A N
E K
S IM
L A
I
E NT
V AW A
N
E P IR
N S W
KOA N D
R
A
N
OUTLINE
KONSEP DASAR VENTILASI MEKANIK
PRINSIP DASAR
SETINGAN DAN MODE VENTILASI MEKANIK
PERAN PERAWAT
SPONTANIOUS TRIAL
PROSES WEANING
TREND ISSUE
Berdasarkan Survei Terfokus sistem pelayanan berisiko
tinggi KARS :
• Cakupan pelayanan ICU adalah pengelolaan jalan
napas termasuk intubasi trakeal dan ventilasi
mekanik
• Harus ada informed consent mengenai tindakan
risiko tinggi
• Asessment nyeri pada pasien terpasang ventilasi
mekanik
• Infeksi yang di akibatkan pemasangan Ventilator
(Bundle VAP)
• Kewenagan klinis Bagi Perawat yang Berdinas di
Ruangan Khusus
PART OF VENTILATOR
APA ITU VENTILATOR?
Alat bantu mekanis untuk
membantu otot-otot pernafasan
dan membantu meningkatnya
pertukaran gas
(Michael.J.Aostolakos, 2001)
APA TUJUAN PEMASANGAN VENTILATOR?
Gangguan Ventilasi:
Gangguan fungsi otot2 pernafasan
Penyakit2 neromuskuler
Gangguan pusat pernafasan
Peningkatan resistensi dari jalan nafas
Gangguan Oxigenisasi :
Hipoksemia yang refrakter
Dibutuhkan PEEP
Work Of Breathing yang berlebihan
Mechanism of Breathing
Airway VS Alveolar Disease
Intubation Prosedure
What and Why Mechanical Ventilati
on
Mechanical Ventilation
Volume VS Pressure Control
Assist Control and SIMV
Weaning Parameter
MEMILIH VENTILASI INVASIF VERSUS NONINVASIF
Aspirasi
Barotrauma
VAP
Ketidakseimbangan Cairan
Gastrointestinal
Oksigenasi/
Ventilasi
Sirkulasi/ Perfusi
Cairan Elektrolit
Mobilitas
Panduan perawatan
kolaboratif
Keselamatan
Integritas Kulit
Nutrisi
Kenyamanan/
Kontrol Nyeri
Psikososial
Rencana
Pemulangan
PARAMETER YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK
PENYAPIHAN
Parameter Objektif
Parameter Subjektif
• PaO2/FiO2 > 150 –
• Hemodinamik stabil
200 • Tidak ada iskemik miokard
• PEEP 5 – 8 cm H O 2
• Vasopresor dosis
• FiO < 50%
2 minimal dan sudah tidak
• pH > 7,25 dependent
• Sudah ada nafas • Fungsi SSP memadai
spontannya • Gambaran Ro toraks
perbaikan /normal
• Otot 2 pernafasan cukup
kuat
SPONTANEOUS BREATHING TRIALS
Good
Clinical
Governance
Starey (2001)
Risk
management and
patient safety
Patient
centered care
Collaborative
care
Clinical based
evidence
Kajian Situasi
▪ Dari hasil kajian didapatkan tujuh pasien terpasang
ventilator (1/9/2016 – 30/9/2016) dengan rata-rata
lama hari perawatan 5-6 hari.
▪ Dari data hasil laboratorium mulai tanggal 1 januari
2016 – 20 oktober 2016, 20 sample dilakukan
pemeriksaan kultur, baik kultur darah, pus dan
sputum. Dari 20 sample terdapat 10 sample
dinyatakan positif, dan 3 merupakan sample kultur
sputum (Acinetobacter baumannii, pseudomonas
aeruginosa dan enterobacter sp).
Karakteristik Bakteri
Hasil Kultur Sputum
LAPORAN KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN VENTILASI MEKANIK
DI ICU RSUD SUMEDANG
OLEH :
Ns.NANDAR WIRAWAN., M.Kep
Acinetobacter baumannii (pasien BRPN
dengan ventilator dirawat selama 11 hari,
pengambilan specimen hari ke 8)
• Merupakan bakteri gram negative yang
menyebabkan infeksi nosocomial pada manusia
(Jordi Rello (2008). Nosocomial Pneumonia:
Strategies for Management. Wiley-Interscience)
• Bakteri ini diketahui dapat melakukan kolonisasi di
unit operasi, medis, persalinan, dan perawatan luka
bakar dalam suatu rumah sakit serta berperan dalam
infeksi penyakit akut seperti meningitis, pneumonia,
dan bakteremia (Daniel Villers, Eric Espaze, Marianne
Coste-Burel, Frederic Giauffret, Emmanuelle Ninin,
Franchise Nicolas, Herve Richet (Agustus 1998).
"Nosocomial Acinetobacter baumannii
Infections: Microbiological and Clinical Epidemiology
"
(PDF). Annals of Internal Medicine 129 (3): 183–189)
• Acinetobacter baumannii juga diketahui
tahan (reisten) terhadap sabun dan
antiseptic konvensional sehingga
kontaminasi koloni bakteri ini pada
tangan petugas kesehatan mudah terjadi
• (Jordi Rello, Marin Kollef
(2007). Infectious Diseases in Critical
Care. Springer)
Pseudomonas aeruginosa (pasien
diagnose chestpain, CHF dengan
ventilator 8 hari, lama rawat 16 hari,
pengambilan specimen hari ke 3)
• Bakteri ini secara luas dapat
ditemukan di alam, contohnya di
tanah, air, tanaman, dan hewan.
• Bakteri ini merupakan penyebab
utama infeksi pneumonia
nosokomial (Strohl WA, Rouse H,
Fisher BD. 2001. Microbiology. USA:
Lippincott Williams & Wilikns)
Enterobacter (pasien dengan syok
hipovolemik e.c GEA berat, lama rawat 7 hari,
pengambilan specimen hari ke 7)
• Beberapa strain bakteri ini bersifat patogen dan
menyebabkan infeksi oportunistik pada
immunocompromised (biasanya dirawat di rumah sakit)
host dan pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
(Tan, Wen-Si; Muhamad Yunos, Nina Yusrina; Tan, Pui-
Wan; Mohamad, Nur Izzati; Adrian, Tan-Guan-Sheng; Yin,
Wai-Fong; Chan, Kok-Gan (13 June 2014).
"Freshwater-Borne Bacteria Isolated from a Malaysian Rai
nforest Waterfall Exhibiting Quorum Sensing
Properties“)
• Cabral, JPS (2010). "
Water Microbiology. Bacterial Pathogens and Water.".Int.
J. Environ. Res. Public Health. 7 (10): 3657–3703.
EVIDENCE BASED PRACTICE
OF ORAL HYGIENE FOR
INTENSIVE CARE PATIENTS
RECEIVING MECHANICAL
VENTILATION
Nandar Wirawan
Fitch JA, Munro CL, Glass CA, Pellegrini JM. Oral care in the adult intensive
care unit. Am J Crit Care. 1999;8(5):314-318.
IMPLIKASI
Pelaksanaan perawatan mulut di RSUD Sumedang pada pasien total
care sudah dilaksanakan dengan prosedur oral hygiene menggunakan
kasa dan cairan NaCl 0,9%
hasil evidence based practice pelaksanaan oral hygiene dengan teknik
tersebut diatas belum efektif karena tidak dapat membersihkan dan
beresiko terbentuknya plak pada gigi sebagai sumber koloni bakteri
mengidentifikasi metode terbaik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan resiko terjadi pneumonia nosokomial,
memperbaiki manajemen pelayanan keperawatan, meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan, dan akhirnya dapat dikembangkan
suatu standarisasi perawatan mulut dan berfokus pada good clinical
governance. (risk management and patient safety, patient centered
care, collaborative care and clinical based evidence.)
Oral Hygiene Solutions and
Equipment
Chlorhexidine gluconate mouthwash is an antiplaque agent with
potent antimicrobial activity that, without causing increased resistance of oral bacteria, is
effective at low concentrations. Chlorhexidine gluconate mouth rinse or gel has
been used in a number of clinical trials, primarily in cardiac surgery patients, to improve gingival health
and to treat oral infections. Chlorhexidine mouth spray or rinse appears to be effective in reducing oral
colonization of gram-negative bacteria and subsequent respiratory infections in cardiac surgical patients
significant cost savings and
receiving mechanical ventilation in the ICU.13 Also,
decreased mortality may be apparent for such patients.4 Further
research is required to determine the frequency of use of chlorhexidine and the relationship between
chlorhexidine use and reduction in the incidence of VAP in the broader ICU population
Koeman M, van der Ven AJ, Hak E, et al. Oral decontamination with chlorhexidine reduces the incidence of
ventilatorassociated pneumonia. Am J Respir Crit Care Med. 2006; 173(12):1348-1355.
Carl W, Daly C, Andreana S, Ciancio SG, Cohen RE, Nisengard RJ. Clinical
evaluation of the effect of a hydrogen peroxide mouth rinse, toothette-plus swab
containing sodium bicarbonate, and a water-based mouth moisturizer on oral health
in medically compromised patients. PeriodontInsights. March 1999:1-5.
Obat kumur yang digunakan harus sesuai dengan kondisi pasien, dan tidak
boleh menimbulkan nyeri akibat zat penambah aroma, alkohol, atau
penguat.
Holberton P, Liggett G, Lundberg D.
Researching mouth care in the ICU. Can Nurse.
1996;92(5):51-52.
18
16
14
12
10
0
Sikat Gigi Oral Hygiene Kassa
waktu (Menit)
pelaksanaan sikat gigi menggunakan cairan
chlorexidine (menggunakan lsiterine) sekitar 10 cc,
sedangkan oral hygiene menggunakan kassa
menggunakan NaCl 0,9% 100 CC.
Jumlah Cairan (CC) yang digunakan pelaksanaan Oral Hygiene
120
100
80
60
40
20
0
Chlorexidine 0,2% NaCl 0,9%
Penggunaan Depper
10
9
9
8
5
5
4
0
Sikat Gigi Oral Hygiene Kassa
Depper
Analisis Cost Effecti
veness
Diagnosa Keperawatan