terjadi pertukaran cairan, nutrisi, elektrolit, hormon, dan
mediator komunikasi sel antar darah dan cairan interstitial.
Patofisiologi
Manifestasi akut dari plak plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah
(PERKI,
2015).
Terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
vasokontriksi
(PERKI,
2015).
Uji Klinis
ECG
ECG merupakan suatu gambaran dari arus
elektrik yang dihasilkan oleh otot jantung
selama suatu denyut jantung.
Kadar normal troponin T ≥0,1 ng/mL. Menurut literatur, troponin memiliki bentuk-bentuk yang khas yang hanya
bisa ditemukan pada sel-sel miokardium. Oleh karena itu troponin T dalam sirkulasi merupakan penanda yang
sangat sensitif dan spesifik bila terdapat kerusakan sel miokard. Pada saat miokardium cidera, troponin jantung
segera dilepaskan oleh sel-sel miokardium dan masuk ke dalam sirkulasi, sehingga munculnya troponin secara akut
didalam serum mengisyaratkan IMA.
Menurut literatur, kadar CKMB normal adalah <24 U/L, apabila kadar CKMB ≥24
U/L maka merupakan suatu tanda bahwa telah terjadi cidera pada miokard. Kadar serum
CKMB merupakan indikator penting nekrosis miokard, namun CKMB ini tidak spesifik
untuk mendeteksi kerusakan pada otot jantung (Prasetyo et al, 2014).
Blood Test
Tes dapat mengidentifikasi enzim tertentu
seperti troponin yang bocor ke dalam
darah setelah jantung menderita angina
parah atau serangan jantung. Tes darah
juga dapat mengidentifikasi peningkatan
kolesterol, LDL dan trigliserida yang
menempatkan pada risiko lebih tinggi
untuk penyakit arteri koroner dan karena
itu angina. (Radiological society, 2019)
Farmakoterapi
Guideline Terapi
(PERKI, 2015)
Tindakan Awal (Fase Akut di UGD)
1. Bed rest total
2. Oksigen 2-4L/menit
3. Obat-obatan :
a. Aspirin 160-320 mg tidak bersalut dipakai karena absorpsi sublingual (di bawah lidah) yang lebih cepat (Kelas
I-C)
b. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
- Dosis awal ticagrelor 180 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/hari, atau
- Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari
a. Nitrogliserin (NTG) sublingual 5 mg bagi pasien dengan nyeri dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang
gawat darurat , jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali pemberian, dapat diulang setiap lima menit
sampai maksimal tiga kali.
b. Morfin sulfat 2-4 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien yang tidak responsif dengan
terapi tiga dosis NTG sublingual
Terapi Maintenance
•Beta Blocker •Nitrat
Beta blocker direkomendasikan bagi pasien UAP atau Keuntungan terapi nitrat terletak pada efek dilatasi
NSTEMI, terutama jika terdapat hipertensi dan/atau vena yang mengakibatkan berkurangnya preload dan
takikardia. Keuntungan utama terapi beta blocker volume akhir diastolik ventrikel kiri sehingga
terletak pada efeknya terhadap reseptor beta-1 yang konsumsi oksigen miokardium berkurang. Efek lain
mengakibatkan turunnya konsumsi oksigen dari nitrat adalah dilatasi pembuluh darah koroner
miokardium baik yang normal maupun yang mengalami
1. Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanpa kontraindikasi dengan dosis awal 150-300
mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk jangka panjang
2. Ticagrelor direkomendasikan untuk semua pasien dengan risiko iskemik sedang hingga tinggi
(misalnya peningkatan troponin) dengan dosis awal 180 mg, dan dilanjutkan dosis 90 mg dua
kali sehari. Pemberian ini juga dilakukan pada pasien yang sudah mendapatkan clopidogrel
(pemberian clopidogrel kemudian dihentikan)
Terapi Maintenance
•Statin •ACEI
Inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE)
Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa
berguna dalam mengurangi remodeling dan
mempertimbangkan modifikasi diet, inhibitor menurunkan angka kematian penderita pascainfark-
hydroxymethylglutary-coenzyme A reductase (statin) harus miokard yang disertai gangguan fungsi sistolik
diberikan pada semua penderita UAP/NSTEMI, termasuk
jantung, dengan atau tanpa gagal jantung klinis.
Inhibitor ACE diindikasikan penggunaannya untuk
mereka yang telah menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak
jangka panjang, kecuali ada indikasi kontra, pada
terdapat indikasi kontra (Kelas I-A). Terapi statin dosis tinggi pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40% dan
hendaknya dimulai sebelum pasien keluar rumah sakit, pasien dengan diabetes mellitus, hipertensi, atau
penyakit ginjal kronik (PGK).
dengan sasaran terapi untuk mencapai kadar kolesterol LDL
(Jaarsma, 2006).
Pemberian
Informasi Obat
Simvastatin
Indikasi : terapi tambahan pada diet untuk menurunkan kolesterol pada hiperkolesterolemia primer atau
dislipidemia campuran, mengurangi risiko komplikasi pada arteriosklerosis.
Dosis : dosis awal 5 – 10 mg/hari, maksimal 40 mg/hari dan dikonsumsi malam hari sebelum tidur.
Kontraindikasi : gangguan hati yang aktif, hamil, menyusui, hipersensitif
Peringatan : Hati – hati pada penderita riwayat penyakit hati, perlu dilakukan monitoring fungsi hati
(SGOT/SGPT), setelah 6 – 12 minggu diberikan terapi.
Efek Samping : Miositis, sakit kepala, ruam kulit dan efek pada otot (rhabdomiolisis)
Alasan Pemilihan, karena Simvastatin :
a.Menurunkan LDL kolesterol sekitar 26 – 47 % (sebab nilai LDL nya dalam kategori batas tinggi : 3,6
mmol/L)
b.Menurunkan Trigliserida sekitar 19 – 36 % (sebab nilai Trigliserida kategori batas normal tinggi, belum
masuk kategori tinggi : 1.8 mmol/L)
c.Menurunkan kolesterol total sekitar 12 – 34 %
d.Meningkatkan HDL kolesterol sekitar 8 – 16 % (masih dalam kategori normal, sehingga %
peningkatannya tidak perlu terlalu tinggi.
Aspirin
•Indikasi: Aspirin diindikasikan sebagai agen antiplatelet. Aspirin mencegah terjadinya okslusi trombotik
akut. Aspirin digunakan untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah yang disebabkan oleh
menurunan agregasi platelet (Dipiro, 2008).
•Dosis awal : 162-325 mg peroral sebagai dosis tunggal (dapat dikunyah pada pasien yang belum
mendapat aspirin untuk kadar darah aspirin cepat)
•Dosis harian : 75-160 mg peroral 1x sehari
•Mekanisme: Antiplatelet : Aspirin bekerja dengan cara menekan pembentukan tromboksan A2 dengan
cara menghambat siklooksigenase di dalam platelet (trombosit) melalui asetilasi yang ireversibel.
•Efek samping: Efek samping yang sering terjadi adalah sakit pada perut dan saluran cerna, mudah
terjadi pendarahan atau memar (Ferro and Garcia, 2013).
•Kontraindikasi: Hipersensitivitas, pendarahan aktif, risiko pendarahan berat (Dipiro, 2008).
•Aturan pakai: Digunakan 162 mg peroral satu kali setelah makan dengan cara dikunyah pada hari
pertama di rumah sakit. Dan 75 mg peroral sehari satu kali setelah makan pada hari kedua di rumah
sakit dan pada pengobatan lanjutan (Dipiro, 2008).
Ticagrelor
Ticagrelor adalah obat pengencer darah yang digunakan bersama aspirin saat
serangan jantung, untuk mencegah kondisi yang bisa mengancam nyawa.
Dosis awal tablet ticagrelor yang dikombinasikan dengan pemberian aspirin untuk
orang dewasa ialah 180 mg satu kali per hari. Dosis yang diberikan oleh dokter
pada masa pemeliharaan kondisi pasien penyakit jantung koroner adalah 90 mg
Efek samping: mual, pusing, nyeri dada, sesak napas, gangguan irama jantung
Clopidogrel
Clopidogrel adalah obat yang mempunyai efek anti agregasi dan penghambat pembentukan trombus pada reseptor
P2Y12 di platet secara irreversible
I : Mencegah kejadian aterotrombosis pada pasien yang menderita infrak miokard, stroke iskemik atau penyakit arteri
perifer
P : Hati-hati untuk pasien dengan resiko pendarahan, pembedahan dan pasien dengan gagal fungsi hati, ginjal dan
kehamilan
ES : Dispepsia, nyeri perut, diare, pendarahan, mual muntah, gastritis, perut kembung, tukak lambung, konstipasi dan
sakit kepala
D: Sindrom koroner akut : Dosis awal 1 x 300 mg/hari lalu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1x75 mg/hari
CP : Peroral
Catopril
I : Hipertensi dengan infrak miokard, gagal jantung, proteinuria dan diabetes miletus
ES : Hipotensi, gangguan ginjal, batu kering, angioedema, ruam kulit, gangguan saluran
cerna, hiperkalimeia dan hipoglikemia
KI : hipersensitivitas terhadap nitrat; hipotensi atau hipovolemia; kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta,
tamponade jantung, perikarditis konstruktif, stenosis mitral; anemia berat, trauma kepala, perdarahan otak
glaukoma sudut sempit.
P : gangguan hepar atau ginjal berat; hipotiroidisme, malnutrisi, atau hipotermia; infrak miokard yang masih baru;
sistem transdermal yang mengandung logam harus diambil sebelum kardioversi atau diatermi.
ES : sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural, takikardi (dapat terjadi bradikardi
paradoksikal).
CP : Sublingual atau masukkan obat di bawah lidah dibiarkan sampai larut sempurna lalu diperbolehkan meminum
air
Morfin Sulfat
Indikasi: Sebagai Agen anti iskemia dan merupakan analgetik dan anxiolitik poten yang mempunyai efek
hemodinamik (Departemen Kesehatan. 2006).
terapi dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG
sublingual
(PERKI, 2015)
Bisoprolol
Beta Blocker
Indikasi:Beta blocker direkomendasikan bagi pasien UAP atau NSTEMI, terutama jika terdapat
hipertensi dan/atau takikardia. Keuntungan utama terapi beta blocker terletak pada efeknya
terhadap reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunnya konsumsi oksigen miokardium
(PERKI, 2015)
Nitrat : Isosirbid dinitrat
Indikasi: Sebagai vasodilator yang meringankan nyeri dada yang berkaitan dengan angina (Stewart, 2017)
Dosis: awal 5mcg/ menit infusan IV. Bertambah iv menjadi 5 mcg / menit, meningkat 10 mcg/min setiap 3-5 menit
(max 200mcg/ menit). Isosorbid dinitrate IV infusan 2-10 mg/jam IV.
Anti-iskemik :
● Menurut kebutuhan oksigen miokard karena penurunan preload dan afterload
● Efek vasodilatasi sedang,
● Meningkatkan aliran darah kolateral,
● Menurunkan kecendrungan vasospasme, serta
● Potensial dapat menghambat agregasi trombosit.
Efek samping: Nitrogliserin umumnya menyebabkan efek samping berupa kepala berdenyut, pusing dan kepala
terasa berat, denyut jantung menjadi cepat. Efek samping yang jarang terjadi yaitu mual dan reaksi kulit (jika yang
digunakan bentuk sediaan patch) (Stewart, 2017).
Kontraindikasi: Hipotensi, penggunaan sildenafil atau vardenafil dalam 24 jam atau tadalafil dalam 48 jam
(MIMS, 2017).
Konseling dan
Monitoring
Monitoring
1. Monitoring tekanan darah, kadar trigliserida, kadar LDL, kadar HDL, dan
kadar kolesterol total, ritme jantung, dan troponin I
2. Monitoring kepatuhan penggunaan obat
3. Monitoring efek samping obat yang dapat terjadi
4. Monitoring EKG
5. Monitoring Nyeri Dada
6. Memastikan bahwa pasien mendapatkan saran dan obat yang kontinu ketika
keluar dari rumah sakit. Sebelum pulang ke rumah, pasien harus
mendapatkan petunjuk yang detail mengenai pengobatannya termasuk
penjelasan bagaimana mendapat obat selanjutnya dan apa yang harus
dilakukan jika gejala yang muncul tidak terkontrol atau jika dia terkena efek
samping dari pengobatannya.
Konseling
1. Memberikan konsultasi pada pasien untuk memastikan bahwa dia mengerti tujuan dari
pengobatan dan menggunakan obatnya dengan tepat sehingga tercapai efek maksimum terapi
dan minimalisasi efek samping. Menjelaskan kepada pasien, alasan pemberian setiap obat yang
digunakannya serta hubungannya dengan gejala dan keluhan yang dirasakannya.
2. Memberikan konsultasi pada pasien perihal pola hidupnya (seperti diet, merokok dll) untuk
memastikan bahwa dia tidak mengkompromikan pengobatannya dalam cara apapun.
3. Menjelaskan kepada pasien untuk mencoba dan/atau melaksanakan relaksasi sebisa mungkin
kapanpun dengan tujuan untuk mencegah terjadinya peningkatan kebutuhan suplai oksigen
kejantung.
DAFTAR PUSTAKA
Jaarshma, Tiny. 2006. Non-Pharmacological Management And Patient Education In Heart Failure Patients. European Cardiology
Review. Issues 2(1).
Kemenkes RI. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Moore, K. L., Dalley, A. F, and Agur, A. M. R.. 2010. Clinically Oriented Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Palu, Afa Kehaati, Raevonne A. Santiago, Brett J. West, Norman Kaluhiokalani, and , Jarakae Jensen. 2008. The Effects of Morinda
citrifolia L. Noni on High Blood Pressure: A Mechanistic Investigation and Case Study. American Chemical Society. Vol. 993,446–
453.
PERKI. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Tersedia online di http
://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_tatalaksana_Sindrom_Koroner_Akut_2015.pdf [diakses pada 13 Juni 2019]
Prasetyo, R., Syafri, M., Efrida. 2014. Gambaran Kadar Troponin T dan Creatinin Kinase Myocardial Band
pada Infark Miokard Akut. Jurnal Kesehatan Andalas; 3 (3).
Standring, S. 2008. Gray’s Anatomy The Anatomical Basis of Clinical Practice. 40th ed. Spain : Elsevier.
. Radiological Society. 2019. Angina Pectoris. North America: Radiological Society of North America, Inc.
Setiawan D. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Jakarta:Pustaka Bunda.
Queensland government. 2012. Queensland Health: Exercise Stress Testing. Effective From.
Version No: 1.0