Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

DAN BAYI

“IKTERUS PADA BAYI”


A. Tinjauan Medis

1. Bayi Baru
Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-
28 hari.Kehidupan pada masa neonatus ini
sangat rawan oleh karena memerlukan
penyesuaian fisiologik agar bayi di luar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya.Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan
dan angka kematian neonatus.Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi
pada masa neonatus.Peralihan dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali.
B. Pengertian Ikterus

 Ikterusneonatorum adalah warna


kuning yang tampak pada kulit
dan mukosa oleh karena adanya
bilirubin pada jaringan tersebut
akibat peningkatan kadar bilirubin
dalam darah. Ikterus neonatorum
ialah suatu gejala yang sering
ditemukan pada bayi baru lahir.I
C. Macam-macam
Ikterus
Ikterus Fisiologi
 IkterusFisiologi adalah ikterus yang
timbul pada hari kedua dan hari ketiga
yang mempunyai dasar patologik,
kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan, atau mempunyai
potensi menjadi kern-ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada
bayi. Ikterus ini biasanya menghilang
pada akhir minggu pertama atau
selambat-lambatnya 10 hari pertama.
Ikterus Patologik
 IkterusPatologik adalah ikterus
yang mempunyai dasar patologik
atau kadar bilirubinnya mencapai
suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Dasar
patologik ini misalnya, jenis
bilirubin, saat timbulnya dan
menghilangnya ikterus dan
penyebabnya.
D. Etiologi dan Faktor
Resiko

Etiologi
1. Produksi yang
berlebihan
2. Gangguan konjugasi
hepar
3. Gangguan transportasi
4. Gangguan ekresi
Faktor Resiko Ikterus
Faktor Maternal
◦ Rasa atau kelompok etnik
tertentu.
◦ Komplikasi dalam kehamilan (DM,
inkontambilitas ABO, Rh)
◦ Penggunakan oksitosin dalam
larutan hipotonik.
◦ ASI
◦ Mengonsumsi jamu-jamuan
Faktor perinatal
 Trauma lahir (chepalhematom, ekamosis)
 Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
Faktor Neonatus
 Prematuritas
 Faktor genetik
 Obat (Streptomisin, kloramfenikol,

benzylalkohol, sulfisoxazol)
 Rendahnya asupan ASI (dalam sehari min. 8

kali sehari)
 Hipoglikemia
 Hiperbilirubinemia
Tanda
 Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata
berputar-putar
 Letargis (lemas)
 Kejang
 Tidak mau menghisap
 Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
 Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat
disertai spasme otot, episiototonus, kejang,
stenosis yang disertai ketegangan otot.
 Perut membuncit
 Pembesaran pada hati
 Feses berwarna seperti dempul
Gejala

 Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai


fase pertama kernicterus pada neonatus
adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
 Gejala kronik : tangisan yang melenking
(high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus (bayi yang selamat biasanya
menderita gejala sisa berupa paralysis
serebral dengan atetosis, gangguan
pendengaran, paralysis sebagian otot mata
dan dysplasia dentalis).
PEMBAHASAN
Pada tanggal 08 Juni 2012 Ny. L datang ke
Puskesmas Tambora dengan alasan ingin
kunjungan saat bayi berusia 7 hari. Hal ini
sesuai dengan program pemerintah yaitu
kunjungan neonatal I pada hari ke 7 setelah
kelahiran.Tujuan dari program ini yaitu untuk
mendeteksi sedini mungkin permasalahan
yang terjadi pada bayi.Pada kunjungan
neonatal 1 ini, dari hasil pemeriksaan fisik yang
telah dilakukan, bidan mendeteksi bahwa bayi
mengalami ikterus.Adanya kejadian seperti ini,
disarankan bidan lebih menegaskan bahwa
kunjungan neonatal pada hari ke 7 setelah
kelahiran sangatlah penting.
 Menurut Ngastiyah (2005), ikterus dibagi menjadi 2
macam, yaitu ikterus fisiologis dan ikterus
patologis. Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua
sampai hari ketiga setelah kelahiran, kadar bilirubin
indirek tidak melewati 15 mg %, dan tidak
menyebabkan morbiditas pada bayi, sedangkan
ikterus patologis terjadi pada 24 jam pertama,
kadar bilirubin indirek tidak melewati 10 mg%, dan
terlihat kuning pada telapak tangan dan kaki. Dalam
kasus ini, By. Ny. L termasuk ke dalam ikterus
patologis karena berdasarkan hasil pemeriksaan,
bayi tampak kuning pada seluruh tubuh (pada
derajat kremer termasuk kedalam derajat V dengan
kadar bilirubin total = 16 mg%). Berdasarkan hasil
laboratorium, kadar bilirubin indirek = 17,50 mg/dl
dengan nilai normal yaitu 0,00 – 10,80 mg/dl.
LANJUTAN
Kadar bilirubin direk = 1,00 mg/dl, dengan
nilai normal yaitu < 0,50 mg/dl. Kadar bilirubin
total = 18,50 mg/dl, dengan nilai normal yaitu
< 12,00 mg/dl. Gejala lain yang dialami oleh
Ny. L ini adalah letargis.Hal ini sesuai dengan
gejala yang dikemukakan oleh Surasmi (2003).
Menurut Moeslichan (2004), faktor yang
berhubungan dengan munculnya ikterus antara
lain inkomtabilitas ABO, rendahnya asupan ASI,
kurangnya terpapar sinar matahari dan
gangguan hepar.
LANJUTAN
 Menurut Garthner dan Auerbach penyebab timbulnya
ikterik yang berhubungan dengan ASI adalah
terhambatnya uridine diphosphoglucoronic acid
glucoronyl transfarase (UDPGA) oleh hasil
metabolisme progesterone yaitu pregnane-3-alpha-
20 beta-diol yang ada dalam ASI ibu, peningkatan
aktifitas beta-glukorodanise dalam ASI dan juga
pada usus bayi yang mendapat ASI, terlambatnya
pembentukan flora usus pada bayi yang mendapat
ASI serta defek aktivitas uridine
diphophateglucoronyl transfarase (UGT1A1) pada
bayi yang homozigot dan heterozigot untuk varian
sindrom Gilbert dan terhambatnya konjugasi
bilirubin.
LANJUTAN
 Berdasarkan hasil anamnesa, ibu mengatakan bayinya
menyusui 4x sehari, sedangkan The American
Academy of Peiatrics (AAP) merekomendasikan
pemberian ASI terus menerus (minimal 8-10 kali
dalam 24 jam) sehingga dapat terjadi kurangnya
asupan nutrisi untuk metabolisme dalam tubuh, yang
dapat menyebabkan bayi menjadi ikterus. Dalam
kasus ini, pemberian ASI sangat kurang hanya 4x
sehari sehingga terjadi penumpukan bilirubin indirek
yang tidak bisa dikonjugasi menjadi bilirubin direk di
dalam hepar dan tidak dapat disekresikan melalui
feses dan urine akibatnya produksi billirubin indirek
dalam tubuh bayi menjadi tinggi
LANJUTAN
 Oleh karena itu, tenaga kesehatan khususnya bidan
dapat memberikan promosi kesehatan mengenai
ASI Ekslusif , cara pemberian ASI, hiperbilirubin dan
ikterus sehigga asupan ASI dan optimal dan
mencegah terjadinya hiperbilirubin atau ikterik.
 Kemungkinan penyebab yang lain adalah
inkomtabilitas ABO. Terjadinya inkomtabilitas ABO
karena terjadinya perbedaan antara darah ibu dan
bayi. Berdasarkan pemeriksaan golongan darah
pada saat kehamilan didapatkan golongan darah
ibu yaitu O(+) dan berdasarkan anamnesa Ny. L
setelah dirawat di Rumah sakit golongan darah
bayi adalah A(+).
LANJUTAN
Menurut Guslihan (2004), inkomtabilitas terjadi
karena perbedaan darah ibu dan janin. Darah ibu
memproduksi antibodi yaitu immunoglobulin G
yang menyerang sel darah merah janin yang
menyebabkan pecahnya (hemolisis) sel darah
merah sehingga meningkatkan pelepasan
bilirubin dari sel darah merah. Reaksi hemolisis
akan terjadi apabila zat anti dari ibu masih
terdapat dalam serum bayi.
Pada kasus inkomtabilitas ABO, umumnya ikterus
dapat diketahui pada bayi umur 24 jam pertama.
LANJUTAN
 Namun, pada kasus Ny. L berdasarkan anamnesa
yang didapatkan, perawatan nifas di PKC.
Tambora hanya 1 hari karena Ny. L memaksa
untuk pulang ke rumah.Prosedur tetap yang ada
di PKC. Tambora setelah melahirkan adalah
perawatan nifas selama 3 hari dengan tujuan
memberikan perawatan yang komprehensif dan
memantau kelainan yang terdapat pada ibu dan
bayi. Kurangnya perawatan nifas pada Ny. L dan
bayinya menyebabkan kejadian ikterus tidak
dapat diketahui secara cepat dan penanganan
pada bayi Ny. L menjadi lambat.
LANJUTAN
 Kurangnya pengetahun tentang pemberian
ASI eksklusif, cara menjemur bayi yang benar,
dan hiperbilirubin menjadi faktor penyebab
dari timbulnya bayi kuning atau ikterus.
Dalam mekanisme sistem rujukan yang
dilakukan sudah sesuai dengan protap
puskesmas dan wewenang bidan yaitu
merujuk bila ada bayi yang mengalami
kelainan
SOAL KASUS
1. Seorang bayi di rujuk ke rumas sakit dengan
keluhan kulit bayi menjadi kuning. Hasil
pemeriksaan menunjukkan kadar bilirubin 11,4
mg%. diagnosa tepat untuk keadaan bayi tersebut
adalah…
a. Ikterus derajat I

b. Ikterus derajat II

c. Ikterus derajat III

d. Ikterus derajat IV

e. Ikterus derajat V
 Jawaban: c. Ikterus derajat III
2. Seorang bayi berusia 5 hari di bawah ibunya ke
puskesmas dengan keluhan menyusu dan tidur
terus. Hasil pemeriksaan kulit bayi kuning di
daerah wajah, vital sign dalam batas normal, dan
pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar
bilirubin 6 mg/dl.
Apakah diagnosa pada kasus di atas…
a. Kern ikterus

b. Ikterus patologis

c. Ikterus fisiologis

d. Hepatitis A

e. Hepatitis B
 Jawaban: b.Ikterus patologis
3. Bayi baru lahir 3 hari yang lalu dibawa
kerumah sakit karena tampak berwarna
kekuningan, hasil pemeriksaan lab
menunjukkan kadar bilirubin indirek 4,6 mg%
sedangkan kadar bilirubin direk 0,3 mg%.
Apakah diagnose kasus bayi tersebut…
a. Hyperbilirubin
b. Hypobilirubin
c. Ikterus fisiologis

d. Ikterus patologis

e. Kerniksterus
 Jawaban: a. hyperbilirubin
4. Ny. S baru saja melahirkan seorang anak berjenis
kelamin laki-laki di RS dengan usia kandungan 32
minggu, dengan BB: 2200 gr, warna kulit tampak
kekuningan dan dalam pemeriksaan bayi tersebut
tampak pucat, bintik merah dikulit, feses disertai urin
warna coklat.
Dalam kasus diatas diagnosa apakah yang tepat
untuk kasus tersebut…
a. Infeksi

b. Campak

c. Ikterus neonatorum

d. Dehidrasi berat

e. Vital distress
 Jawaban: c. ikterus neonatorum
5. Seorang bayi perempuan dengan berat badan
2700 gr dan panjang 48 cm mengalami
kekuningan yang timbul pada hari kedua-ketiga
dimana kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam
sekitar 12 mg% dan kecepatan peningkatan kadar
bilirubin sekitar 4 mg%/hari.
Apa klasifikasi ikterus pada bayi…
a. Kern ikterus
b. Ikterus fisiologis
c. Ikterus patologis
d. Ikterus kongenital
e. Ikterus fototerapis
 Jawaban:b. ikterus fisiologis
  

Anda mungkin juga menyukai