Anda di halaman 1dari 9

Ibnu taimiyah

Di susun oleh:
Alfiatus Soleha (1876610005)
Fauziatur Rahmawati (1876610017)
Biografi Ibnu Taimiyah
Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah
bin Taimiyah al Harrani atau yang biasa disebut dengan nama Ibnu
Taimiyah (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H – wafat:
20 Dzulqadah 729 H), adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari
Harran, Turki. Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya
Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang syaikh, hakim, dan
khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah
bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai
fiqih, hadits, tafsir, dan penghafal Al-Qur’an(hafidz). Ibnu Taimiyah
lahir di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan
budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam
tahun (tahun 667 H/1268M), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya ke
Damaskus disebabkan serbuan tentara Mongol atas Irak.
Perkembangan dan hasrat keilmuan
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya.
Begitu tiba di Damaskus, ia segera menghafalkan Al-Qur’an dan
mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli
hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat
para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umurnya belum
mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan
mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab.
Kepribadiannya
Dia adalah orang yang kuat pendiriannya dan teguh berpijak
pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah
berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah,
sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka
aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai
dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan.
Pendidikan dan karyanya
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh
berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat
(ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai
kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia
telah hafal Al-Qur'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai
terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi fatwa
dalam masalah masalah keagamaan.
Wafatnya
Ibnu Taimiyah meninggal di penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh
salah satu seorang muridnya Ibnul Qayyim, ketika dia sedang
membaca Al-Qur'an surah Al-Qamar yang berbunyi "Innal Muttaqina
fi jannatin wanaharin". Ia berada di penjara ini selama dua tahun tiga
bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Ia
wafat pada tanggal 20 Dzulqadah 729 H, dan dikuburkan pada waktu
Ashar di samping kuburan saudaranya, Syaikh Jamal Al-Islam
Syarafuddin.
Pemikiran Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah dan Tasawuf

Sering kita mendengar bahwa Ibnu Taimiyah itu anti


tasawuf dan penentang sufi, padahal kalau diperhatikan
dari sikap dan pandangannya dia adalah seorang sufi dan
pengikut ajaran tasawuf suni (yang sesuai dengan Al-
Qur’an dan Sunah), meskipun ia tidak mengistilahkan
ajaran tasawuf dengan istilah tersebut. Istilah yang sering
dipakai oleh Ibnu Taimiyah adalah istilah suluk, akan
tetapi substansinya adalah apa yang ada pada ajaran
tasawuf.
Kontrofersi pemikiran Ibnu Taimiyah

Pemikiran Ibnu taimiyah sering menjadi ajang polemik di


kalangan para Ulama, sejak zaman Ibnu Taimiyah sendiri, dan
gara-gara itu dia sering keluar masuk penjara, terutama
mengenai masalah-masalah Akidah dan Fiqih. Keberanian
Ibnu Taimiyah ini tidak hanya berbeda dengan para ulama di
zamannya, namun Ibnu Taimiyah juga sering menyalahi Ijma`.
Itulah yang membuat ulama di zamannya geram pada Ibnu
Taimiyah. Pemikiran pertama yang menjadi kontrofersi terjadi
pada tahun 698 H. Hal itu gara-gara satu fatwa yang dikenal
dengan masalah hamawiah. Fatwa ini membuat Qadhi waktu
itu turun tangan, yaitu Imamauddin al-Quzwaini. Qadhi itu
memberi fatwa “Barang siapa yang mengambil pendapatnya
 Pemikiran kontrofersi Ibnu Taimiyah
Adapun pemikiran Ibnu Taimiyah yang dianggap
bertentangan dengan Ijma`dan mayoritas ahlu sunnah
wal jamaah sangat banyak diantaranya adalah:
a)   Keyakinanya tentang Zat Allah yang mempunyai
jasad seperti jasadnya makhluk, duduk seperti
duduknya makhluk, bertangan, mempunyai mata
dang telinga. Bahkan Ibnu Taimiyah berkata bahwa
Allah turun dari langit sebagai mana turunnya dia
dari mimbar. Mazhab ini di sebut al-Hasyawiyah
al-Mujassamah.
b)  Berani mencaci Ulama dan Sahabat Nabi.
c)  Inkar terhadap Majaz.
Perbedaan Ibnu Taimiyah dan Aswaja
No. Ibnu Taimiyah Aswaja
1. Pengharaman sholat dan doa disisi Dapat sholat dan doa disisi kubur para wali
kubur para wali Allah SWT. Allah SWT.
2. Pengharaman ziarah kubur. Di perbolehkan berziarah kubur.
3. Pengharaman istighosah Pengharaman istighosah selain kepada
Selain kepada Allah SWT. Allah SWT.
4. Pengharaman merayakan hari-hari Merayakan hari-hari besar keagamaan
besar keagamaan.
5. Pengharaman bersumpah dengan Dilarang bersumpah selain atas nama
menyebut nama selain Allah SWT.
Allah SWT
6. Keyakinan Ibnu Taimiyah bahwa Allah Bahwa Allah SWT bersifat mukhalafatu lil
berbebtuk hawaditsi, yaitu berbeda dengan
Tajsim(selayaknya makhluk). ciptaannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai