Anda di halaman 1dari 12

Nama Anggota

1. Widi Via Arviani.


2. Carelia Prames Sari. 19030018
3. Rizki Putri Wijayanti. 19030028
4. Imroatun Nadiah. 19030037
5. Amillastus Salsa Sabillah. 19030049
6. Siti Mutoati. 19030063
19030073
Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah pajak yang dikenakan
pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23:

a. Badan pemerintah.
b. Subjek pajak badan dalam negeri.
c. Penyelenggaraan kegiatan.
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
f. Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak sesuai
dengan KEP-50/PJ/1994.

Pemotong pph pasal 23


a. Wajib Pajak (WP) dalam negeri dalam hal ini bisa orang pribadi atau badan
b. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Penghasilan yang Dikecualikan dari PPh Pasal 23

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.


2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam
negeri, koperasi, dan BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan berkedudukan di Indonesia.
Ketentuan Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh 23

1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar,
atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
2. PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah
bulan saat terutang pajak.
3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah
masa pajak berakhir.
Ketentuan Tambahan yang Mengatur PPh Pasal 23

 Pembayaran PPh Pasal 23


Pembayaran yang dilakukan pihak pemotong bisa dilakukan dengan cara membuat ID
Billing terlebih dahulu untuk kemudian membayarnya melalui bank yang telah disetujui
Kementerian Keuangan. Sementara jatuh temponya adalah tanggal 10, satu bulan setelah bulan
terutang PPh Pasal 23.
 Bukti Potong PPh Pasal 23
Sebagai bukti bahwa PPh Pasal 23 sudah dipotong, pihak pemotong wajib memberikan bukti
potong (rangkap pertama) yang sudah dilengkapi pihak yang dikenakan pajak tersebut.
 Pelaporan PPh Pasal 23
Pelaporan dilakukan pihak pemotong dengan cara mengisi SPT Masa PPh Pasal 23. Jatuh tempo
pelaporan adalah tanggal 20, sebulan setelah bulan terutang PPh Pasal 23.
Objek dan Tarif Pajak PPh Pasal 23

Tarif 15% x jumlah bruto Tarif 2% x jumlah bruto


• Dividen Sewa dan penghasilan lain sehubungan
• Bunga termasuk premium, diskonto dan dengan penggunaan harta
imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
Tarif 2% x jumlah bruto
• Royalti
Imbalan jasa
• Imbalan
• Teknik
• Selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
• Manajemen
• Konsultan
Tarif 15% x jumlah bruto • Selain yang telah dipotong PPh 21
Hadiah dan penghargaan yang telah
dipotong PPh Pasal 21
Perbedaan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
Perbedaaan Pajak Pasal 23 Pajak pasal 26

subjek  Wajib pajak dalam negeri Pengoperasian Usaha di Indonesia


 BUT Memperoleh Penghasilan dari Indonesia

Kegunaan PPh 23 digunakan untuk memotong pajak Sedangkan PPh 26 digunakan untuk memotong pajak
penghasilan dari objek PPh 23 yang dikenakan penghasilan dari objek PPh 26 yang dikenakan pada
pada subjek wajib pajak dalam negeri. subjek atau wajib pajak luar negeri/warga negara asing
(WNA) selain BUT.

Tarif  15% dari DPP untuk pajak dividen, royalti, Tarif umum untuk PPh pasal 26 adalah 20%. Akan
bunga, hadiah dan penghargaan tetapi jika mengikuti perjanjian pajak(tax treaty) atau
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B), maka
 2% dari DPP untuk objek pajak lainnya
tarif dapat berubah, sesuatu ketentuan yang berlaku.
 100% atau dua kali lipat tarif standar PPh 23,
jika tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)
Perbedaan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
Perbedaaan Pajak Pasal 23 Pajak pasal 26
Pemotong  Bentuk Badan: Semua badan usaha yang melakukan transaksi pembayaran,
seperti gaji, bunga, dividen, royalti dan sejenisnya kepada
Badan pemerintah
wajib pajak Luar Negeri, wajib memotong pajak penghasilan
 Subjek pajak badan dalam negeri pasal 26 atas transaksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Bentuk usaha tetap dalam PPh 26 ini

 Atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya


Orang Pribadi
 Dokter
 Notaris
 Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali PPAT
tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan,
yang melakukan pekerjaan bebas
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan.
Contoh 1
1. PT. Pilar Utama yang baru berdiri meminta jasa dari CV konsultindo untuk membuat system
akuntansi perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 11.000.000,00 (termasuk PPN Rp. 1.000.000,00)
Pph pasal 23 yang dipotong oleh PT.pilar utama adalah:
2% x Rp.10.000.000,00 = Rp.200.000,00
2. CV.Duta Bangsa membayarkan jasa cleaning service kepada PT.Mitra Makmur sebesar
Rp.15.000.000,00
Pph pasal 23 yang dipotong oleh CV.Duta Bangsa adalah sebesar:
2% x Rp.15.000.000,00 = Rp.300.000,00
Apabila PT.Mitra Makmur belum memiliki NPWP, maka pph pasal 23 yang dipotong CV.Duta Bangsa
adalah:
4% x Rp.15.000.000,00 = Rp.600.000,00
3. CV.Terang Abadi mengikat kontrak dengan PT.Indah yang merupakan perusahaan Catering makanan
untuk menyediakan makan siang bagi kariyawan perusahaan tersebut selama satu tahun dengan nilai
kontrak sebesar Rp.100.000.000,00.
Pph pasal 23 yang dipotong adalah sebesar:
2% x Rp.100.000.000,00 = Rp.1.500.000,00
Contoh 2

PT.Solusindo membayarkan dividen kepada CV.Perkasa sebesar Rp.200.000.000,00.


Pph pasal 23 dipotong PT.Solusindo adalah:
15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00
Tanggapan / Komentar Tentang Materi

Tanggapan:
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, dan penghargaan, selain yang dipotong PPh Pasal 21. Dari materi ini kami
mendapatkan penjelasan tentang apa itu PPh Pasal 23, Pemotong PPh Pasal 23, Obyek PPh Pasal
23, tarif pajak PPh Pasal 23.

Komentar:
Kami kurang paham akan perbedaan dari Obyek, PPh Pasal 23 dengan PPh Pasal 26.

Anda mungkin juga menyukai