Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN BIDAN

DALAM NEGERI
Disusun Oleh:
1.Anggi Widya K D
2.Dona Ayu L
3.Erika Dwi S
4.Galih Kresmayanti A
5.Lingga Kur Anasari
6.Melisa Putri P
7.Mia Andia N
8.Nungki Tri K
9.Ratfi Larasati Y
Tahun 1851 Tahun 1902
Dr. W. Bosch membuka Pendidikan bidan bagi
pendidikan bidan bagi wanita pribumi dibuka
wanita pribumi Batavia. kembali di rumah Sakit
Pendidikan ini tidak Militer di Batavia.
berlangsung lama karena
kurangnya peserta didik
akibat adanya larangan bagi
wanita untuk keluar rumah.
Tahun 1911-1912
Dibuka program pendidikan tenaga keperawatan secara
terencana di Rumah Sakit Umum Pusat Semarang dan
Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusuma di Batavia
dengan lama pendidikan selama empat tahun denga
peserta didik pria. Pada tahun 1914, peserta didik wanita
mulai diterima untuk mengikuti program pendidikan
tersebut. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut,
perawat wanita dapat meneruskan ke pendidikan
kebidanan selama dua tahun.
Tahun 1935-1938
pemerintah kolonial Belanda mulai
membuka pendidikan bidan
lulusan setingkat SMP dan pada
waktu yang hampir bersamaan
dibuka sekolah bidan di beberapa
kota besar antara lain di Jakarta
(RSB Budi Kemuliaan) serta di
Semarang (RSB Palang Dua dan
RSB Mardi Waluyo). Di tahun
yang sama dikeluarkan sebuah
peraturan yang
mengklasifikasikan lulusan bidan
berdasarkan latar belakang
pendidikan.
Tahun 1950-1954
• Tahun1950-1953, dibuka sekolah bidan untuk lulusan SMP lama
pendidikan tiga tahun. Dibuka pendidikan pembantu bidan yang
disebut Penjenang Kesehatan E (PK/E) atau Pembantu Bidan
(tutup thn 1976). Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP di tambah
dua tahun kebidanan dasar.
• Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta
lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu. Tujuan dari
KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan
mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan,
terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967, KTB ditutup.
• Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan di Bandung. Pendidikan
ini berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972, institusi
pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP).
Tahun 1970-1985
• Tahun 1970, dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan
dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan
bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan
(SPLJK).
• Tahun 1974, Pendidikan bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat
Kesehatan (SPK) dengen tujuan menciptakan tenaga multitujuan
dilapangan yang salah satu tugasnya adalah menolong persalinan
normal.
• Pada tahun 1975 sampai 1984, institusi pendidikan bidan ditutup
sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun
organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada.
• Tahun 1981 dibuka pendidikan diploma I kesehatan ibu dan anak
• Tahun 1985, dibuka lagi program pendidikan bidan (PPB) yang
menerima lulusan dari SPR dan SPK. Lama pendidikan satu tahun dan
lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.
Tahun 1989
Tahun 1989 dibuka program pendidikan bidan secara nasional
yang membolehkan ulusan SPK untuk langsung masuk program
pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai Program
Pendidikan Bidan A (PPB/A) dengan lama pendidikan satu tahun.
Lulusannya ditempatkan di desa-desa dengan tujuan memberi
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan terhadap ibu
dan anak di daerah pedesaan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan
anak.
• Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan B, Akper
+ 1 th hanya 2 angkatan.
• Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan C, SMP +
3 th di 11 propinsi.
• Tahun 1994-1995 pemerintah juga
menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan
Jarak Jauh (distance learning) di tiga provinsi
yaitu Jawa Barat, Jawa Tengan dan Jawa Timur.
• Tahun 1996 berdasarkan surat keputusan menteri
kesehatan RI Nomor 4118 tahun 1987 dan surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor
009/U/1996 dibuka program D-III Kebidanan dengan
institusi Akademi Kebidanan (AKBID) di enam propinsi
dengan menerima calon peserta didik dari SMA.
• Tahun 2000 Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang DIV Kebidanan di FK UGM, FK
UNPAD Tahun 2002 di FK USU. Tahun 2005 Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang S2
Kebidanan di FK UNPAD
• Program pendidikan DIV Bidan telah berubah karena
semua institusi poltekkes diseluruh Indonesia
Menyelenggarakan program DIV Bidan sesuai dengan
adanya UU Dikti no 12 tahun 2012 disebutkan bahwa
politeknik boleh menyelenggarakan Profesi. Tahun 2014
dibukanya magister Terapan yang diselenggarakan oleh
poltekkes Semarang, bahkan pendidikan vokasi diberi
peluang untuk berkembang kearah doktor terapan.
Pendidikan Kebidanan Di Dalam Negeri
Berdasarkan UU No. 04 Tahun 2019.
Pendidikan kebidanan terdiri atas pendidikan akademik,
pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi. Pendidikan
akademik terdiri dari program sarjana, program magister,
dan program doktor, untuk pendidikan akademik dapat
melanjutkan program pendidikan profesi.

Pendidikan kebidanan diselenggarakan oleh perguruan


tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Penyelenggaraan pendidikan kebidanan harus
memenuhi standart nasional pendidikan kebidanan yang
mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
kebidanan harus memiliki dosen dan tenaga kependidikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yang harus melakukan pendidikan, penelitian, pengabdi
kepada masyarakat dan pelayanan kesehatan dan memiliki
kesetaraan , pengakuan, dan angka kredit yang
memperhitungkan kegiatan pelayanan kesehatan.

Tenaga kependidikan dapat berasal dari pegawai negeri


sipil atau non pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Mahasiswa kebidanan
pada akhir masa pendidikan vokasi atau pendidikan profesi
harus mengikuti uji kompetensi yang bersifat nasional yang
merupakan syarat kelulusan pendidikan vokasi atau
pendidikan profesi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai