Anda di halaman 1dari 15

VSD

Definisi
Vertikel septal defek adalah kelainan jantung bawaan berupa
lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu
atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum
interventrikuler sesama janin dalam kandungan. Sehingga darah
bisa menggalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya
(Nanda NIC-NOC, 2015).
Klasifikasi vsd
1. Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi
◦ Perimembranase
◦ Muskular
◦ Suprakistal
◦ Arterioventrikuler
2. Klasifikasi DSV berdasarkan ukurannya
◦ VSD kecil
◦ VSD sedang
◦ VSD besar
Etiologi
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring perkembangan fetus, sebuah
dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi, jika sekat itu tidak
terbentuk sempurna maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan yang disebut defek septum
ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti (idopatik),
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan (PJB) yaitu:
◦ Faktor prenatal (faktor eksogen)
◦ Faktor genetik (faktor endogen)
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh kelainan jantung (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan ini
umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama
dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot. Kelainan ini lebih banyak dijumpai pada
usia anak-anak, namun pada orang dewasa yang jarang terjadi merupakan komplikasi serius dari berbagai
serangan jantung (Prema R, 2013; AHA, 2014).
Manifestasi Klinis
◦ Takipneu
◦ Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir
◦ Adanya sianosis dan clubbing finger
◦ Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat
gangguan pernafasan
◦ Bayi mudah lelah saat menyusu, sehingga ketika mulai menyusu bayi tertidur karena kelelahan.
◦ Muntah saat menyusu
◦ BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
◦ Gangguan tumbuh kembang
◦ EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
◦ Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak menonjol pembuluh darah hilus
membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer
Pemeriksaan Diagnostik
◦ Auskultasi jantung mur-mur pansistolik keras dan kasar, umumnya paling jelas
terdengar pada tepi kiri bawah sternum
◦ Pantau tekanan darah
◦ Foto rontgen toraks hipertrofi ventrikel kiri
◦ Elektrochardiografi
◦ Echocardiogram hipertrofi ventrikel kiri
◦ MRI
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,
antara lain :
◦ Gagal jantung
◦ Endokarditis
◦ Insufisiensi aorta
◦ Stenosis pulmonal
◦ Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)
Penatalaksanaan
Non Farmakologis
◦ Pembedahan :
- Menutup defek dengan dijahit melalui cardio pulmonary bypass
- Pembedahan pulmonal arteri nunding (pad) atau penutupan defek untuk mengurangi aliran ke paru.
◦ Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
Farmakologi
Pemberian vasopresor atau vasodilator :
◦ Dopamin (intropin)
Memiliki efek inotropik positi pada miocard, menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik
serta tekanan nadi, sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan distolik, digunakan untuk gangguan hemodinamika
yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
◦ Isopreterenol (isuprel)
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, meyebabkan peningkatan curah jantung : menurunan tekanan distolik dan
tekanan rata – rata sambil meningkatkan tekanan sistolik.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
◦ Pengkajian Umum
- Keluhan Utama
- RiwayatPengkajian per sistem
- Kesehatan
◦ Pengkajian Fisik
Dalam diagnosa keperawatan, perlu dilakukan pengkajian data dari hasil :
- Anamnesa
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan pembesaran atrium.
2. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja jantung,
hipertensi pulmonal
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplay O2
ke jaringan perifer
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot dan kelelahan
Diagnosa
Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung , nadi perifer, warna dan 1. Mengetahui kekuatan otot jantung pasien.
jantung berhubungan
keperawatan selama 1 x 24 jam kehangatan kulit dalam batas normal. Nadi : 80 - 100 x/menit, dapat dilakukan 2. untuk mengetahui kekuatan nadi perifer,
dengan pembesaran
atrium diharapkan adanya tanda-tanda collapsing pluss untuk mengetahui kekuatan otot jantung, dan didapati warna 3. Mengetahui
membaiknya curah jantung dengan telapak tangan yang normalnya kemerahan dan hangat ( suhu 36,5 – 37,5 C ). indikator penilaian terhadap adanya gagal
kriteria hasil : curah jantung adekuat 2. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) normalnya teraba. catat frekuensi, jantung dan untuk menentukan intervensi
yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam keteraturan, dan amplitudo dan simetris. selanjutnya.
rentang normal dan nadi teraba 2. Tegakkan derajad sianosis ( sirkumoral, membran mukosa, clubbing finger). 4. Mencegah terjadinya hipoksia.
sama. Mukosa bibir sering berwarna biru atau belang karena peningkatan kongesti vena.
3. Monitor tanda-tanda CHF ( gelisah, takikardi, tacipnea, sesak, periorbotal
edema, oliguri dan hepatomegali )
4. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai insikasi
(kolaborasi)
2.      Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola dan irama pernafasan. pola nafas : brdypnea, tachypnea, 1. Memonitor keadaan pernapasan dan
  nafas berhubungan
dengan peningkatan keperawatan selama 3 x 24 jam hiperventilasi, respirasi kussmaul, respirasi cheynestokes dll. Dengan rentang keadekuatan pernapasan pasien.
kerja jantung, pasien menunjukkan keefektifan normal ( RR : 18 – 24/menit ) dan ritme pernafasan teratur. Irama : takikardi,  
hipertensi pulmonal pola nafas, dengan kriteria hasil : bradikardi, disritmia atrial, disritmia ventrikel,blok jantung 2. Untuk
1. frekuensi, irama, kedalaman 2. Memposisikan pasien semi fowler. memaksimalkan potensial ventilasi.
pernapasan dalam batas normal. 3. Catat pergerakan dada, simetris atau tidak, menggunakan otot bantu pernafasan.  
2. Tidak menggunakan otot-otot Dengan batasan normal ( bentuk dada : simetris, tidak menggunakan otot-otot 3. Melihat apakah ada obstruksi di salah
pernapasan. pernapasan). satu bronkus atau adanya gangguan pada
  ventilasi.
 
3.      Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.      kaji pucat, sianosis, clubbing finger, dan 1.      kaji pucat, sianosis dan clubbing
  jaringan perifer
berhubungan dengan selama 2 x 24 jam didapatkan kriteria hasil catat kekuatan nadi perifer finger serta kekuatan nadi perifer untuk
penurunan suplay O2 ke jar. : 2.      kaji keadaan kulit mengetahui lancar tidaknya suplay O2 ke
perifer 1.      Denyut nadi perifer teraba dengan (lembab/tidak,hangat/dingin) jaringan perifer. Jika pasien masih terdapat
kuat,   tanda-tanda tersebut, mendandakan supay
2.      Warna kulit tidak pucat/sianosis O2 belum maksimal
3.      Kulit terasa hangat 2.      kulit yang hangat menandakan kulit
mendapat kecukupan suplay O2
 
4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bantu pasien memilih aktivitas yang sesuai 1. Aktivitas yang baik dan sesuai dengan
berhubungan gengan
kelemahan otot dan kelelahan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien dengan kondisi. kondisi dapat memperbaiki toleransi terhadap
stabil saat aktivitas dengan kriteria hasil : 2. Bantu pasien untuk melakukan aktivitas/latihan latihan.
1. Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas fisik secara teratur 2. Melatih kekuatan dan irama jantung selama
normal (95-100%)   aktivitas.
2. Nadi saat aktivitas dalam batas normal (60- 3.Anjurkan pasien untuk membatasi aktivitas yang 3. Mencegah timbulnya sesak akibat aktivitas
100x/menit) cukup berat seperti berjalan jauh, berlari dan fisik yang terlalu berat.
3. RR saat aktivitas dalam batas normal (12- mengangkat beban berat. 4. Mengetahui sumber asupan energi pasien.
24/menit)    
4. Tekanan darah systole saat aktivitas dalam 4. Monitor intake nutrisi yang adekuat sebagai  
sumber energi .
batas normal(60-80mmHg)
5. Tidak nampak kelelahan,pucat,lesu dan
tidak ada penurunan nafsu makan.
Pathway VSD

Anda mungkin juga menyukai