Anda di halaman 1dari 32

PEMERIKSAAN FISIK

SISTEM RESPIRASI
IRMA NUR AMALIA, S.KEP.,NERS.,M.KEP
Tujuan

• Prosedur pemeriksaan
untuk memperoleh data
mengenai tubuh dan
keadaan fisik pasien
untuk membantu
menegakakan diagnosis
atau kondisi pasien
Persiapan

Perkenalkan diri secara formal


Jelaskan prosedur yang akan lakukan
Tempatkan pasien pada posisi yang benar (lihat apakah
nyaman)
Usahakan paparan (exposure) pasien yang benar
Jangan timbulkan nyeri pada pasien- tanyakan tentang nyeri
sebelum melakukan pemeriksaan fisik
INSPEKSI

• Pemeriksaan yang dilakukan dengan pengamatan


• Kelainan dari alat pernapasan
• Kelainan paru menyebabkan gejala diluar paru
– Jari tabuh
• Kelaianan alat diluar alat pernapasan yang mengganggu
pernapasan
– Sianosis
– Edema muka
– Bendungan vena leher
• Inspeksi dalam 2 fase :
– Melihat torak dalam keadaan statis
– Melihat torak dalam keadaan dinamis
Prosedur
• Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada
posisi duduk.
• Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan
yang lainnya.
• Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
• Inspeksi thorax posterior terhadap warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis,
scoliosis dan lordosis.
• Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan
kesimetrisan pergerakan dada.

• Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung


atau pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.

• Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase


inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini
normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas
• Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior
(AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya
berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.

• Observasi kesimetrisan pergerakan dada.


Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.

• Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi,


yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
Kelainan Bentuk Dada
 Barrel Chest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan
diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
 Funnel Chest (Pectus Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan
menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan
murmur.
 Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi
peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
 Kyphoscoliosis
Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu
pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan
kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
 Kiposis :
Meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis
menyebabkan klien tampak bongkok.
 Skoliosis :
melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
Pernafasan Patologis
 Dyspneu
Keluhan rasa sesak. Seseorang merasakan bernapas; pada; latihan, obesitas, sakit jantung,
sakit paru, anemia, dll
 Orthopneu
Sesak napas waktu posisi tidur , berkurang kalau posisi duduk, pada; penyakit jantung
 Pernapasan Kussmaul
Pernapasan cepat dan dalam , pada; asidosis
 Pernapasan Cheyne stokes
Pernapasan periodik bergantian antara pernapasan cepat dan apneu pada ; peningkatan
tekanan intrakaranial
 Pernapasan Biot’s
Pernapasan tidak teratur, pada trauma kapitis, tumor otak, meningoensepalitis
 Pernapasan Asmatik
Ekspirasi memanjang disertai wizing., pada Asma brronkial, PPOK
AUSKULTASI

• Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,


mencakup mendengarkan suara nafas normal, suara
tambahan (abnormal), dan suara.
• Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara
ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,
dengan sifat bersih
Lokasi auskultasi
Suara nafas normal :

a) Bronchial :
Disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube
(pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut.
Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi,
dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut.
Normal terdengar di atas trachea atau daerah
suprasternal notch.
b) Bronchovesikular :
Merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang.
Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi.
Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup
oleh dinding dada.
c) Vesikular :
Terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
Suara nafas tambahan :

 Wheezing :
Terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit.

 Pleural friction rub :


Terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar,
berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada
daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat
bernafas dalam.
 Ronchi
Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi
sputum
Ronchi basah
Saat inspirasi, Akibat adanya exudat/ cairan dalam bronkiolus
atau alveoli bisa juga bronkus atau tarakea
• Ronchi basah nyaring – infiltrat paru
• Ronchi basah tak nyaring -- bendungan paru
• Ronchi basah kasar -- cairan di bronkus besar/ trakea
Ronchi kering ( bising suitan)
– Lewatnya udara melalui saluran napas yang menyempit oleh karena
cairan yang lengket dan tidak mudah dipindahkan
– Tergantung diameter bronkus yang ada kelainan bising dibagi : kecil,
sedang dan besar
– Terdengar pada fase inspirasi kadang pada fase eksiprasi
– Dapat berubah setelah batuk, kadang terputus putus
– “Berbeda dengan (bising Mengi / Wheezing )
 Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
 Bronchophoni
– Vokal sound( suara biasa) didengar pada lapangan paru terdengar
kurang keras , kurang jelas dan jauh.
– Apabila terdengar lebih keras, pada pangkal telinga pemeriksa
disebut bronkoponi positif ;
– Biasanya pada infiltrat , atelektasis kompresif
 Egophoni
– Bronchophoni yang terdengar nasal(sengau), biasanya oleh karena
atelektasis kompresif akibat efusi pleura.
– Didengar pada perbatasan cairan dan parenkim paru
PERKUSI

Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ


yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Suara perkusi normal ::
- Resonan (Sonor)
- Dullness
- Tympany :
* bergaung, nada rendah  dihasilkan pada jaringan paru
normal.
* dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
* musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara Perkusi Abnormal :
 Hiperresonan
 Flatness : bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang
abnormal berisi udara.
 Sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih
tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha,
dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
Prosedur
• Ketukan biasanya dilakukan dengan jari tengah tangan
kanan yang dilengkungkan di sendi ke dua.
• Tangan digoyangkan dengan sendi pergelangan tangan
sebagai engsel.
• Ketokan dilakukan di atas bagian yang keras, seperti;
clavicula, tulang iga, sternum
• Di atas bagian yang lunak dipakai landasan ( fleximeter),
biasanya dipakai jari tengah tangan kiri yang diletakkan di
dinding dada tegak lurus atau sejajar dengan iga.
Lokasi perkusi
• Pemeriksaan perkusi dilakukan secara sistematis.
Menentukan batas jantung paru.
1. Batas kiri
– 1 jari medial, sela iga 5
– Caranya perkusi mulai dari axilaris anterior kiri setinggi mamae
2. Batas atas
– Sela iga 3 para sternal kiri
– Caranya; perkusi di daerah parasternal mulai dari sela iga satu
3. Batas kanan
– tengah tengah sternum
– Caranya perkusi mulai dari axilaris anterior kanan setinggi mama, menuju
sternum
4. Batas bawah
Tidak dapat ditentukan
– Batas paru hati
1. Ketok mulai dari mamae kanan menuju ke distal,
perubahan dari sonor ke redup merupakan batas paru
hati, kira kira sela iga 6
2. Batas ini berubah pada waktu inspirasi dan ekspirasi,
disebut dengan peranjakan., biasanya sekitar 2 jari .
3. Batas paru hati meninggi pada , efusi pleura, infiltrat di
kanan.
4. Batas paru hati menurun pada emfisema.
• Batas paru lambung
1. Ketukan dilakukan di derah axilaris kiri setinggi
mamma ke arah distal
2. Tentukan daerah perubahan sonor menjadi tympani,
biasanya sela iga 8
• Batas paru belakang
1. Mulai dari ujung skapula ke distal sampai ketokan
sonor jadi redup
2. Kiri biasanya rendah 1 jari dari kanan
3. Batas paru belakang setinggi torakal X- IX
PALPASI

• Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan


dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi
keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus
(vibrasi).
• Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang
terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
• Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri.
• Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara.
Prosedur
– Dengan menempelkan telapak dan jari jari tangan pada dinding
dada. Seperti punggung , kemudian pasien disuruh
mengucapkan kata kata seperti 77, dengan nada yang sedang.
Secara simetris dibadingkan getaran yang timbul.
– Selain itu dengan palpasi dapat menentukan kelainan di perifer
seperti kondisi kulit ; basah / kering, adanya demam, arah aliran
vena dikulit pada vena yang terbendung, tumor
– Dapat menentukan kelainan di dalam, seperti meraba ictus
cordis, adanya thriil (getaran) pada kelainan katup
Penilaian
– Fremetus menurun
– Fremitus meningkat pada • Penebalan pleura
• Infiltrat • Efusi pleura
• Compressive atelektasis • Pneumothorak
• Cavitas paru • Emfisema paru
• Obstruksi bronkus

Anda mungkin juga menyukai