KELOMPOK 4 KAMAL A.C KRISNIA P. M. ALIF ALGHAZALI PENGERTIAN PERSELISIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
“Perselisihan hubungan industrial” adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan pemutusan hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan. Melalui Kepmen Tenaga Kerja No.Kep 15 A/Men/1994, istilah “perselisihan Buruh” diganti menjadi “Perselisihan hubungan industrial”. JENIS PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PENYEBAB PERSELISIHAN
No JENIS PERSELISIHAN PENYEBAB PERSELISIHAN PARA PIHAK YANG
BERSELISIH 1 Perselisihan Hak
Karena Tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan
pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan Antara pengusaha atau gabungan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan,pengusaha dengan pekerja/buruh atau perjanjian kerja bersama. atau serikat pekerja/serikat buruh 2 Perselisihan Kepentingan
Karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pembuatan, dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang Antara pengusaha atau gabungan ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, pengusaha dengan pekerja/buruh atau perjanjian kerja bersama. atau serikat pekerja/serikat buruh 3 Perselisihan Pemutusan Hubungan Karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai Kerja pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh 4 Perselisihan antar Serikat karena tidak adanya persesuaian paham mengenai Antara SP/SB yang lain dalam Pekerja/Serikat Buruh keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban satu perusahaan keserikatpekerjaan. PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
Prosedur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Berdasarkan
UU No 2 Th 2004 ditempuh melalui 4 (Empat) Tahap :
1) Bipartit
2) Konsiliasi atau Arbitrase
3) Mediasi
4) Pengadilan Hubungan Industrial
BIPATRIT Tata cara atau proses perundingan yang dilakukan antara dua pihak, yaitu pihak pengusaha dengan pekerja/buruh di perusahaan (Surat Edaran Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial No. SE- 01/D.PHI/XI/2004).
Perundingan bipartit ini pada hakekatnya adalah
upaya musyawarah untuk mufakat antara pihak pengusaha dan pihak pekerja/buruh atau SP/SB. KONSILIASI Konsiliasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral. ARBITRASE Arbitrase Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, diluar Pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final. MEDIASI Mediasi Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral. PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Apabila tidak tercapai penyelesaian kosilasi atau mediasi, maka salah satu pihak atau para pihak dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan hubungan industrial, namun ini ditempuh sebagai alternatif terakhir, dan secara hukum ini bukan merupakan kewajiban bagi para pihak yang berselisih tetapi merukana hak (pasal 5, 14 dan 24 UU no.2 thn 2004 PEMUTUSAN HUBUNGAN PEKERJAAN
Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran
hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban pekerja dan Pengusaha Macam-macam PHK
Macam-macam PHK menurut ketentuan Kep-150/Men/2000:
1. PHK yang dilakukan atas inisiatif pengusaha 2. PHK yang dilakukan atas inisiatif pekerja PHK yang dilakukan atas inisiatif pengusaha
a. PHK yang dilakukan karena pekerja melakukan kesalahan
berat, maka pekerja hanya berhak atas uang ganti kerugian b. PHK yang dilakukan karena pekerja melakukan kesalahan diluar huruf a di atas, maka pekerja berhak atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian. c. PHK yang dilakukan bukan karena kesalahan pekerja, tetapi pekerja dapat menerima PHK tersebut, maka pekerja berhak atas 2 x uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian kecuali atas kesepakatan para pihak ditentukan lain d. PHK yang dllakukan karena perusahaan tutup akibat mengalami kerugian terus menerus. sesuai ketentuan pasal 22, 23 dan 24 Kep/150/2000, kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak ditentukan lain. e. PHK yang dilakukan karena perusahaan tutup diluar alasan pada huruf d atau karena perusahaan melakukan efisiensi, maka pekerja berhak atas 2 x uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian, kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak ditentukan lain. f. PHK yang dilakukan karena perubahan status, perubahan kepemilikan perusahaan sebagian atau seluruhnya dan pengusaha tidak bersedia menerima pekerja di perusahaannya dengan alasan apapun, maka pekerja berhak atas 2 x uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian, kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak ditentukan lain PHK yang dilakukan atas inisiatif pekerja
a. PHK yang dilakukan karena pekerja mengundurkan
diri, maka pekerja berhak atas ganti kerugian b. PHK yang dilakukan karena perubahan status, perubahan kepemilikan perusahaan sebagian atau seluruhnya dan pekerja tidak bersedia untuk melanjutkan hubungan kerja, maka pekerja berhak uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian, kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak ditentukan lain. Syarat-syarat PHK Setiap pemutusan hubungan kerja di perusahaan harus mendapatkan izin dari P4D untuk pemutusan kerja perorangan dan P4P untuk pemutusan hubungan kerja massal (10 orang pekerja atau lebih pada satu perusahaan dalam satu bulan atau rentetan pemutusan hubungan kerja yang dapat menggambarkan suaru itikad pengusaha untuk mengadakan pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran) Pengecualian dari ketentuan nomor 1 di atas, perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja tanpa izinkepada P4D atau P4P apabila : 1. Pekerja dalam masa percobaan. 2. Pekerja mengajukan permintaan mengundurkan diri secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa mengajukan syarat. 3. Pekerja telah mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan (PP) atau kesepakatan kerja bersama (KKB) 4. Pekerja telah mencapai usia pensiun yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, PP atau KKB. 5. Berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu. 6. Pekerja meninggal dunia. DASAR HUKUM PEMUTUSAN HUBUNGAN PEKERJAAN 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta 3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 & PP No. 15 Tahun 2007 tentang Ketenagakerjaan 4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150/Men/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan PROSEDUR PHK 1. Pengusaha harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja. 2. Setelah diadakan segala usaha dimana pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindarkan, maka pengusaha harus merundingkan maksudnya untuk mengadakan pemutusan hubungan kerja dengan organisasi pekerja yang bersangkutan yang ada di perusahaan atau dengan pekerja sendiri dalam hal tenaga kerja tersebut tidak menjadi anggota salah satu organisasi pekerja 3. Bila perundingan tersebut tidak menghasilkan suatu kesepakatan, maka salah satu pihak atau para pihak mengajukan permintaaan untuk diperantai oleh pegawai perantara sesuai dengan tingkat kewenangannya. 4. Dalam hal pemerantaraan dimaksud tidak mencapai kesepakatan penyelesaian, pegawai perantara harus membuat anjuran secara tertulis yang memuat saran akhir kepada para pihak. 5. Pengusaha hanya dapat melakukan PHK setelah mendapat izin dari Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan. 6. P4D/P4P wajib menyelesaikan permohonan izin pemutusan hubungan kerja dalam waktu yang sesingkat-singkatnya menurut tata cara yang berlaku. Dalam hal P4D/P4P memberikan izin, maka dapat pula ditetapkan kewajiban pengusaha untuk memberikan uang pesangon, uang jasa, dan ganti kerugian lainnya.