PANGAN TELUR
PENDAHULUAN
Bahan Penyusun (%) Kulit (%) Putih Telur (%) Kuning Telur (%)
Bahan Penyusun (%) Kulit (%) Putih Telur (%) Kuning Telur (%)
• Livetin terdiri dari tiga jenis protein yaitu -livetin, -livetin dan
-livetin. -livetin adalah protein albumin (larut dalam air), -livetin
merupakan -glikoprotein dan -livetin adalah -lglobulin. Livetin
mempunyai titik isoelektrik antara 4.6 dan 5.0.
KARBOHIDRAT
• Karbohidrat dalam telur berada dalam keadaan
bebas dan terikat, terutama dalam bentuk Gliko-
protein. Karbohidrat bebas berupa glukosa
jumlahnya sekitar 0.4% dan glikoprotein 0.5%.
Glikoprotein telur mengandung gugus manosa
dan galaktosa.
- Lemak kuning telur terdiri dari gliserida 65.5%, fosfolipid 28.3% dan kolesterol
5.2%. Fosfolipidnya terdiri dari fosfatidilkolin 73.0%, fosfatidil etanolamin 15%,
spingomielin 2.5%, lisofosfatidil-etanolamin 2.1%, plasmalogen 0.9% dan fosfatidil
inositol 0.6%.
• Kuning telur mengandung lemak bebas dan lipoprotein (kompleks antara lemak dan
protein) Lipoprotein kuning telur mengandung lemak netral 74% dan fosfolipid
26%. Lemak netral terdiri dari kolesterol bebas sebanyak 4% dan ester 0.2%.
Bagian fosfolipid terdiri dari fosfatidilkolin 71-76%, fosfatidiletanolamin 16-21%
dan spingomielin-lisofosfolipid 8-9%.
• Fosfolipid merupakan emulsifier dan mengandung lesitin 60%, sepalin 25% dan
komponen lain 15%. Asam lemak bebas yang banyak terdapat pada bagian kuning
telur adalah asam palmitat dan strearat masing-masing 30 dan 38%. Asam lemak
bebas lainnya adalah asam linoleat dan oleat.
PASCA PANEN TELUR UTUH
PERUBAHAN LUAR
• Perubahan luar adalah perubahan yang dapat diamati tanpa memecah telur.
Perubahan tersebut meliputi penurunan berat, pembesaran kantong udara dan
tinggalnya bercak-bercak pada permukaan kulit telur.
• Perubahan yang terjadi di dalam isi telur dapat diamati melalui pemecahkan
telur, pengamatan terhadap pH, perubahan kekentalan putih dan kuning telur,
ukuran kuning telur dan kerusakan oleh mikroba.
• pH putih telur yang masih segar umumnya sekitar 7.6 dan setelah disimpan di
udara terbuka pH-nya naik sebanding dengan lamanya penyimpanan.
Kenaikkan pH tersebut dapat mencapai hingga 9.0 – 9.7. Kenaikkan pH ini
disebabkan karena telur memproduksi CO2 dari proses respirasinya. Hilangnya
CO2 ini menyebabkan putih telur menjadi bersifat basa.
• Kerusakan yang disebabkan mikroba pada mulanya berasal dari luar telur,
merambat dari kulit telur ke putih telur dan akhirnya ke kuning telur.
MIKROBA DALAM TELUR
Jenis Kerusakan telur akibat mikroba dapat digolongkan sebagai berikut :
• Green rot. Terutama disebakan oleh Pseudomonas fluorescen yang
merupakan mikroba psikrofilik, tumbuh pada putih telur. Bakteri ini
mengkontaminasi putih telur dan akan memancarkan fluoresen yang
kuat jika terkena sinar matahari.
• Colourless rot. Disebabkan oleh species-spesies Pseudomonas atau
Achromobacter yang tumbuh pada kuning telur. Kerusakan yang
disebabkannya akan menghasilkan bau yang kurang sedap.
• Black rot. Disebabkan oleh species Proteus, Pseudomonas atau
Achromonas yang tumbuh dan menyebabkan warna hitam pada kuning
telur.
• Pink rot. Disebabkan oleh species Pseudomonas yang tumbuh pada
putih dan kuning telur.
• Red rot Disebabkan oleh species Serratia.
SIFAT FISIKO-KIMIA TELUR
DAYA BUSA
• Busa dibentuk oleh beberapa protein dalam putih telur yang mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kekentalan dan menurunkan kecenderungan
pemisahan cairan dari gelembung udara. Disamping itu, globulin juga dapat
menurunkan tegangan permukaan, sehingga membantu tahapan pembentukan
busa. Untuk membentuk gelembung udara udara yang kecil, banyak dan
lembut diperlukan tegangan permukaan yang rendah. Ovalbumin adalah
protein yang dapat membantu membentuk busa yang kuat.
• Pengocokan yang dilakukan lebih dari 6 menit tidak akan menambah volume
busa, melainkan akan memperkecil ukuran gelebung udara. Ovalbumin dapat
membentuk udara paling baik pada pH 3.7 sampai 4.0, sedangkan protein
yang lain dapat membentuk busa paling baik pada pH 6.5-9.5.
• Pengocokan putih telur pada suhu 10oC sampai 25oC tidak mempengaruhi
pembentukan busa. Tetapi pada suhu yang lebih tinggi lagi (lebih dari 25oC)
peningkatan suhu mengakibatkan penurunan tegangan permukaan, yang akan
mempermudah pembentukan busa. Pengocokan telur pada suhu ruang (28oC
– 30oC) lebih mudah menghasilkan busa daripada yang dilakukan pada suhu
rendah.
• Dalam proses pengolahan pangan kemampuan membentuk busa (daya busa
atau daya buih) sangat penting dalam pembuatan film yang stabil untuk
mengikat gas, misalnya dalam pengolahan whipped topping dan angel cake.
DAYA EMULSI
• Koagulasi oleh panas terjadi akibat reaksi antar protein dan air yang
diikuti dengan penggumpalan protein (karena ikatan-ikatan antara
molekul). Protein telur ayam akan terkoagulasi pada suhu 62oC,
sedangkan kuning telur terkoagulasi pada suhu 65oC. Putih telur
bebek terkoagulasi pada suhu yang yang lebih rendah yaitu 55oC
setelah 10 menit pemanasan.
WARNA
• Perubahan warna yang terjadi pada hasil olahan telur antara lain hitam
kehijauan, coklat atau merah. Warna hijau kehitamanan disebabkan
oleh pemanasan yang terlalu lama sehingga terbentuk ikatan Fe dan S.
Warna coklat disebabkan terjadinya reaksi pencoklatan (browning)
sehingga terbentuk karbonilamin, sehingga warna merah disebabkan
terbentuknya ikatan kompleks antara conalbumin dengan ion besi.
PENGAWASAN MUTU TELUR
• Pengawasan mutu telur dilakukan terhadap keadaan fisik, kesegaran
isi telur, pemeriksaan kerusakan dan pengukuran komposisi fisik.
• Keadaan fisik dari telur mencakup : ukuran (berat, panjang, dan lebar),
warna (putih, agak kecoklatan, coklat), kondisi kulit telur (tipis dan
tebal), rupa ( bulat dan lonjong) dan kebersihan kulit telur.
• Kesegaran isi telur merupakan kondisi dimana bagian kuning telur dan
putih telur yang kental berada dalam keadaan membukit bila telur
dipecahkan dan isinya diletakan diatas permukaan datar yang halus,
misalnya kaca. Penetapan kesegaran isi telur dapat diakukan dengan
metode subjectif (candling) dan cara objektif (memecah telur), untuk
menentukan kondisi telur baru atau lama.
METODE SUBJEKTIF
Secara subjektif mutu telur dinilai dengan cara candling yaitu dengan
meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar (matahari atau lampu listrik)
yang kuat, sehingga memungkinkan pemeriksaan kulit dan bagian
dalam telur.
• Indeks Kuning Telur (IKT) adalah perbandingan tinggi kuning telur dengan garis
tengah kuning telur. Telur segar mempunyai IKT 0.33-0.50 dengan rata-rata 0.42.
Semakin tua/lama umur telur (sejak ditelurkan unggas) Indeks Kuning Telur
menurun karena penambahan ukuran kuning telur akibat perpindahan air (dari
putih ke kuning telur). Standar untuk Indeks Kuning Telur adalah sebagai
berikut : 0.22 = jelek, 0.39 = rata-rata, dan 0.45 = tinggi.
• Indeks putih telur adalah perbandingan tinggi putih telur (albumin) kental dengan
rata-rata garis tengahnya. Pengukuran dilakukan setelah kuning telur dipisahkan
dengan hati-hati. Telur yang baru mempunyai Indeks Putih Telur antara 0.050 -
0.174, tetapi biasanya berkisar antara0.090 dan 0.120. Indeks putih telur menurun
selama penyimpanan, karena pemecahan ovomucin yang dipercepat dengan
naiknya pH.