Anda di halaman 1dari 23

Sering Buang Air

di Malam Hari

Kasus 2 Modul EMTK


Nama Kelompok
Luna Azhria 030.18.130
Muhammad Heru Syaputra 030.18.131
Nahdah Salsabila 030.18.132
Silvi Zahra Rosita 030.18.133
Athaya Puti Mahira 030.18.134
Sekar Melati Putri Puspita 030.18.135
Alya Safira Azhar 030.18.136
Daniel Yori Winner Sagala 030.18.138
Skenario
Tn X berusia 45 tahun datang ke poliklinik tempat anda berpraktek untuk melakukan medical check up. Pasien
sering terbangun buang air kecil di malam hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tinggi Badan : 160 cm, Berat
Badan : 84 kg, lingkar perut 124 cm. Tekanan darah : 150/90 mmHg.

Hasil pemeriksaan penunjang :


Kadar trigliserida: 370 mg/dl, gula darah sewaktu 170 mg/dl, kolesterol LDL: 210 mg/dl, kolesterol HDL : 30
mg/dl, kolesterol total : 314 mg/dl, SGOT : 75 mg/dL, SGPT : 120 mg/dL
Brainstorming Tn X, 45 th

Sering buang air kecil di malam hari


TB 160 cm, BB 84 kg, LP 24 cm, TD Trigliserida: 370 mg/dl, gula darah sewaktu 170
150/90 mmHg mg/dl, LDL: 210 mg/dl, HDL: 30 mg/dl, kolesterol
total: 314 mg/dl, SGOT: 75 mg/dL, SGPT: 120
mg/dL

definisi Sindrom Metabolik prognosis

epidemiologi tatalaksana

etiologi

patofisiologi manifestasi komplikasi


klinis faktor resiko
diagnosis diagnosis banding
Klarifikasi Istilah
● Trigliserida :

Salah satu jenis lemak dalam tubuh yang beredar di dalam darah dan berbagai organ tubuh

● LDL (low density lipoprotein) :

Lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol, dan dibawa ke hati, dan jaringan ekstra seluler

● Kolesterol

prekursor asam empedu dan hormon steroid, serta unsur utama membran sel yang sebagian besar di sintesis
di hati dan jaringan lain.
Identifikasi Masalah
1. Tn X berusia 45 tahun sering buang air kecil di malam hari

2. Hasil pemeriksaan fisik :


3. Hasil pemeriksaan penunjang :
- Tinggi Badan: 160 cm
- Berat Badan: 84 kg - Kadar trigliserida: 370 mg/dl
- Lingkar perut: 124 cm - Gula darah sewaktu 170 mg/dl
- Tekanan darah: 150/90 mmHg - Kolesterol LDL: 210 mg/dl
- Kolesterol HDL: 30 mg/dl
- Kolesterol total: 314 mg/dl
- SGOT: 75 mg/dL
- SGPT: 120 mg/dL
Definisi
Sindrom Metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang
berkaitan langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler artherosklerotik.
Epidemiologi
● Prevalensi sindrom metabolik di Indonesia, Bogor (36,2%), Jayapura (33,9%), Jakarta (28,4%), dan
Bali (18,2%)
● Riskesdas 2007, prevalensi sindrom metabolik di perkotaan sebesar 17,5%
● Prevalensi sindrom metabolik meningkat seiring bertambahnya usia dan berat badan
○ Berdasarkan BB kemungkinan terjadinya sindrom metabolik yaitu 5% pada BB normal, 22%
pada BB lebih, 60% pada obes sentral
○ Berdasarkan genetik : 2-3 kali lebih mudah terjadi
○ Berdasarkan umur : >20 th kemungkinan terjadi 25% , >50 th sebesar 45%
Epidemiologi
Etiologi
● Gangguan sindrom metabolik sel β dan hipersekresi insulin untuk
mengkompensasi resistensi insulin. Hal ini memicu terjadinya komplikasi
makrovaskuler (komplikasi jantung)
● Kerusakan berat sel β menyebabkan penurunan progresif sekresi insulin,
sehingga menimbulkan hiperglikemia. Hal ini menimbulkan komplikasi
mikrovaskuler (nephropathy diabetica)
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang sindrom metabolik adalah:

● Pola makan tidak sehat dengan terlalu banyak makan makanan yang berlemak dan makanan manis.
● Tidak berolahraga secara rutin.
● Memiliki kebiasaan merokok.
● Bertambahnya usia.
● Memiliki keluarga yang terkena sindrom metabolik.
Manifestasi Klinis
1. Lingkar perut melebihi batas normal
2. Sering merasa haus
3. Frekuensi buang air kecil meningkat
4. Tubuh mudah lelah
5. Sakit kepala
6. Pegal-pegal
7. Sesak nafas
Kriteria Diagnosis
Kriteria yang sering digunakan untuk menilai pasien SM adalah NCEP–ATP III, yaitu apabila seseorang
memenuhi 3 dari 5 kriteria yang disepakati, antara lain:

1. lingkar perut pria >102 cm atau wanita >88 cm


2. hipertrigliseridemia (kadar serum trigliserida >150 mg/dL),
3. kadar HDL–C <40 mg/dL untuk pria, dan <50 mg/dL untuk wanita;
4. tekanan darah >130/85 mmHg;
5. kadar glukosa darah puasa >110 mg/dL.
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

- - Kadar glukosa plasma dan


- Riwayat keluarga dan penyakit Pengukuran TB, BB dan TD
- Pengukuran IMT profil lipid puasa
sebelumnya. - Kadar asam urat dan tes faal
- Pengukuran lingkar pinggang
- Riwayat adanya perubahan berat hati dapat menilai adanya
badan NASH
- Aktivitas fisik sehari - hari - USG abdomen diperlukan
- Asupan makanan sehari - hari untuk mendiagnosis adanya
fatty liver karena kelainan
- Pemeriksaan klemeuglikemik
atau HOMA (homeostasis
model assessment) untuk
menilai resistensi insulin
secara akurat
Differential diagnosis
Diabetes Melitus
Keadaan dimana terjadi peningkatan glukosa darah dalam tubuh
(hyperglikemia)
Secara Umum dibagi menjadi 4 tipe:
● Tipe 1 (Autoimun)
● Tipe 2 (resistensi Insulin)
● Other Specific types
● Diabetes gestasional
Terdapat tiga gejala utama :
● Polidipsi
● polifagi
● poliuri (hyperuricremia)
Differential diagnosis
Sindroma metabolik
adalah sekumpulan faktor risiko metabolik yang secara
bersama-sama atau pun sendiri-sendiri akan meningkatkan
risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular
aterosklerotik, stroke, diabetes, dan berbagai penyakit
metabolik lainnya.
Differential diagnosis
Obesitas
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak
dalam tubuh yang sangat tinggi. Obesitas terjadi karena
asupan kalori yang lebih banyak dibanding aktivitas
membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk
dalam bentuk lemak. Apabila kondisi tersebut terjadi dalam
waktu yang lama, maka akan menambah berat badan
hingga mengalami obesitas.
Patofisiologis
Tatalaksana
Tata laksana dilakukan berdasarkan penyebab yang mendasari :
Tata laksana diabetes melitus tipe 2
Terapi awal T2DM tergantung dari beratnya manifestasi klinik.
● Untuk pasien dengan hiperglikemia puasa sedang (126–200 mg/dL) dan HbA1C <8,5%
penatalaksanaan yang dianjurkan adalah perubahan gaya hidup dan pemberian antidiabetik oral
seperti metformin.
● Pasien dengan hipergikemia berat (>200mg/dL), HbA1C >8,5% dan atau dengan ketosis, terapi
harus diawali dengan pemberian insulin. Insulin harus diberikan bila kadar glukosa tidak dapat
terkontrol setelah 3–6 bulan terapi metformin.
Komplikasi
1. Jantung koroner
2. Gagal jantung
3. Stroke
4. Tromboembolisme vena
5. Penurunan fungsi kognitif
Prognosis
● Ad Vitam : dubia ad bonam
● Ad Sanationam : dubia ad bonam
● Ad Fungsionam : dubia ad malam
Referensi
1. Soewondo, P, Purnamasari, D, Oemardi, M, Waspadji, S, Soegondo, S. Prevalence of Metabolic
Syndrome Using NCEP/ATP III Criteria in Jakarta, Indonesia: The Jakarta Primary Non-
communicable Disease Risk Factors Surveillance. Acta Med Indones-Indones J Intern Med.
2010;42(4).
2. Mokdad AH, Marks JS, Stroup DF. 2006. Actual Causes of Death in the United States. Journal
American Medical Association.
291(20): 1238–45.
3. Ford ES, Giles WH, Dietz WH, 2002. Prevalence of the Metabolic Syndrome Among US Adults.
Finding from the Third National Health and Nutrition ExaminationSurvey. Journal American Medical
Association. 287(20): 356–59.

Anda mungkin juga menyukai