Anda di halaman 1dari 14

Akuntansi Pajak

Fegalia L. 17.G1.0094
Celia Erry S. 17.G1.0096
Kristy H. 17.G1.0102
Devi Y. S. 17.G1.0109
Valentino A. F. 17.G1.0121
Dasar Hukum Akuntansi Pajak
1. UU nomor 28 tahun • Akuntansi pajak adalah akuntansi
keuangan yang diterapkan sesuai
2007 – Ketentuan Umum dengan prinsip-prinsip perpajakan.
Perpajakan (KUP) Perlakuan Akuntansi Pajak tertuang
dalam PSAK no. 46.
2. UU nomor 36 tahun
• PSAK no. 46 bertujuan untuk
2008 – PPh mengatur perlakuan akuntansi
3. Kep-220/PJ/2002 – Biaya untuk pajak penghasilan termasuk
PPh Final, terutama bagaimana
Telepon dan Kendaraan mempertanggungjawabkan
4. PMK no. 96 tahun 2009 – konsekuensi pajak dalam periode
berjalan dan periode mendatang
Kelompok Harta dari transaksi yang dicatat sebagai
Berwujud untuk aktiva maupun kewajiban di Neraca
Penyusutan dan laporan keuangan
Pembukuan / Pencatatan
• Wajib Pajak OP yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan wajib
menyelenggarakan pembukuan (pasal 28 UU KUP)
• Wajib Pajak yang dikecualikan dari penyelenggaraan
pembukuan, tetapi wajib melakukan pencatatan adalah,
Wajib Pajak OP yang melakukan kegiatan usaha yang
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto dan
Wajib Pajak OP yang tidak melakukan kegiatan usaha.
• Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai
harta, kewajiban, modal penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung berapa besarnya pajak terutang
• Pembukuan dengan menggunakan Bahasa asing dan mata uang
selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah
mendapat izin Menteri Keuangan
• Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan.atau yang
dikenai pajak yang bersifat final.
• Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi
online wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia,
yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak
OP atau Badan
Rekonsiliasi Fiskal
• Perbedaan mendasar antara akuntansi keuangan dan akuntansi
perpajakan adalah terletak pada tujuan pokok yang ingin
dicapai.
• Akuntansi keuangan bertujuan untuk menyajikan secara wajar
keadaaan atau posisi keuangan dari hasil usaha sebagai suatu
entitas yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan
keputusan, sehingga konsep utamanya adalah matching antara
pendapatan dan biaya yang tercermin dalam laporan keuangan
• Akuntansi perpajakan bertujuan untuk menentukan jumlah
penghasilan kena pajak dalam satu tahun pajak
• Penghasilan kena pajak atau laba fiscal diperoleh dari laba rugi
komersial setelah dilakukan rekonsiliasi fiscal dengan melakukan
penyesuaian/koreksi fiscal positif dan negative sesuai peraturan pajak
• Proses rekonsiliasi fiscal dan dampaknya terhadap penyesuaian/koreksi
fiscal dari laba rugi komersial menjadi penghasilan kena pajak atau laba
fiscal, sebagai berikut :
PSAK 46
(Penyertaan Standar Akuntansi Keuangan)

• PSAK 46 adalah PSAK yang mengatur bagaimana


entitas/perusahaan melaporkan pajak penghasilan
dalam laporan keuangan baik dalam laporan posisi
keuangan maupun dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lainnya.
Standar Akuntansi
Keuangan

Dokumen Sumber

Jurnal

Buku Besar

Laba Rugi Komersial Rekonsiliasi Fiskal Laba Rugi Fiskal

PSAK 46 Koreksi Fiskal positif


dan negatif

Beda Tetap Beda Waktu


• Rekonsiliasi fiscal memberikan dampak munculnya
koreksi fiscal positif dan koreksi fiscal negative
• Koreksi fiscal positif menyebabkan penghasilan kena
pajak / laba fiscal naik, sedangkan koreksi fiscal negative
menyebabkan penghasilan kena pajak / laba fiscal turun
• Dari sudut pandang PSAK 46, rekonsiliasi fiscal memberikan
dampak munculnya konsep beda waktu dan beda tetap
dalam pelaporan dan penyajian laporan keuangan
Koreksi Fiskal
Positif Negatif
Beban LK komersial > LK Pajak LK Komersial < LK Pajak
Pendapatan LK komersial < LK Pajak LK komersial > LK Pajak

Laba LK Komersial < LK Pajak LK komersial > LK Pajak


Konsep Beda Tetap dan Beda
Waktu
• Beda tetap  adalah perbedaan antara laba akuntansi
dan penghasilan kena pajak yang disebabkan oleh
ketentuan perpajakan dan tidak akan menimbulkan
permasalahan akuntansi serta tidak akan memberikan
pengaruh terhadap kewajiban perpajakan di masa yang
akan datang. Penyebab timbulnya Beda Tetap terbagi
dalam 2 hal yaitu aspek penghasilan dan aspek biaya.
• Aspek penghasilan
1. Penghasilan yang telah dipotong PPh Final  tidak diikutsertakan
dalam perhitungan penghasilan kena pajak, sehingga perlu dilakukan
koreksi fiscal pada laporan keuangan komersial. Contoj : penghasilan
dividen
 Menurut akuntnasi komersial  semua penerimaan dividen
dicatat sebagai penghasilan, tanpa memperhatikan besarnya
saham kepemilikan
 Menurut akuntansi pajak  penerimaan dividen harus
dipisah/dibedakan antara dividen yang sudah dikenakan pajak
dan dividen yang tidak kenakan pajak (jangan digabung jadi
satu)
Contoh soal 1
PT. Abadi pada tahun 2016 menerima penghasilan dividen sebagai berikut :
a. dividen Rp. 5.000.000 dari PT Langgeng atas saham 15%
b. dividen Rp. 10.000.000 dari PT Sukses atas saham 20%
c. dividen Rp. 15.000.000 dari PT ABC atas saham 25,5%
d. dividen Rp. 18.000.000 dari PT Lancar atas saham 30%
Hitung : penghasilan dividen menurut akuntansi komersial dan akuntansi
pajak!
Akuntansi Akuntansi
Rincian Koreksi Fiskal
Komersial Pajak
Penghasilan dividen saham 15% 5.000.000 500.000 4.500.000
Penghasilan dividen saham 20% 10.000.000 1.000.000 9.000.000
Penghasilan dividen saham 25,5% 15.000.000 1.500.000 13.500.000
Penghasilan dividen saham 30% 18.000.000 1.800.000 16.200.000
Jumlah 48.000.000 4.800.000 43.200.000

Penghasilan dividen menurut akuntansi komersial 48.000.000


Penghasilan dividen menurut akuntansi pajak 43.200.000
Koreksi fiscal atas penghasilan dividen 5.000.000, 10.000.000, 15.000.000, dan
18.000.000 sebagai kepemilikan saham 15%, 20%, 25,5%, dan 30%

*Catatan : dividen yang diterima orang pribadi semuanya kena PPh Final 10%
tanpa melihat % kepemilikan saham
2. Penghasilan yang diterima OP sebagai Direktur CV tidak dikenakan
pajak
Contoh : Gaji Direktur (prive) dan pembagian laba CV
 Menurut akuntansi komersial  penerimaan pembagian laba dicatat
sebagai penghasilan
 Menurut akuntansi pajak  penerimaan laba CV tidak dikenakan
oajak dan Gaji Direktur tidak bisa dibebankan sebagai biaya (pasal 9
ayat 1 huruf j UU PPh)
Contoh Soal 2
Superman pada tahun 2016 menerima penghasilan diluar usaha sebagai berikut :
a. Pembagian laba dari CV, Beta 10.000.000 atas modal 25%
b. Pembagian laba dari CV. Besi 22.000.000 atas modal 10%
c. Gaji sebagai Direktur CV. Gama 15.000.000 atas modal 25%
d. Gaji sebagai direktur CV. Anda 12.000.000 bukan pemilik modal
Rincian Akuntansi Koreksi Fiskal Akuntansi
Komersial Pajak
Pembagian laba dari CV, 10.000.000 -
Beta 10.000.000 atas
modal 25%
Pembagian laba dari CV. 22.000.000 -
Besi 22.000.000 atas
modal 10%
Gaji sebagai Direktur CV. 15.000.000 -
Gama 15.000.000 atas
modal 25%
Gaji sebagai direktur CV. 12.000.000 -
Anda 12.000.000 bukan
pemilik modal
Jumlah 59.000.000 -
• Aspek Penghasilan  peraturan perpajakan mengatur
adanya pengeluaran yang bisa dibiayakan (deductible
expense, pasal 6 ayat 1 UU PPh) dan pengeluaran yang
tidak bisa dibiayakan (non deductible expense pasal 9
ayat 1 UU PPh). Pengeluaran yang non deductible
expense tidak boleh masuk dalam perhitungan biaya,
sehingga perlu dilakukan koreksi fiscal pada laporan
keuangan komersial

Anda mungkin juga menyukai