Anda di halaman 1dari 13

Keperawatan Kedaruratan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN GAWAT DARURAT
DENGAN KERACUNAN
Kelompok : 1
Veby Aprilla Maulina
Andi Afrizal
Dinda Maulidia Rizka
Fricillia Ramadhanty
Ivan Gunawan
Maghfirah Azzuhra
Rafika Utari
Raudhatul Jannah
Dosen Pembimbing : Sidqi Fahmi
Muhammad, SKM., MPH
Zara Zatira Putri
PENGERTIAN
 Racun adalah zat yang ketika tertelan,
terhisap, diabsorbsi, menempek pada kulit,
atau digasilkan di dalam tubuh dalam jumlah
yang relatif kecil dapat mengakibatkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi
kimia (Brunner & Suddarth, 2011)
 Keracunan dapat diartikan sebagai setiap
keadaan yag menunjukkan kelaiann
multisystem dengan keadaan yag tidak jelas
(Arief Mansjoer, 1999)
TANDA DAN GEJALA
 Banyak tanda dan gejala dapat timbul sebagai
akibat dari keracunan, termasuk muntah,
pucat, kejang, koma, somnolen, luka bakar di
mulut, demam, hipereksitabilitas, dan diare.
Temuan fisik yang mengarah ke keracunan
antara lain adalah status kesadaran terganggu,
pupil kontriksi, dilatasi pupil, sianosis, bau
jaringan yang abnormal, an keringat
meningkat. Urine mungkin berubah warna dan
kulit terwarnai lain. (Blesler ed.6, 2006: 306)
IDENTIFIKASI KERACUNAN
 Meskipun ciri umum racun dapat dilacak dari gejala
dan temuan fisik. Indentifikasi pasti agen penyebab
amat diperlukan. Pemeriksaan wadah asli produk
tersebut sering membantu. Wadah kebanyakan bahan
kimia rumah tangga yang berbahaya diberi label daftar
kandungannya.
 Sering kali zat racun tersebut tidak berada diwadah
aslinya. Pemeriksaan sisa tablet atau pil dari wadah
sering akan menghasilkan identifikasi senyawa
racunnya.
 Riwayat mengelupas cat atau plaster timbal atau zat
berbahaya lingkungan lainnya di rumah, pembangunan
industry, atau tempat liburan harus didapatkan
LANJUTAN
 Laboratorium toksikologi.
1. Fasilitas untuk pemeriksaan toksilogi klinis yang menyediakan hasil-hasil
segera untuk zat-zat tertentu hendaknya tersedia di rumah sakit yang
menyediakan fasilitas UGD.
2. Pemeriksaan toksikologi urine atau serum rutin perlu diminta jika perlu,
tetapi mungkin hanya kecil manfaatnya untuk fase awal perawatan di UGD.
Pemeriksaan tersebut mungkin memerlukan waktu 6 hingga 8 jam untuk
selesai dan mungkin tidak mendeteksi agen tertelan yang spesifik, padahal
hasil negative tidak menyingkirkan keracunan.
3. Menentukan kadar salisilat dan asetaminofen pada kebanyakan pasien yang
kemungkinan over dosis sangat bermanfaat karena ketersediaannya luas.
4. Jika diketahui atau dicurigai korban menelan suatu obat yang spesifik,
laboratorium mungkin tidak hanya dapat menentukan adanya obat ini,
tetapi juga kadarnya didalam serum. Ini harus diminta secara spesifik.
Agen-agen yang dapat diperiksa kadarnya antara lain:
( Asetaminofen,Salisilat, Karbonmonoksida, Digitalis, Etanol, Besi, Litilium,
dan Teofilin )
LANJUTAN
 Pada kasus-kasus keracunan, uji darah, urine, isil ambung,
atau muntah yang sesuai akan bermanfaat. Komunikasi
langsung dengan laboratorium toksikologi akan
membantu dalam hal uji yang diperlukan dan perlunya
kecepatan pemeriksaannya. Jikasuatu specimen tidak
dapat dikirim kelaboratorium segera, bahan tersebut
perlu dimasukkan kedalam lemari pendingin, pengawet
tidak perlu ditambahkan.
 Fotosinar-X abdomen dapat memperlihatkan massa
(heroin atau kokain di dalam kondom), endapan-
endapan, atau cairan. Pemeriksaan, seperti uji
hemoglobin dan hematocrit untuk enemia, penetapan
methemoglobinemia, dan urine untuk myoglobin dan
koproporfirin mungkin bernilai dalam menilai kasus-
kasus keracunan tertentu.
PENANGGULANGAN PERTAMA
KERACUNAN
 Kurangi kadar racun yang masih ada di dalam
lambung dengan memberi korban minum air putih
atau susu sesegera mungkin. Jangan beri jus buah
atau asam cuka untuk menetralkan racun.
 Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan
merangsang korban untuk muntah.

 Usahakan korban untuk muntah dengan wajah


menghadap kebawah dengan kepalA menunduk
lebih rendah dari badannya agar tak tersedak.
LANJUTAN
 Bawa segera keruang gawat darurat
rumah sakit terdekat
 Jangan memberi minuman atau berusaha
memuntahkan isi perut korban bila ia
dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha
memuntahkannya jika tidak tahu racun
apa yang ditelan.
PENATALAKSANAAN UMUM PADA
KERACUNAN
 Airway
Faktor yang paling banyak berpengaruh terhadap
kematian akibat overdosis obat dan keracunan
adalah karena kehilangan refleksi perlindungan jalur
nafas dengan obstruksi jalur nafas yang disebabkan
oleh lidah yang kaku. Optimasi posisi jalan nafas dan
lakukan intubasi endotrakeal jika perlu. Penggunaan
segera naloxon atau flumazenil dapat menyadarkan
pasien yang keracunan opioid atau benzodiazepine
berturut-turut sehingga intubasi endotrakeal tidak
perlu dilakukan (Olson, 2004).
LANJUTAN
 Breathing
Untuk menguji pernafasan yang adekuat
dilakukan dengan mengukur gas darah
arteri. Pada pasien yang memiliki kadar
pCO2 darah naik (misalnya>60 mmHg)
mengindikasikan pernafasan perlu dibantu
dengan ventilasi. Jangan menunggu sampai
pCO2 pasien diatas 60 mmHg untuk
memulai ventilasi (Olson, 2004)
LANJUTAN
 Circulation
Sirkulasi yang cukup diuji dengan mengukur tekanan
darah, denyut nadi dan ritme. Lakukan
cardiopulmonary resuscitation (CPR) jika tidak terasa
denyut nadi dan lakukan Advanced Cardiac Life
Support (ACLS) jika terjadi aritmia dan shock. Berikan
infuse cairan dengan ringer laktat, larutan dekstrosa
5% dalam air atau normal salin. Pada pasien yang
memiliki sakit yang serius (koma, hipotensi, kejang)
pasang alat kateter dikandung kemih dan urin diambil
untuk uji toksisitasi racun dan pengeluaran urin tiap
jam (Olson, 2004).
LANJUTAN
 Dekontaminasi
Dekontaminasi bertujuan untuk mengurangi
absorbs racun didalam tubuh dan dilakukan
bergantung cara masuk bahan racun.
 Antidotum
Antidotum hanya tersedia untuk beberapa
obat dan racun. Antidotum yang paling sering
digunakan adalah Asetilsistein untuk
keracunan parasetamol dan naloxon untuk
keracunan opioid.

Anda mungkin juga menyukai