Anda di halaman 1dari 19

Pendekatan

Perubahan
Prilaku Sosial dan
Perubahan
Prilaku
1 、 Arli Meidianti
2 、 Deska Lorensia
3 、 Diana Novita
Kelompok 3
4 、 Etry Vepiola R.
5 、 Hilda Hazarani
6 、 Ine Hardianti
7 、 Kurnia Indah P.
8 、 Meily Anggraini
9 、 Marini Mauly K.
10 、 Raihanah F.
11 、 Septiyana
12 、 Sunita Nabila
13 、 Wafiq Salsabela Dosen Pengampuh :
Dian Lestari, SST, M.BMd
A. Pendekatan Perubahan Sosial Menurut Para Ahli
William F. Oghburm Kingslay Davis

Ogburm mengemukakan bahwa Davis mengartikan perubahan


ruang lingkup perubahan- social sebagai perubahan-
perubahan social mencakup perubahan yang terjadi dalam
unsur-unsur kebudayaan, baik struktur dan fungsi masyarakat.
yang bersifat material maupun Misalnya, mencakup organisasi-
Immaterial, dengan menekankan organisasi buruh dalam
pada adanya pengaruh yang masyarakat kapitalis modern,
lebih besar pada unsur material menyebabkan perubahan dalam
dari pada unsur immaterial. hubungan antara buruh dan
majikan.
Teori Perubahan Sosial

1. Teori Siklus
Penekanan dari teori siklus ini adalah bahwa
sejarah peradaban manusia tidak berawal dan
tidak berakhir melainkan suatu periode yang di
dalamnya mengandung kemunduran dan
kemajuan, keteraturan dan kekacauan. Artinya
proses peralihan masyarakat bukanlah berakhir
pada tahap terakhir yang sempurna melainkan
berputar kembali pada tahap awal untuk
menuju tahap peralihan berikutnya.
Secara jelas Pitirim Sorokin ahli sosiologi dari Rusia yang
menjelaskan bahwa perubahan yang menyebabkan masyarakat
bergerak naik turun terjadi dalam tiga siklus kebudayaan yang
berputar tanpa akhir, yaitu :

1. Kebudayaan ideasional (ideasional culture) yang


menekankan pada perasaan atau emosi dan kepercayaan
terhadap unsur supernatural.
2. Kebudayaan idealistis (idealistic culture) yang merupakan
tahap pertengahan yang menekankan pada rasionalitas dan
logika dalam menciptakan masyarakat ideal.
3. Kebudayaan sensasi (sensate culture) dimana sensasi
merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
1. Tahap teologis (theological stage)
2. Teori Evolusioner dimana masyarakat diarahkan oleh
nilai-nilai supernatural
Para ahli teori ini cenderung
melihat bahwa perubahan sosial 2. Tahap metafisik (methaphysical
yang terjadi merupakan suatu stage) merupakan tahap peralihan
proses yang linear, artinya semua dari kepercayaan terhadap unsur
masyarakat berkembang melalui supernatural menuju prinsip-
urutan perkembangan yang sama prinsip abstrak yang berperan
dan bermula dari tahap sebagai dasar perkembangan
perkembangan awal sampai tahap
budaya.
akhir. Tokoh dari teori ini antara
lain adalah Auguste Comte,
seorang sarjana Perancis, yang 3. Tahap positif atau ilmiah (positive
melihat bahwa masyarakat stage) dimana masyarakat
bergerak dalam tiga tahap diarahkan oleh kenyataan yang
perkembangan yaitu: didukung oleh prinsip-prinsp ilmu
pengetahuan.
Teori Fungsional Teori Konflik

Teori konflik sebenarnya tidak mempunyai


Salah satu tokoh dari teori penjelasan yang khusus membahas tentang
fungsional ini adalah Talcott perubahan sosial. Menurut teori ini konflik
Parson. Ia melihat bahwa
akan muncul ketika masyarakat terbelah
masyarakat seperti layaknya organ
menjadi dua kelompok besar yaitu yang
tubuh manusia, di mana seperti
tubuh yang terdiri dari berbagai berkuasa (bourjuis) dan yang dikuasai
organ yang saling berhubungan (proletar).
satu sama lain maka masyarakat
pun mempunyai lembaga-lembaga Ralf Dahrendorf, sebagai salah satu tokoh
atau bagian-bagian yang saling dalam teori konflik, percaya bahwa dalam
berhubungan dan tergantung satu setiap masyarakat beberapa anggotanya akan
sama lain. menjadi korban pemaksaan oleh anggota
yang lainnya.
3.Sumber Perubahan Sosial

a. Faktor Internal (endogenous)


1. Perubahan kependudukan
2. Penemuan
3. Konflik dalam masyarakat

b. Faktor Eksternal (exogenous)


Berikutnya adalah faktor eksternal, yaitu sumber
perubahan sosial ini berasal dari luar masyarakat
bersangkutan. Faktor eksternal ini meliputi antara lain,
lingkungan, peran, dan pengaruh kebudayaan lain.
4. Faktor Perubahan Sosial

a. Faktor Pendorong
Faktor-faktor pendorong ini dapat berbentuk kontak dengan
kebudayaan lain, sistem masyarakat yang terbuka, penduduk
yang heterogen serta orientasi masyarakat ke masa depan.

b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat tersebut meliputi, masyarakat yang
tertutup, adanya kepentingan-kepentingan tertentu,
prasangka terhadap hal-hal yang baru, adat dan lainnya.
5. Bentuk Perubahan Sosial

1. Perubahan Lambat dan Cepat

2. Perubahan Kecil dan Besar

3. Perubahan Direncanakan dan Tidak direncanakan


B. Pendekatan Perubahan Prilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu


kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi
perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari
manusia itu sendiri.

Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek


yakni :
1. Aspek fisik
2. Aspek psikis
3. Aspek social
Faktor Pembentuk Prilaku

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yang


terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enebling factors), yang


terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,
jamban, dan sebagainya.
3.Teori-teori Perubahan Prilaku

1. Teori S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus - Organisme - Respons.
• Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau
memperbanyak rangsangan (stimulus).
• Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran
(learning process).
• Materi pembelajaran adalah stimulus
• Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:
1. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak
2. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami)
stimulus
3. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:
4. Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)
5. Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)
3.Teori-teori Perubahan Prilaku
1. Teori S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus - Organisme - Respons.

2. Teori “Dissonance” : Festinger


Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan
akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).

3. Teori Fungsi ; Katz


Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek
perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).

4.  Teori “Driving forces”: Kurt Lewin


Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan
kekuatan penahan (restraining forces).

5. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)


Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat
pada program deteksi dini tuberculosis.
4. Bentuk-bentuk Perubahan Prilaku

• Perubahan alamiah (natural change): Perubahan


perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan)
secara alamiah

• Perubahan terencana (planned change): Perubahan


perilaku karena memang direncanakan oleh yang
bersangkutan

• Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan


perilaku karena terjadinya proses internal (readiness)
pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini
berbeda pada setiap individu.
5. Strategi Perubahan Prilaku

Informconsent Persuasi Fasilitasi Education


Kasus :
Krisis Covid-19 telah begitu ektrem mengubah perilaku konsumen. Perubahan itu bisa
bersifat sementara, namun bisa juga berubah secara tetap membentuk new normal. Dengan
mengurangi berpergian untuk membatasi kontak dengan orang lain misalnya, konsumen cen
nderung berbelanja online, banyak memesan makan via online delivery, atau lebih banya
k menonton film dirumah, itu sebabnya Neflik sahamnya melonjak selama krisis Covid-19
Belajar dari wabah SARS di china pada tahun 2004 kemaren, merebaknya wabah justru
mempercepat perilaku masyarakat untuk berbelanja online. Dengan cerdas, perubahan ini
dimanfaatkan sebagian toko online d china. Bagaiman progres perubahan perilaku konsum
en seiring dengan intesifnya pengaruh wabah mematikan ini ?
Untuk memetakannya, mari kita coba membagi penyebaran Covid-19 dalam tiga fase, be
rikut dampaknya keperubahan prilaku konsumen:
Fase 1 : Ketika WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi yang menyebar keseluruh dunia
dan mulai ada masyarakat kita yang diidentifikasi terinfeksi virus mematikan ini, di
fase ini ketakutan konsumen semakin nyata dan mulai berfikir bahwa setiap saat mereka
bisa tertular oleh virus mematikan ini. Bagaiman perilaku belanja dan konsumsi mereka
di tengah kecemasan ini ? perilaku hidup bersih dan sehat meningkat tajam banyak dari
mereka yang mulai memakai masker, mencuci tangan berkali-kali sehari dan mengonsumsi
vitamin. Tak hanya hoaks, media sosial yang berlebihan mendorong kegusaran sehingga m
ereka juga mulai menyetok masker, hand sanitizer, tisu basah, obat flu, atau beragam
vitamin untuk mendongkrak imunitas tubuh
Tak heran jika beberapa waktu lalu masyarakat kerap memburu masker, hand sanitizer
, atau jahe merah sehingga langka di pasar dan kalau ada harganya meroket, psikologi
belanja konsumen tak stabil, fluktuatif, dan implusif.
Fase 2 : Pemerintah mengumumkan jumlah terinfeksi melonjak eksponesial dan beberapa p
asien terinfeksi mulai meninggal dunia, di fase ini ketakutan merangkak naik dan baya
ngan kota wuhan yang kosong karena tak ada lagi warga yang berani keluar rumah sudah
membayang di benak. Maka ibu-ibu rumah tangga pun mulai kerap ta hanya menyetok anti
septik, pembersih , dan obat flu tapi kebutuhan-kebutuhan esensial lain seperti mie i
nstan, snack, hingga beras. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan terburuk mengis
olasi dan mengarantina diri di rumah.
Masyarakat mulai mengurangi berpergian ke luar rumah sehingga mall, pertunjukan pe
rtandingan olah raga, klub malam, bioskop, bandara, terminal, dan stsiun KA, dan temp
at-tempat keramaian mulai sepi karena dihindari masyarakat yang ketakutan dan merak j
uga mengurangi belanja di pasar dan supermarket, ngopi di coffeshop, atau makan di ma
ll. Maka belanja online dan layanan food delivery menjadi solusi untuk mendapatkan ke
butuhan sehari-hari yang mereka butuhkan.

Fase 3 : Ketika jumlah korban meninggal melonjak tajam dan pemerintah mulai panik men
geluarkan beragam kebijakan penanganan seperti lockdown, travelban, penutupan tempat-
tempat keramaian, karantina/isolasi, hingga libur kantor/sekolah. Di fase ini konsume
n berada di puncak ketakutan dan kondisi lingkungan masyarakat begitu mencekam. Masya
rakat sudah betul-betul takut keluar rumah untuk berbelanja dan memutuskan tinggal di
rumah selama berhari-hari.
Melihat kejadian sekarang ini semoga apa yang terjadi di China, Korea, Iran, atau
italia tidak terjadi di indonesia kita tercinta ini.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai