1rev Pengantar Absorpsi - 2019

STK 3227
Proses Pemisahan 1
ABSORPSI dan STRIPPING

Dr. Amir Husin, ST, MT
Fakultas Teknik – Universitas Sumatera Utara
Amir/Proses Pemisahan-I/2016 1
References:-
1. Henley E.J., AIChE Modular Instruction , series B: Stagewise

and Mass Transfer Operations, New York 1980
2. Treybal R.E., Mass Transfer Operations, 3rd ed. Mc Graw-Hill,
New York, 1980
3. Geankoplis, C.J., Transport Process and Unit Operations,
Allyn and Bacon Inc., 1987
4. Mc-Cabe and Smith, Unit operations for Chemical
Engineering.
5. Perry’s , Chemical Engineering.
6. Site on Google search, Separation Processes.
Absorpsi (Bag 1)
Introduction
Basic Principles
Applications
Gas – Liquid Equilibrium
Unit operation for Absorption:
a) Packed tower
b) Plate Column
Mass Transfer between Phases
Pengantar
 Absorpsi disebut juga gas absorption,

gas scrubbing, dan gas washing
 Pada absorpsi, suatu campuran gas Aliran Gas :
 udara
(inert dan solut) dikontakkan dengan
Gas NH3 <<<
suatu cairan (absorbent atau solvent)
untuk melarutkan secara selektif satu
atau lebih komponen melalui transfer Cairan
massa dari gas ke cairan. Penyerap
 Komponen yang berpindah ke cairan
disebut solute atau absorbate.
Aliran Gas :
 Cairan biasanya tidak larut dalam fasa  udara
gas  penguapannya ke dalam fasa Gas NH3
gas relatif sedikit.
Aplikasi
 Absorpsi digunakan untuk :

a. memisahkan campuran gas
b. memindahkan pengotor, kontaminan, polutan,
atau racun katalis dari suatu gas; atau
c. mengambil kembali bahan-bahan kimia yang
berbahaya.
Contoh Aplikasi:
1. Absorbing SO2 dari gas buang (flue gases) dengan

mengabsorpsi nya dalam larutan alkalin
2. Hidrogenasi edible oil dalam industri bahan makanan
 Gas hidrogen digelembungkan ke dalam minyak dan
diabsorpsi.
3 Penghilangan CO dari gas sintesis dengan cara
mengabsorpsinya menggunakan larutan potassium carbonate
yang panas (dalam pabrik amoniak)
4 Absorpsi dimethyl sulfide dari industri pengolahan bahan
makanan.
5 Hidrogen sulfida (H2S) dihilangkan dari aliran gas hidrokarbon
melalui pencucian (washing) dengan larutan alkalin (Amines).
Contoh Aplikasi:
6 Pencucian (washing) uap etanol dari karbon dioksida dari tangki

fermentor molase menggunakan air untuk menghilangkan
etanol.
7 Aseton dapat direcovery dari campuran aseton-udara dengan
melewatkan aliran gas ke dalam air dimana aseton dilarutkan
sementara udara dilewatkan.
8 Karbon dioksida yg terdapat dalam biogas (campuran CH4 dan
CO2) udara diabsorpsi menggunakan larutan sodium hidroksida
dimana berlangsung absorpsi kimia .
9 Nitrogen oksida diabsorpsi dalam air untuk produksi asam nitrat
10 Penghilangan amoniak dari coke oven (pirolisis batubara)
dengan air
Contoh Aplikasi:
11 Pemurnian gas H2S dari hidrokarbon

12 Pemisahan gas (separation of dry gas : C₁,C₂ dari LNG
(C₃,C₄).
13 Production of useful liquid product:
HCL (g) + H₂O (liq) → HCL (liq)
2NO₂(g) + H₂O (liq) → HNO₃ + HNO2
SO₃ (g) + H₂O (liq) → H₂SO₄
Pengantar
 Kebalikan dari absorpsi adalah

stripping (disebut juga desorption), Aliran Gas :
 udara
yang mana suatu campuran zat cair Gas NH3 >>>
dikontakkan dengan suatu gas
untuk memindahkan secara selektif
komponen-komponen melalui Cairan :
transfer massa dari zat cair ke fasa  Air
gas.  NH3
Gas Penyerap:
Udara
Gas NH3 <<<< 0
 Absorber sering digabung dengan stripper untuk meregenerasi dan
mendaur ulang absorbent. Tetapi jika air yang digunakan sebagai absorbent
maka untuk memisahkan absorbent dari solute lebih sering dengan distilasi
daripada stripping. Amir/Proses Pemisahan-I/2016 10
Jenis Absorpsi
 Absorpsi fisika: tidak ada reaksi kimia, contoh absorben:

air, minyak hidrokarbon.
 Absorpsi kimia, misal: larutan NaOH digunakan untuk
melarutkan gas asam  reaksi netralisasi yang
irreversible.
 Reaksi kimia:
 Dapat meningkatkan laju absorpsi
 Dapat meningkatkan kapasitas absorpsi pelarut
 Dapat meningkatkan selektivitas terhadap komponen gas
tertentu.
 Mengubah bahan-bahan kimia yang berbahaya menjadi
bahan yang aman.
Peralatan Absorpsi
Absorpsi dan stripping dilangsungkan dalam berbagai jenis
rancangan diantaranya:
(a) tray tower (plate-column),
(b) bubble column
(c) Packed column,
(d) spray tower, dan
Absorption Equipments
(A) Plate Towers:-

 Multistage contact.
 High separation , high capacity.
 Relatively large diameter.
 Cooling is done by providing
the plate with cooling coils.
 High pressure drop.
 Easy to be clean.
Sieve tray Tray Column
ADVANTAGES DISADVANTAGES
• The liquid/vapor contact in • Higher pressure drops than
the cross flow of plate packed columns.
columns is more effective • Slow reaction rate
than the countercurrent flow processes.
in packed columns. • Plugging and fouling may
• Can handle high or low liquid occur.
flow rates cost effectively.
• Can handle solids.
• Easily customized to specific
requirements such as
operations requiring much
heat.
Bubble Cap
Amir/Proses Pemisahan-I/2016
Valve tray Tray 14
(B) Packed Columns
 Differential contact.
 Used for highly corrosive
materials.
 Small diameters <70-80
cm
 Not easy to clean.
 Packing materials are
made from(ceramics ,
bricks, wood, gravels,
stones , steel ,……)
6. To increase surface
area of contact
between the two
phases in packed
columns, make more
than one section which
increase the
performance of the
tower.
7. Cooling is done by
dividing to many
sections out side the
column (as seen in the
opposite Figure).
Packed Bed Absorber
 Low pressure drop required. • Fewer stages compared to
 Small diameters possible. other columns.
 Can handle foaming systems. • Channeling, which must be
 Low capital, operating, and controlled by redistributing
maintenance cost. liquid.
 Simple construction. • Cannot handle extremely
 Can handle corrosive materials ( such high or low flow rates.
as H2SO4, HCl, HNO3, and HF) due to • Cannot handle liquids with
corrosion-resistant packing. high viscosities.
 Reduces backmixing in comparison to • Need to be preferentially
spray columns. wetted to avoid reduction of
 Better mass transfer than in spray the interfacial area to volume
columns. ratio.
Packed beds are most commonly used in air pollution control, but they
are also used in the chemical, petrochemical, food, pharmaceutical,
paper, and aerospace industries.
(C) Spray Column:-
1. Continuous contact.
2. Low pressure drop.
3. Low efficiency.
4. Low cost(empty).
5. Gas phase
controlling.
6. Considered as one
stage.
Spray Absorber
• Low pressure drop. • High pumping cost.
• Only one stage. • Entrainment; gas carries liquid
• Most effective for solutes with as mist.
high liquid solubility • Poor mass transfer.
• Low residence times.
• Backmixing.
• Droplets may form improperly or
coalesce.
Contoh aplikasi: absorpsi sulfur dioksida dari gas

buangan yang dihasilkan coal-fired boiler
Bubble-column Absorber
 Bubble columns are a type of sparged

tank. In a sparged tank, the gas stream is
introduced in the form of small bubbles
and acts as the agitator.
 Gas enters at the bottom through a gas
distributor or sparger and is dispersed in
the form of bubbles through the liquid
stream.
 The liquid can be introduced at the top or
the bottom, resulting in either counter-flow
or co-current flow, respectively. The
bubbles rise at a velocity determined by
the bubble size: the larger the bubbles, the
faster they rise.
 Spargers are designed to produce
consistent bubble sizes, so that all the20
Amir/Proses Pemisahan-I/2016
bubbles rise at the same velocity. The
• High thermal stability. • Low contact efficiency.
• Uniform distribution because of • Backmixing.
high liquid circulation. • Short gas residence time.
• Low energy input requirements. • High gas pressure drop.
• Two gases that form an
explosive mixture may be used.
• Long liquid residence time.
• Low investment cost.
• Large mass transfer area.
• Can handle radioactive materials
because there are no moving
parts.
Penggunaan Bubble column :
a. Pemurnian nitrogliserin dengan air
b. Dalam industri kimia untuk:
 Hidrogenasi
 Oksidasi
 Khlorinasi/ Ozonasi
 Alkilasi
c. Dalam bidang bioteknologi :
 Pengolahan limbah cair/gas
 Produksi protein sel tunggal
 Kultur sel hewan
 Fermentasi antibiotik
(D) Wetted wall Column:-
• Single tube wetted

wall column used in
labs for measuring
mass transfer
coefficient.
Hubungan kesetimbangan antar fasa
Sejumlah campuran gas SO2 , udara dan air dimasukkan ke dalam
tangki tertutup dan dikocok berulang-ulang pada temperatur operasi
tertentu.
 Bila kontak antara gas –cair sangat baik, maka sistem disebut
berada dalam kesetimbangan fasa.
 Pada saat itu, sebagian zat A (solute) akan berpindah dari fasa
gas ke fasa cair.
Campuran gas : Campuran gas :
 Udara  Udara
 SO2 >>>  SO2 <<<
Campuran Air- SO2

 Air
 SO2 >>>
Air
Saat Awal Saat Akhir (setimbang)
Sistem SO2-udara – air

Gas-Liquid Equilibrium
Fase Gas/uap (A-B) Pada saat terjadi kesetimbangan

Solvent (B) fasa gas-cair, terdapat hubungan
antara fraksi mol zat A dalam fasa
cair (XA) dengan fraksi mol zat A
Solute (A), yA dalam fasa gas (yA)
y A  f  xA  ............. (1)
Solute (A), XA
Solvent (C)
Fase cair (A-C)
Saat setimbang
 Sampel gas dan cairan di analisis untuk

Amir/Proses menentukan tekanan parsial pA
Pemisahan-I/2016 26
Hukum Fasa dan kesetimbangan (equilibrium)
 Untuk prediksi konsentrasi solute A dalam masing-masing fase

pada saat tercapai kesetimbangan fasa  harus tersedia data
percobaan kesetimbangan Gas-cair.
 Jika kedua fasa bukan dalam keadaan setimbang
(kesetimbangan fasa)  laju transfer massa sebanding
dengan “driving force” (misal: gradien konsentrasi).
 Kesetimbangan antara dua fasa diatur oleh Hukum Fasa:
FCP2 ............................. (2)
P = jumlah fasa pada kesetimbangan

C = Jumlah total komponen dalam kedua fasa jika tidak terjadi
reaksi kimia
F = Jumlah variant atau derajat kebebasan
Hukum Fasa dan kesetimbangan (equilibrium)
Udara ------- CO2 -------- H2O

Fase Gas/uap (A-B)
Solute (A)
pA Solvent B Solvent C
 Jumlah komponen, C = 3
xA
 Jumlah fasa, P = 2
Fase cair (A-C)  Hukum Fasa :
F = C – P + 2 = (3) – (2) + 2 = 3
 Jika tekanan total (P) dan temperatur (T) ditetapkan, maka hanya
ada 1 variable yang dapat diset/diubah.
 Jika xA (fraksi mol A dalam fasa cair) di tetapkan, maka fraksi mol A
dalam fasa gas (yA) atau tekanan parsial zat A dalam fasa gas telah
ditetapkan secara otomatis.
 Kesetimbangan Gas-Cair
Hukum Henry :
 Pada saat terjadi kesetimbangan fasa gas-
cair, hubungan antara fraksi mol zat A dalam
Gas fasa cair (XA) dengan fraksi mol zat A dalam
fasa gas mengikuti persamaan :
interface
pA  H . x A ........................... (1)
Air
XA = Fraksi mol A dalam cairan (mol A/mol air)
H = Konstanta Hukum Henry (atm-1)
pA = Tekanan parsial gas A (atm)
pA H
karena y A  y A  . xA ................... (2)
Pt Pt
yA = Fraksi mol A dalam fase gas (mol A/mol gas)

 Kesetimbangan Gas-Cair
Hukum Henry : pA  H . x A
Konstanta Henry (H) :
 Satuan parameter ini dapat bervariasi :
Gas
 atm   mg 
interface atm 
1
;   ;   ; .........
 fraksi mol   L . atm 
 Nilai konstanta Henry bervariasi dengan
Air
perubahan temperatur
Notes:
Hukum Henry hanya berlaku untuk zat-zat dengan kelarutan
rendah rendah/hampir tidak larut
Absorpsi Bag1
Prinsip Dasar Absorpsi
Konstanta Hukum Henry untuk Gas dalam Air (H x 10-4)*
Konstanta Hukum Henry pada 20oC
Contoh 10.2-1. Konsentrasi Oksigen terlarut dalam air
Berapa konsentrasi oksigen terlarut (dissolve oxygen) dalam air

pada 298oC jika larutan setimbang dengan udara pada tekanan
total 1 atm.
Konstanta Hukum Henry, H = 4,39 x 104 atm/fraksi mol.
Penyelesaian:
Tekanan parsial oksigen, pA dalam udara = 0,21 atm
Hukum Henry: pA  H . x A
 atm 
0,21 atm   4,39 * 10 4  x A
 fraksi mol 
xA = 4,80 x 10-6 fraksi mol
Artinya: 4,80 x 10-6 mol O terlarut dalam 1 mol air
Contoh 2.
Berapa konsentrasi oksigen terlarut dalam satuan mg/L jika

diketahui fraksi mol O2 = 4,80 x 10-6 mol
Penyelesaian:
massa 1 Liter air , mH2O
Air :
V = 1 Liter g
T = 25oC BMH2O  18
mol
 = 1000 g/L
mH2O  ρ V  1000 1  1000 g
 1 mol 
 1.000 g    55,55 mol
 18 g 
Contoh 2.
Fraksi mol O2 dalam air = xA

mol O 2 nO2
xA   nO2  x A .n t
mol total nt
 
nO2  x A .n t  4,8.106 .  55,55 mol  2,67 x 10-4 mol O2
Massa dari 2,67 x 10-4 mol O2 :

 32 g O 2  1000 m g 

 2,67 x 10 -4 mol O 2       8,53 mg O 2
 mol O 2   g 
mg O 2
Konsentrasi O2 dalam air  8,53
L
Nilai ini = konsentrasi O2 terlarut jenuh dalam air (CAS)

Contoh 2. Proses Aerasi ( Absorpsi Batch)
Udara mengandung oksigen (A) dikontakkan

dengan air dengan cara penggelembungan ke
dalam bejana (Lihat Gambar).
Asumsi:
 air tidak larut dalam udara,
Air  Tidak ada massa air yang menguap (V konstan).
 Kelarutan oksigen dalam air kecil, sehingga
v v v v v konsentrasi oksigen dalam udara masuk dan
keluar dianggap tidak berubah.
 Kandungan oksigen dalam udara keluar dari
Kompresor tangki setimbang dengan oksigen dalam cairan
(kontak dianggap sangat baik).
 T konstan, sehingga harga H konstan.
 Air mula-mula tidak mengandung oksigen.
Ingin disusun persamaan matematik untuk menentukan hubungan

konsentrasi oksigen terlarut dalam air (CA) dengan waktu.
Penyelesaian
laju massa A   laju massa A   akumulasi  ...........… (A1)

 masuk  keluar  massa A dalam tangki
 laju massa A  laju massa A   laju massa A  akumulasi 

 masuk karena   masuk karena    keluar karena   massa A 
 konveksi  diffusi   konveksi  dalam tangki
Dari asumsi:
 Kelarutan oksigen dalam air kecil, sehingga konsentrasi oksigen dalam
udara masuk dan keluar dianggap tidak berubah.
laju massa A masuk  akumulasi massa A  ...................… (A2)

 karena diffusi  dalam tangki 
Penyelesaian
laju massa A masuk   N AV .V. Δt

karena diffusi 
 mg O 2 
 
L  men 
 men . L 
NAV  K L a  C AS  C AL 
 mg O 2   1   mg O 2 
     
 men . L   men   L 
laju massa A masuk   K a  C  C  .V. Δt ...................… (A3)

 karena diffusi  L AS AL
laju akumulasi massa A   C V  CA V ...................… (A4)

dalam sistem  A t  t t
Penyelesaian
Pers (A2) menjadi :

K L a  C AS  C AL  .V. Δt  C AL V t  t
 C AL V t
Bagi pers di atas dengan t , maka :

C AL V  C AL V
K L a  C AS  C AL  .V  t  Δt t
Δt
Ambil : lim t  0 , maka :
d  C AL 
K L a  C AS  C AL  .V  V Bila V konstan
dt
d CA
 K L a  C AS  C AL  ...................… (A5)
dt
CAS = konsentrasi O2 dalam air pada kesetimbangan
dalam (mol A/volume)
Penyelesaian
Penyelesaian Pers (A4): dengan integrasi:

C AL t
dCA

CAo
 C AS  C AL 
 K L a  dt
0
 C AS  C AL 
ln     K La. t ...................… (A6)
 C AS  C A0 
 C AS  C AL 
   exp   K L a . t  ...................… (A7)
 C AS  C A0 
Penyelesaian
 C  C AL 
Plot ln  AS  versus t :
C
 AS  C A0 
slope   K L a
3. Single and Multiple Equilibrium
Contact Stages
A. Kontak Kesetimbangan satu-tahap
V1 ; yA1
V1 ; yA1 V2 ; yA2
L0 ; xA0 L1 ; xA1 Tahap-1
L0 ; xA0 L1 ; xA1
Cair : (A – C)
Solvent C
V2 ; yA2
Gas : (A – B)
Solute A Solvent B Amir/Proses Pemisahan-I/2016 46

A. Kontak Kesetimbangan satu-tahap (lanjutan...)
Fase gas : (A – B)
V1 ; yA1 V2 ; yA2
Tahap-1
L0 ; xA0 L1 ; xA1
Fase Cair : (A – C)
Keterangan Simbol:
L = fase cair, dalam (kg mol/jam) atau (kg/jam)
V = fase uap, dalam (kg mol/jam) atau (kg/jam)
x = fraksi massa atau fraksi mol fase L (cairan)
y = fraksi massa atau fraksi mol fase V (uap)
 mol A 
xA = fraksi mol solute A dalam fase cair,  mol  A  C 
 
 mol A 
yA = fraksi mol solute A dalam fase gas,  mol  A B 
 
 Neraca massa total :

= 0 Steady state
 Massa total   Massa total   akumulasi 
 masuk   keluar  Massa total 
 L0  V2    L 1  V1   0
L 0  V2  L 1  V1  M ......................... (3)
L = fase cair, dalam (kg mol/jam) atau (kg/jam)
 Neraca massa komponen A :
L 0 x A 0  V2 y A 2  L1 x A1  V1 y A1  M x AM ......... (4)
 Neraca massa komponen C :

L 0 xC 0  V2 y C 2  L1 xC1  V1 y C1  M xCM ......... (5)
Sistem Gas-Cair:
Udara (B) -------- CO2 (A) --------- Air (C)
Fase Gas, V: Fase Cair, L:

CO2 (A)  solute CO2 (A)  solute
udara (B)  solvent, inert H2O (C)  solvent, inert
Asumsi, bahwa:
 Udara tidak larut dalam fase air, dan
 Air tidak larut/ tidak menguap ke fase gas
 Laju alir V dan L dapat juga dinyatakan dalam satuan:

laju alir udara inert, dan laju alir cairan inert
V '  V yB .................................... (7)
Fraksi mol komponen B

 mol B   mol A  mol B 
Laju alir gas inert   Laju alir fase gas  
 jam 
 jam 
 Dalam fase gas, hanya ada 2 komponen (A + B)

y A  yB  1
yB  1 - y A .................................... (8)
 Maka : V '  V 1Amir/Proses  .................................... (9)

 y A Pemisahan-I/2016 51
 Dengan cara yang sama, untuk fase cair:
L '  L xB .................................... (10)
x A  x C  1 .................................... (11)
xC  1 - x A
L '  L 1  x A  .................................... (12)
 Atau: L'
L  .................. (13)
1  x A 
V' .................. (14)
V 
1  y A 
 Notes: L’ = V ’ = konstan
 Neraca massa komponen A , Pers (2) menjadi;
L 0 x A 0  V2 y A 2  L 1 x A1  V1 y A1  M x AM
 L'   V'   L'   V' 

  x A 0    y A 2    x A1    y A1
 1  x A0   1  y A2   1  x A1   1  y A1 
............................... (15)
 Atau:
 x A0   y   x A1   y 
L '    V '  A 2   L'    V '  A1 
 1  x A0   1  y A2   1  x A1   1  y A1 
.................. (16)
 Untuk menyelesaikan Pers (16), harus diketahui hubungan
antara : yA1 dan xA1 dalam kesetimbangan, Misalnya:
Hukum Henry.
H
y A1  . x A1 .............................. (17)
Pt
Contoh 3
Suatu campuran gas pada 1 atm abs mengandung udara

dan CO2 di kontakkan dalam suatu pencampur single stage
secara kontinyu dengan air murni sebagai solven pada 293 K.
Gas dan liquid keluar berada pada kesetimbangan. Laju alir
gas masuk 100 kg.mol/jam, dengan fraksi mol CO2 = 0,20.
Laju alir liquid masuk = 300 kg air/jam.
Hitung jumlah dan komposisi dari kedua fase aliran yang
keluar. Asumsi air tidak menguap ke fase gas.
Penyelesaian
Fase gas : (A – B)
V1 ; yA1 V2 ; yA2
Tahap-1
L0 ; xA0 L1 ; xA1
Fase Cair : (A – C)
Diketahui :
 Fase gas : udara (B) - CO2 (A) :
Laju alir gas masuk, V2 = 100 kmol/jam

Fraksi mol CO2 masuk dalam fase gas, yA2 = 0,20
 Fase Cair : Air (C) - CO2 (A) :

Laju alir air (inert) , L’ = L0 = 300 kg mol/jam , (air murni)
Fraksi mol CO2 masuk dalam fase cair, xA0 = 0
Penyelesaian
Laju alir gas inert masuk, V ‘ ;

V '  V2 1  y A 2   100 1  0,2
V '  80 kmol jam
Subtitusi ke pers (16):

 x A0   y A2   x A1   y A1 
L '    V '    L'    V '  
 1  x A0   1  y A2   1  x A1   1  y A1 
 0   0,20   x A1   y A1 
300    80    300    80'  
 1 0   1  0,20   1  x A1   1  y A1 
 x A1   y A1 
0  20  300    80'   .................. (A)
 1  x A1   1  y A1 
Penyelesaian
Pada 293 K, Konstanta Hukum Henry, H :

atm
H  0,142 x 10 4
fraksi mol
(Appendix . A.3 Geankoplis)
Tekanan total, P = 1 atm

H
Dari Pers (2): y A1  . x A1
Pt
4  atm 
0,142 x 10   
 fraksi mol 
y A1  . x A1
1 atm
.................. (B)
y A1  0,142 x 10 4 . x A1
Penyelesaian
Subtitusi Pers (B) ke Pers (A) :

 x A1   y A1 
300    80'    20
 1  x A1   1  y A1 
 x A1   0,142 x 10 4 . x A1 
300    80   20
 1  x A1   
 1  0,142 x 10 . x A1 
4

Penyelesaian Pers di atas, diperoleh:
4 fraksi mol A
x A1  1,41 x 10
fraksi mol  A  C
fraksi mol A
y A1  0,20
fraksi mol  A  B 
Penyelesaian
Menghitung laju alir keluar :

Fase gas, V1 :
V' 80 kmol
V1    100
1  y A1  1  0,20  jam
Fase Cair, L1 :
L' 300 kmol
L1    300

1  x A1  1  1,41x 10 -4 jam 
Notes:
dalam kasus ini, karena larutan sangat encer, maka L0  L1
B. Countercurrent Multiple-Contact Stage :
(Kontak kesetimbangan multi-tahap arus berlawanan)
1. Derivasi dari persamaan Umum :
V1 V2 V3 Vn Vn+1 VN VN+1
1 2 n N
L0 L1 L2 Ln-1 Ln LN-1 LN
 Neraca Massa Total untuk seluruh stage :
L 0  VN1  L N  V1  M ..................... (18)
 Neraca Massa Komponen A, B dan C :
L 0 x 0  VN1 y N1  L N x N  V1 y 1  M x M ......... (19)
 Neraca massa total dari stage 1 s/d stage ke-n:

L 0  Vn1  L n  V1 ............................ (20)
 Neraca massa komponen dari stage 1 s/d stage ke-n:

L 0 x 0  Vn1 y n1  L n x n  V1 y 1 .................. (21)
Penyelesaian untuk yn+1 dari pers (21) :
L 0 x 0  Vn1 y n 1  L n x n  V1 y1
Vn1 y n 1  L n x n  V1 y1  L 0 x 0
L n x n V1 y1  L 0 x 0 ............... (22)
y n 1  
Vn1 Vn1
Ln
Pers. (22) : Persamaan garis operasi, dengan
Slope 
Vn1
2. Kontak countercurrent aliran tidak saling larut

 Transfer solute A terjadi bila
aliran pelarut V mengandung
V1 ; yA1 komponent A dan B, dan tidak
mengandung C,
L0 ; xA0 L1 ; xA1 dan aliran pelarut L mengandung
Cair : (A – C) komponen A dan C, dan tidak
mengandung B.
Solvent C
V2 ; yA2
 Kedua aliran L dan V tidak saling
Gas : (A – B) larut satu sama lain
(immmiscible), jadi hanya
komponent A yang berpindah
 Bila Pers (22) diplot pada grafik

xy plot (xA dan yA komponen A)
V1 ; yA1 diperoleh garis berupa kurva
(Figure 10.3-3)
L0 ; xA0 L1 ; xA1  Hal ini, karena slope
Cair : (A – C) (Ln /Vn+1) garis operasi
bervariasi jika aliran L dan V
Solvent C
V2 ; yA2 bervariasi dari tahap (stage)
ke tahap (stage).
Gas : (A – B)
V1 ; yA1  Bila L dan V adalah aliran yang

encer dengan komponent A
L0 ; xA0 L1 ; xA1 (konsentrasi solute A pada
Cair : (A – C) kedua aliran kecil), maka aliran
cenderung mengalir konstan
Solvent C
V2 ; yA2 dan slope Ln/Vn+1 mendekati
konstan, sehingga diperoleh
Gas : (A – B) garis operasi merupakan garis
lurus (gambar 10.3-4).
Contoh 4
Diinginkan mengabsorbsi 90% acetone dalam aliran gas

yang mengandung 1% aceton dalam udara menggunakan
menara countercurrent. Aliran gas masuk 30 kg.mol/j, dan
total air murni masuk sebagai absorbent adalah 90 kg.mol
H2O/j. Proses di operasikan pada keadaan isothermal 300 K
dan tekanan total 101,3 kPa.
Hubungan kesetimbangan aceton dalam gas dan liquid :
yA = 2,53 xA
Tentukan jumlah stage yang dibutuhkan secara teori untuk
proses operasi ini.
L 0 = 90 kgmol/jam
xA, 0 = 0 Penyelesaian :
L 0 ; x0 Misal :
V1 ; y1
A = Aseton
Stage 1
B = Udara
V 2 ; y2 L1 ; x1 C = H2O (likuid)
Stage 2
y3 x2  Aliran gas masuk:
Stage 3
x3 VN+1 = 30 kgmol/jam (A +B)
y4
 mol A 
y A, N 1  0,01  
yN xN-1  mol A  mol B 
Stage N y B,N1  1  y A, N1
yN+1 LN ; x N
 mol B 
 0,99  
yA, N+1 = 0,01  mol A  mol B 
VN+1 = 30 kgmol/jam
Penyelesaian :
 Aliran gas masuk:
Massa Aseton (A) masuk dalam aliran gas  y A, N1 * VA, N1
mol A
  0,01  .  30   0,3
jam
Massa udara (B) masuk dalam aliran gas  y B, N 1 * VA, N 1

mol B
  0,99  .  30   29,7
jam
Dari soal, diinginkan mengabsorb 90% acetone ,

 aseton yang terabsorpsi ke dalam aliran air keluar, :
kmol A
  0,9  .  0,3   0,27
jam
 Aliran gas masuk:
 aseton sisa dalam aliran gas keluar :

kmol A
 10%  .  0,3   0,03
jam
 maka laju alir keluar gas, V1 = 29,7 + 0,03

mol (A  C)
 29,73
jam
 Konsentrasi aseton (A) dalam alir keluar gas = yA,1
0,03 mol A
y A,1   0,00101 mol  A  B
29,73
A = Aseton ; B = Udara ; C = H2O (likuid)
 Aliran air keluar:
 Laju alir air keluar, LN = 90 + 0,27
mol (A  C)
 90,27
jam
 Konsentrasi aseton (A) dalam alir air keluar = xA,N

0,27 mol A
x A,N   0,003
90,27 mol (A  C)
 Aliran Air masuk (Solven):
L0 = 90 kgmol /jam (A +C)

 mol A 
x A , 0  0  
 mol A  mol C 
 mol C 
x C, 0  1  x A, 0  1,0  
 mol A  mol C 
Dari Grafik, diperoleh Jumlah Stage = 5,2

A = Aseton ; B = Udara ; C = H2O (likuid)
 Step-1 : Menggambar Kurva Kesetimbangan
0.01
Fraksi mol aseton dalam gas, yA

yA = 2,53 xA
XA YA
0 0
0.01
0,0005 0,001265
0,001 0,00253
0,0015 0,003795 Kurva Kesetimbangan
0,002 0,00506
0
0,0025 0,006325
0,003 0,00759
0,0035 0,008855
0,004 0,01012
0
0 0 0 0 0 0.01
Fraksi mol aseton dalam air, xA
 Step-2 : Menggambar Garis Operasi
 mol A 
y A, N 1  0,01  
Fraksi mol aseton dalam gas, yA 0.01  mol A  mol B 
yA,N+1
0.01
Kurva Kesetimbangan
yA,1
0
0 0 0 0 0 0.01
xA,0 xA,N

mol A
x
Amir/Proses Pemisahan-I/2016 A,N
 0,003
mol (A  C) 75
 Step-2 : Menggambar Garis Operasi
Garis Operasi
0.01
yA,N+1
0.01
Kurva Kesetimbangan
yA,1
0
0 0 0 0 0 0.01
xA,0 xA,N
 Step-3 : Menggambar Plate Teoritis
Garis Operasi
0.01
yA,N+1
0.01
5
Kurva Kesetimbangan
4
0 3
2
yA,1 1
0
0 0 0 0 0 0.01
xA,0 xA,N
Metode Analitik untuk Tray Tower
 Metode grafik untuk menentukan jumlah stage

memang lebih mudah dan umum digunakan,
namun kendalanya adalah :
1. Jumlah stage N menjadi besar
2. Lebih dari satu solut yang diabsorpsi
3. Kondisi operasi bisa dioptimasi
4. Untuk konsentrasi yang tinggi atau yang
rendah memerlukan multiple diagrams
Metode Analitik untuk Trayed Tower
Persamaan Analitik untuk Countercurrent stage contact

 Neraca massa komponen A:
L 0 x A,0  VN1 y A,N 1  L N x A,N  V1 y A,1 ............... (1)
L N x A,N  VN1 y A,N 1  L 0 x A,0  V1 y A,1 ............... (2)
 Neraca massa komponen A untuk stage n pertama:
L 0 x A,0  Vn1 y A,n 1  L n x A,n  V1 y A,1 ............... (3)
L n x A,n  Vn1 y A,n 1  L 0 x A,0  V1 y A,1 ............... (4)
Selama aliran molar konstan, Ln = LN = L = konstan = L

dan Vn+1 = VN+1 = V konstan, maka
L .x A,n  V. y A,n 1  L. x A, 0  V. y A,1 ............... (5)
L. x A, N  V. y A, N 1  L. x A, 0  V. y A,1 ............... (6)
Dari Pers. (5) dan (6), maka
L .x A,n  V. y A,n 1  L. x A, N  V. y A, N 1
L .  x A,n  x A, N   V .  y A,n 1  y A, N 1  ............... (7)
 Bila yA,n+1 dan xA,n+1 berada dalam kesetimbangan

fasa, dan hubungannya berbentuk garis lurus :
y A,n 1  m . x A,n 1 dan y A, N 1  m . x A, N 1
Subtitusi ke Pers. (7) dan A = L/(m.V) maka :
L . x A,n  L . x A,N  V . m . x A,n 1  V . yA, N 1
V . m . x A,n 1  L . x A,n  V . yA,N 1  L . x A,N
y A,N1
x A,n1  A . x A,n   A . x A,N ............... (8)
m
Dengan : A = faktorAmir/Proses
absorbsi Pemisahan-I/2016 81
Dengan menggunakan kalkulus maka pers (8) diperoleh;
 Untuk proses Absorbsi :

Transfer solute A dari fase V ke L :
y A,N1  y A,1 A N 1  A
 N 1
......................... (9)
y A,N1  m.x A,0 A 1
 y A,N1  m.x A,0  1  1 

log   1  
 y  m.x  A  A 
N   A,1 A,0  ........ (10)
log A
Bila A = 1, maka : y A,N1  m.x A,0
N  .............. (10)
y A,1  m.x A,0
 Untuk proses Stripping :
xA,0  yA,N 1 A N 1  1 A

 
......................... (11)
xA,0  yA,N 1 m 1 A N 1  1
 xA,0   yA, N 1 m  
log  1  A  A 
 xA, N   yA, N 1 m  
N 
log 1 A
........ (12)
Bila A = 1, maka Pers, (12) menjadi :

xA,0  xA,N
N 
 
.................................... (13)
xA,N  yA,N 1 m
Contoh soal 4. (sama seperti soal.3)
Diinginkan mengabsorbsi 90% acetone dalam aliran udara

yang mengandung 1% aceton dlm suatu menara
countercurrent. Aliran gas masuk 30 kg.mol/j, dan total air
murni masuk sebagai absorbent adalah 90 kg.mol H2O/j.
Proses di operasikan pada keadaan isothermal 300 K dan
tekanan total 101,3 kPa.
Hubungan kesetimbangan aceton dalam gas dan liquid :
yA = 2,53 xA
Tentukan jumlah stage yang dibutuhkan secara teori untuk
proses operasi ini.
Penyelesaian : Misal : A = Aseton; B = Udara; C = H2O (likuid)
V1 = 29,73 kgmol(A+B)/jam L 0 = 90 kgmol/jam

yA, 1 = 0,00101 xA, 0 = 0
L 0 ; x0
V1 ; y1
Stage 1
V 2 ; y2 L1 ; x1
Stage 2
y3 x2
Stage 3
y4 x3
yN xN-1
Stage N
yN+1 LN ; x N
VN+1 = 30 kgmol/jam L N = 90,27 kgmol (A+C)/jam
x = 0,003
Amir/Proses Pemisahan-I/2016 A, 0 86
y = 0,01
Penyelesaian .................
 Pada ujung proses, yakni pada stage-1:
V1 = 29,73 kgmol(A+B)/jam
L 0 ; x0 yA, 1 = 0,00101
V1 ; y1
Stage 1
V 2 ; y2 L 0 = 90 kgmol/jam
L1 ; x1
xA, 0 = 0
Juga,
sehingga,
 Pada stage ke - N:
maka,
yN xN-1
Stage N
yN+1 LN ; xN Rata - rata Geometrik(A) :
A  A1 AN  1,2 x 1,19  1,195
VN+1 = 30 kgmol/jam
yA, N+1 = 0,01

L N = 90,27 kgmol /jam
xA, N = 0,003  Untuk proses Absorbsi (Pers. 10):
 Untuk proses Absorbsi, subtitusi ke Pers. 10:
 y A,N1  m.x A,0  1  1 

log   1  
 y  m.x A  A 
 A,1 A,0 
N  ........ (10)
log A

1rev Pengantar Absorpsi - 2019

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Deskripsi Asli:

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

1rev Pengantar Absorpsi - 2019

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

STK 3227

ABSORPSI dan STRIPPING

Fakultas Teknik – Universitas Sumatera Utara

1. Henley E.J., AIChE Modular Instruction , series B: Stagewise

 Absorpsi disebut juga gas absorption,

 Absorpsi digunakan untuk :

1. Absorbing SO2 dari gas buang (flue gases) dengan

6 Pencucian (washing) uap etanol dari karbon dioksida dari tangki

11 Pemurnian gas H2S dari hidrokarbon

 Kebalikan dari absorpsi adalah

 Absorpsi fisika: tidak ada reaksi kimia, contoh absorben:

(A) Plate Towers:-

Contoh aplikasi: absorpsi sulfur dioksida dari gas

 Bubble columns are a type of sparged

• Single tube wetted

Campuran Air- SO2

Saat Awal Saat Akhir (setimbang)

Sistem SO2-udara – air

Fase Gas/uap (A-B) Pada saat terjadi kesetimbangan

 Sampel gas dan cairan di analisis untuk

 Untuk prediksi konsentrasi solute A dalam masing-masing fase

FCP2 ............................. (2)

P = jumlah fasa pada kesetimbangan

Udara ------- CO2 -------- H2O

yA = Fraksi mol A dalam fase gas (mol A/mol gas)

Berapa konsentrasi oksigen terlarut (dissolve oxygen) dalam air

Tekanan parsial oksigen, pA dalam udara = 0,21 atm

Berapa konsentrasi oksigen terlarut dalam satuan mg/L jika

Fraksi mol O2 dalam air = xA

Massa dari 2,67 x 10-4 mol O2 :

Nilai ini = konsentrasi O2 terlarut jenuh dalam air (CAS)

Udara mengandung oksigen (A) dikontakkan

Ingin disusun persamaan matematik untuk menentukan hubungan

laju massa A   laju massa A   akumulasi  ...........… (A1)

 laju massa A  laju massa A   laju massa A  akumulasi 

laju massa A masuk  akumulasi massa A  ...................… (A2)

laju massa A masuk   N AV .V. Δt

laju massa A masuk   K a  C  C  .V. Δt ...................… (A3)

laju akumulasi massa A   C V  CA V ...................… (A4)

Pers (A2) menjadi :

Bagi pers di atas dengan t , maka :

Penyelesaian Pers (A4): dengan integrasi:

A. Kontak Kesetimbangan satu-tahap

Solute A Solvent B Amir/Proses Pemisahan-I/2016 46

 Neraca massa total :

L = fase cair, dalam (kg mol/jam) atau (kg/jam)

 Neraca massa komponen A :

 Neraca massa komponen C :

Fase Gas, V: Fase Cair, L:

 Laju alir V dan L dapat juga dinyatakan dalam satuan:

V '  V yB .................................... (7)

Fraksi mol komponen B

 Dalam fase gas, hanya ada 2 komponen (A + B)

 Maka : V '  V 1Amir/Proses  .................................... (9)

 L'   V'   L'   V' 

Suatu campuran gas pada 1 atm abs mengandung udara

Laju alir gas masuk, V2 = 100 kmol/jam

 Fase Cair : Air (C) - CO2 (A) :

Laju alir gas inert masuk, V ‘ ;

Subtitusi ke pers (16):

Pada 293 K, Konstanta Hukum Henry, H :

Tekanan total, P = 1 atm