Anda di halaman 1dari 20

KESALEHAN SOSIAL

KESALEHAN SOSIAL
* Pendahuluan
          
  Manusia diciptakan bukan sekedar hidup mendiami dunia ini dan
kemudian mengalami kematian tanpa adanya pertanggung-jawaban
kepada penciptanya, melainkan manusia itu diciptakan oleh Allah SWT
untuk mengabdi kepadaNYA. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an
surah al Bayyinah ayat 5 :

‫صاَل ةَ َويُ ْؤتُوا ال َّز َكاةَ ۚ َو ٰ َذلِ َك ِد ُين ْالقَيِّ َم‬


َّ ‫ص َين َ ل ُه الد َِّين ُحنَ َفا َء َويُقِي ُموا ال‬
ِ ِ‫َهَّللا ُم ْخل‬ ‫َو َما ُأ ِم ُروا ِ إاَّل ِ ليَ ْعبُدُوا‬

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Dapat kita pahami dari ayat ini bahwa manusia diciptakan bukan
sekedar sebagai unsur pelengkap isi alam saja yang hidupnya tanpa
tujuan, tugas dan tanggung-jawab. Sebagai makhluk yang diciptakan
paling sempurna, pada hakikatnya manusia diperintahkan untuk
mengabdi kepada penciptanya, Allah SWT.
*

Pada prinsipnya pengabdian manusia (ibadah) merupakan sari dari


ajaran Islam yang mempunyai arti penyerahan diri secara total pada
kehendak Allah SWT. Dengan demikian, hal ini akan mewujudkan suatu
sikap dan perbuatan dalam bentuk ibadah. Apabila ini dapat dicapai
sebagai nilai dalam sikap dan perilaku manusia, maka akan lahir suatu
keyakinan untuk tetap mengabdikan diri kepada Allah SWT dan tentunya
bila keyakinan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk amal keseharian
akan menjadikan maslahah dalam kehidupan sosial.
 
 
* Keshalehan Sosial
 A. Pengertian dan Ciri-ciri keshalehan Sosial
Secara bahasa kita bisa memaknai kesalehan sosial adalah kebaikan atau
keharmonisan  dalam hidup bersama, berkelompok baik dalam lingkup
kecil antar keluarga, RT, RW, dukuh, desa kota, Negara sampai yang
paling luas dunia.
  Allah SWT berfirman,

‫ض َو ٰلَ ِك ْن َك َّذبُوا َ فأَ َخ ْذنَا ُه ْم ِ ب َما َكانُوا‬


ِ ‫س َما ِء َواأْل َ ْر‬
َّ ‫َولَ ْو َ َّأن َأه َْل ْالقُ َر ٰىآ َمنُوا َواتَّ َق ْوا َ لفَت َْحنَا َعلَ ْي ِه ْم َ ب َر َك ٍات ِم َن ال‬
‫ون‬ ِ ‫َ ي ْك‬
َ ُ ‫سب‬

“ jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah


kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi “
(QS Al A’raaf : 96)
Pesan utama ayat ini, disatu sisi, dapat dilihat dari sebagai janji
Allah yang menyatakan bahwa jiwa sesuatu masyarakat beriman dan
bertaqwa, maka mereka akan memperoleh keberuntungan. Disisi lain,
pesan utama ayat ini juga mengilustrasikan hubungan kausalitas antara
iman – takwa dengan kesejahteraan hidup para pemeluknya.
* Pertanyaanya, bagaimana iman- takwa ini dapat menjadi pemandu serta
nilai-nilai yang mendorong manusia untuk mewujudkan kemakmuran
dan kesejahteraan hidup seluruh alam ? takwa, dalam ini, dapat
dipahami sebagai keadaan kualitas jiwa seseorang yang membimbing
dan memandu hidupnya dalam mewujudkan kondisi sosial yang makmur
dan sejahtera bagi seluruh alam semesta. Kesejahteraan kolektif ini
akan terwujud dengan sendirinya jika setiap individu telah
melaksanakan ketentuan-ketentuan iman – takwa secara utuh dan
benar, yang mana manifestasi iman dan takwa itu harus diwujudkan
dengan perilaku yang baik dalam hubunganya dengan sang pencipta
atau dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungan yang
kemudian kita kenal dengan perilaku ibadah. Bahkan, keberkahan yang
datang dari langit dan bumi itu hanya akan lahir dari keimanan
daketakwaan.
 
Untuk melihat dimensi-dimensi ketakwaan seseorang khususnya dalam
kaitanya dengan ukuran-ukuran kesalehan individu dan sosial, lima ciri
penting manusia yang shaleh secara sosial diantaranya adalah :
* Pertama, memiliki semangat spiritualitas yang diwujudkan dalam sistem
kepercayaan kepada sesuatu yang “gaib” serta  berketuhanan dan
pengertian beragama atau menganut sesuatu kepercayaan agama.
Masyarakat yang memiliki kualitas kesalehan sosial itu adalah
masyarakat beragama, masyarakat yang percaya pada hal-hal yang gaib.
Ciri ini juga sekaligus menjadi ukuran kedewasaan seseorang, baik
dalam kehidupan sosial, politik maupun kehidupan beragama sendiri.
Masyarakat yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi akan
mengedepankan etika beragama dan keberagamaan.
 
Kedua, terikat pada norma, hukum, dan etika seperti tercermin dalam
struktur ajaran sholat. Sholat juga mengajarkan kepada para pelakunya
untuk terbiasa disiplin. Disiplin dalam hidup sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku. Artinya masyarakat yang memiliki kesalehan
sosial itu adalah mereka yang konsisten menegakan hukum dan hukum
menjadi aturan main.
Sodikin Muhammad, “Hubungan Ibadah Sosial”, jakarta, 2011. Hlm 1
* Ketiga, memiliki kepedulian sosial yang salah satu perwujudanya ditandai
dengan kesanggupan berbagi terhadap golongan yang lemah. Keadilan sosial itu
harus diwujudkan secara bersama oleh seluruh komponen masyarakat dan
bukan hanya oleh penguasa.
 
Keempat, memliki sikap toleran sebagai salah satu dari perwujudan dari
keimanan terhadap adanya pengikut kitab-kitab suci selain kitab sucinya
sendiri. Ajaran ini juga sekaligus mengisyaratkan adanya pluralitas kehidupan,
baik pada aspek agama dan kepercaan maupun pada aspek sosial budaya lainya.
Dinamika masyarakat juga akan terus berubah membentuk struktur sosial yang
semakin beragam. Di sinilah arti penting mengembangkan sikap toleran,
khususnya dalam menyikapi secara terbuka perbedaan-perbedaan sebagai suatu
keniscayaan.
 
Kelima, berorientasi kedepan sebagai salah satu wujud dari keimanan terhadap
adanya hari akhir. Masyarakat yang memiliki dimensi kesalehan sosial itu adalah
mereka yang berorientasi kedepan , sehingga akan selalu mementingkan kerja
keras untuk membangun hari esok yang lebih gemilang.
 
‫*‬ ‫‪B. Perintah Ibadah Sosial‬‬
‫‪ ‬‬
‫ض ًال ِم ْن َربِّ ِه ْم َو‬
‫ْحر َام َي ْبَتغُ َونفَ ْ‬ ‫ت لَ‬ ‫ْحر َام َو الَ ا لَْه ْدَيَو الَ ا ْلَقالئَِد َو الَ ِّ‬
‫آم َينا َلْبْيَ ا‬ ‫آم نُوا ال تُ ِحُّلوا َش عائَِر ا لَّ ِه َو الَ ا َّ‬
‫لش ْهَر ا ل َ‬ ‫ذين َ‬ ‫َّ‬
‫ي ا أَُّي َها ا ل َ‬
‫عاونُوا َع لَىا ْلبِِّر َو ا لتَّْق وىَو ال‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬
‫ْحر ِام أَْنَت ْعتَ ُدوا َو تَ َ‬ ‫ص ُّدو ُك ْم َعِنا لَْم ْسجد ا ل َ‬ ‫طادوا َو ال يَ ْجِرَم نَّ ُك ْم َش َن ُآن َق ْوم أَْن َ‬ ‫اص ُ‬ ‫ضواناً َو إِذا َح لَلْتُ ْم فَ ْ‬ ‫ِر ْ‬
‫ديد ا لِْع ِقاب‬‫وان َو َّاتُق وا ا لَّهَ إَِّنا لَّهَ َش ُ‬ ‫تَ عاونُوا َع لَىا ِإْلثِْم و ا لْع ْد ِ‬
‫َ ُ‬ ‫َ‬
‫‪“saling tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikkan dan taqwa,‬‬
‫“‪dan jangan kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan‬‬
‫)‪(Q.S Al Maidah :2‬‬
‫لسبِِيل َك ْياَل يَ ُك َون ُدولَ ًة َب ْيَن ا أْلَ ْغنَِي ِاء ِم ْن ُك ْم ۚ َو َما‪ ‬‬ ‫اء ا لَّهُ َع لَٰى َر ُسولِ ِه ِم ْنأ َْهِلا ْلُق َرٰىفَ لِلَّ ِه َولِ َّلر ُس ِولَولِ ِذيا ْلُق ْربَ ٰى َوا لْيَتَ َامٰىَوا لَْم َساكِ ِين َوابِْنا َّ‬
‫َما أَفَ َ‬
‫اك ْم َع ْنهُ فَ اْنَت ُهوا ۚ َو َّاتُق وا ا لَّهَ ۖ إَِّنا لَّهَ َش ِد ُيد ا لِْع َقِاب‬ ‫اك ُم ا َّلر ُس ُولفَ ُخ ُذوهُ َو َما َن َه ُ‬‫آتَ ُ‬
‫‪“ agar supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya‬‬
‫“ ‪diantara kalian ssaja‬‬
‫‪(Q.S Al Hasyr : 7) ‬‬
‫لسائِل َوا لَْم ْحُر ِوم (‪ )٢٥‬‬ ‫وم (‪ )٢٤‬لِ َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ص التِ ِه ْم َدائُِم َون(‪َ )٢٣‬وا َّلذ َينف يأ َْم َوا لِه ْم َح ٌّق َم ْعُل ٌ‬
‫ِ‬
‫صلِّ َين(‪ )٢٢‬ا َّلذ َينُهْم َع لَى َ‬ ‫إِ الا لُْم َ‬
‫‪“ kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat, yang mereka itu tetap‬‬
‫‪mengerjakan shalatnya, dan orang-orang dalam hartanya tersedia bagian‬‬
‫‪tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak memiliki‬‬
‫”‪apa-apa (yang tidak mau meminta).‬‬
‫)‪(Q.S Al-Ma’arij : 22-25‬‬
*

:Dan didalam hadits


 
ُ ‫س َّل َم اَ ْل ُم ْؤم ُِنلِ ْل ُم ْؤم ِِن َك ا ْلُب ْن َي ِان َي‬
‫ش ُّد‬ َ ‫ص َّلىهللاُ َع َل ْي ِه َو‬َ ‫هللا‬ ِ ‫س ْو ُل‬ُ ‫ل َق ا َل َر‬:َ ‫سى َرضِ َيهللاُ َع ْن ُه َق ا‬ َ ‫َعْنأَ ِب ْي ُم ْو‬
‫ى‬
) ‫ (أخرجه ا لبخار‬.‫ضا‬ ً ‫ض ُه َب ْع‬ ُ ‫َب ْع‬
Diriwayatkan dari Abi Musa ra. di berkata, "Rasulullah saw. pernah bersabda,
'Orang mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-
bagiannya saling mengokohkan”. (HR. Bukhari)
 
 
 
 
‫خ ْي ِه َما ُيح ُِّب‬ِ َ‫ل الَ ُي ْؤم ُِنأَ َح ُد ُك ْم َح َّتى ُي ح َِّبِأل‬:َ ‫س َّل َم َق ا‬َ ‫ص َّلىهللاُ َع َل ْي ِه َو‬َ ‫َنْ أَ َن ٍس َرضِ َيهللاُ َع ْن ُه َع ِنا َّلن ِب ِّي‬
)‫(رواه ا لبخارىومسلم وأحمد وا لنسائى‬ .ِ‫لِ َن ْفسِ ه‬
Anas ra. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah termasuk beriman
seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)
* C. Delapam Keshalehan Sosial
Saling Menyayangi
Setiap orang yang beriman harus saling menyayangi, tidak hanya sesama
teman tetapi kasih sayang kepada hal-hal yang bersifat umum, seperti sesama
manusia, terhadap manusia yang berbeda keyakinan, terhadap keluarga dan
bahkan terhadap alam sekitar.
Beramal Saleh
Amal artinya melakukan/melaksanakan/membuat. Soleh berarti ialah
kebaikan-kebaikan yang berbentuk perintah-perintah dan larangan-larangan /
halal dan haam yang berhak hanya ditentukan oleh Allah SWT, pencipta
manusia, kehidupan dan alam semesta.
Saling Menghormati
Saling menghormati adalah sikap sosial yang mendasar dan luas. Sikap sosial
ini lebih banyak tampil dalam wujud yang kelihatan, dan umumnya bersifat
langsung, dalam setiap penjumpaan kita satu sama lain. Wujud tindakan saling
menghormati dapat berupa tindakan spontan dalam kehidupan sehari-hari.
* Berlaku Adil
Keadilan dapat diartikan sebagai sikap berpihak pada yang benar, tidak
memihak salah satunya, dan tidak berat sebelah. Dengan kata lain yang
dimaksud adil ialah memberi hak kepada yang berhak tanpa membeda-bedakan
antara orang-orang yang berhak itu dan tanpa mempersukarkannya.
Menjaga Persaudaraan
Artinya dapat membuat hubungan persaudaraan atau pertemanan menjadi
sangat karib seperti layaknya saudara. Dalam realitas sosial masyarakat, kita
menyadari bahwa banyak ragam manusia yang ada seperti status sosial,
pendidikan, tingkat ekonomi, dan profesi. Oleh sebab itu harus ada kebutuhan
untuk saling menguatkan, sehingga satu sama lain menjadi kekuatan yang
kokoh.
Tolong Menolong
Tolong menolong artinya saling membantu dan meminta bantuan. Dalam
agama islam tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan demi kemajuan
sangat dianjurkan oleh Allah SWT.
* Berani Membela Kebenaran
Berani membela kebenaran artinya keteguhan dakam menghadapi
bahaya atau sesuatu yang membahayakan dalam rangka menegakkan
kebenaranberdasarkan ketentuan Allah SWT. Berani membela
kebenaran juga dapat diartikan merasa takut, atau pada beberapa hal
yang memang harus ditakuti yaitu hal-hal yang jahat dan jelek seperti
kriminal dan kejelekan seperti aib dan kemiskinan.
Musyawarah
Musyawarah dapat diartikan rapat atau berunding untuk
memperoleh keputusan atau petunjuk yang terbaik. Islam menjadikan
musyawarah sebagai suatu cara atau aturan dalam rangka meneliti dan
memeriksa pendapat agar diperoleh keputusan atau petunjuk yang
terbaik. Islam juga menjamin kebebasan dalam berpendapat, selama
pendapat itu tidak bertentangan dengan kaidah dan ibadah.
* D. Implementasi Keshalehan Sosial
Islam adalah agama yang lengkap dan paripurna.ia mencakup segala
aspek kehidupan mulai dari doa bagun tidur di pagi hari sampai tata
cara dan adab tidur pada malam hari. Dari ide penciptaan manusia
hingga hukum dan filosofi pemerintahan dan hubungan antar negara.
Bahkan, islam berkembang dalam perbandingan yang lurus dengan
logika dan ilmu pengetahuan. Maka sepantasnya seseorang yang
mengaku sebagai umat islam yang baik juga adlah seorang ideologis dan
berilmu karena islam tidak bisa diterapkan tanpa ilmu. Baik aspek
ibadah maupun muamalah.

Istilah muamalah mengacu kepada suatu ibadah dengan cara


berbuat dan beramal baik sesama manusia lewat berbagai macam cara.
Istilah ini berkaitan erat dengan hablum minannaas, yaitu menjaga
hubungan baik dengan sesama manusia.
* Manusia ditetapkan Allah SWT sebagai makhluk paling mulia dan
diutus ke muka bumi sebagai pemimpin atau khalifah dan menjadi lil
‘alamin, rahmat bagi alam semesta.manusia adlah makhluk sosial yang
tidak dapat hidup tanpa mansia lainnya, memang sudah menjadi kodrat
manusia untuk bisa berbuat baik kepada diri sendiri dan manusia
lainnya.

Contoh muamalah sangat lekat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan


pada saat kita melakukan ibadah yang bersifat hablum minallah, seperti
shalat. Ibadah ini Allah SWT tetapkan sebagai wujud keharusan kepada
manusia agar memiliki kepedulian sosial terhadap manusia lainnya.

Allah SWT telah menetapkan dan mengatur hubungan baik sesama


manusia dan secara kodrati, manusia memang memiliki hasrat dan
keinginan untuk berbuat baik diantara mereka dan bersama-sama
menuju suatu tujuan bersama.
* E. Urgensi Keshalehan Sosial
Agama islam sebenarnya meletakkan dimensi ibadah sosial lebih besar
ketimbang dimensi ibadah individual. Mari kita lihat beberapa alasan tentang
keutamaan ibadah sosial dari pada ibadah individual:
 
Pertama, dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab hadis, proporsi terbesar
diberikan berkenaan dengan ibadah sosial bukan ibadah individual. Menurut
prof. Harun Nasution dalam islam Rasional, ayat-ayat yang berhubungan dengan
ibadah individual hanya berjumlah seratus empat puluh ayat, sedangkan ibadah
yang berhubungan dengan ibadah sosial berjumlah dua ratus dua puluh
delapan, belum lagi ditambah dengan ayat- ayat madaniyah yang berjumlah 23
persen lebih dari keseluruhan ayat-ayat Al-Quran.
 
Kedua, bila ibadah individual bersamaan waktunya dengan ibadah sosial
yang penting, maka ibadah individual boleh diperpendek atau ditangguhkan,
walaupun bukan untuk ditinggalkan. Rasulullah SAW bersabda :  
* Ketiga, ibadah yang mengandung aspek sosial kemasyarakatan diberi ganjaran
lebih besar daripada ibadah yang bersifat individual perseorangan.
 
Keempat, bila urusan ibadah individual dilakukan tidak sempurna atau batal,
karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tebusannya) ialah
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah sosial.
 
Kelima, dalam islam terdapat ajaran bahwa amal kebajikan dalam bidang sosial
kemasyarakatan mendapat ganjaan lebih besar daripada ibadah sunnah. Dalam
hubungan ini, kita menemukan hadist yang senada yaitu,
 
Paparan diatas, tidak sedikitpun bermaksud memandang ringan ibadah-
ibadah individual, seperti zakat, puasa, haji, dan lainnya. Namun hendak
menempatkan ibadah sosial berada dalam proporsi yang tepat dalam doktrin
islam.
* Kesimpulan
Kesalehan sosial dapat kita capai dengan sendirinya sejalan dengan
pelaksanaan ibadah maghdhah dan ibadah ammah karena dalam ibadah
sudah mencakup keseluruhan aspek perilaku manusia. Dalam ibadah
maghdhah kita bisa melihat hikmah yang terkandung dalam ibadah
yang sudah disyariatkan oleh Allah SWT, misalnya dalam pelaksanaan
sholat, dengan sholat kita menjadi terlatih untuk disiplin, apalagi
ketika sholat itu dengan berjamaah, tali silaturahim antara sesama
muslim akan semakin kokoh, belum lagi dalam jamaah itu tidak ada
saling membedakan jabatan status dan sebagainya. Pada zakat juga kita
bisa melihat hikmah yang terkandung didalamnya, bagaimana sikaya
“berbagi” memberikan hartanya kepada yang tidak punya dan banyak
hikmah yang lain dalam ibadah maghdhah.
 
Dalam ibadah ammah lebih jelas, ketika dipahami bahwa perbuatan
atau kegiatan apapun ketika diniati lillah dan tidak bertentangan
dengan syari’ah itu termasuk ibadah, dengan demikian kesalehan sosial
akan tercapai ketika kita senantiasa beribadah, karena dalam tatanan
syariah semuanya maslahah untuk kehidupan manusia baik secara
individu maupun sosial.
 
* Daftar Pustaka
 
Dr. Ir. H. Purwanto, SK., M.Si; H. Jazuli Suryadhi, S.Ag., M.Si; Agus
Herta Sumarto, SP., M.Si, “Etika Membangun Masyarakat Islam Modern”,
Yogyakarta, 2016.
 
http://sodikinmuhammad.blogspot.co.id/2011/12/hubungan-ibadah-dan-
kesalehan-sosial_04.html

 
http://mahadalbayyinah.blogspot.co.id/2015/03/surat-al-bayyinah-ayat-
1-7-dan.html

 
http://ppssnh.malang.pesantren.web.id/cgi-bin/content.cgi/artikel/kolo
m_gus/mempertanyakan_istilah_kesalehan_ritual_dan_sosial.single?see
more=y

 
 
 
 
 
TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai