Anda di halaman 1dari 42

Bagian Ilmu Penyakit Dalam dan Jantung

Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura

Seorang pasien laki-laki berusia 39 tahun dengan diagnosis


kolitis ulseratif, imbalance elektrolit dan anemia

Disusun Oleh :
Fazri Muhaimin
2018-84-094

Pembimbing :
dr. Siti Hadjar Malawat, Sp.PD

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam dan Jantung


Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Identitas
• Nama : Tn. SW
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia: 39 tahun
• Alamat : Kei kecil
• Pekerjaan: Swasta
• No. Rekam Medik : 14 85 76
• Tanggal Pemeriksaan : 11/7/2019
• Dokter Muda : Fazri Muhaimin
I. Subjektif
Anamnesis  Autoanamnesis, Alloanamnesis
Keluhan Utama: BAB encer sejak sekitar 3 bulan SMRS
Keluhan tambahan: Mual dan muntah, nyeri uluhati, lemas, penurunan BB, nyeri sendi
Anamnesa terpimpin:
Pasien datang dengan keluhan BAB encer sejak ± 3 bulan SMRS berwarna kuning, berisi cairan, ampas, lendir (+), darah
(+). BAB biasanya 5-7 kali dalam sehari. Keluhan disertai dengan nyeri uluhati yang sudah dirasakan bersamaan dengan
keluhan utama. Mual (+) muntah ± 1 bulan SMRS isi makanan, darah (-). Pasien juga mengeluhkan adanya lemas dan
penurunan BB yang sudah dialami sejak ± 3 bulan SMRS. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi yang sudah
dirasakan dalam beberapa tahun terakhir. Demam (-). Batuk (-), sesak (-), keringat malam (-). BAK lancar.
Riwayat kebiasaan: merokok (-), mengonsumsi alkohol (-)
Riwayat penyakit dahulu: hipertensi (+)dikoreksi dengan amlodipin, diabetes mellitus (-), gout artritis (+) dikoreksi dengan
meloxicam
Riwayat keluarga: Ibu pasien memiliki riwayat HT. Tidak ada keluaga yang mengalami hal serupa seperti pasien.
II. Objektif
Status present
• Keadaan Umum: Sakit berat
• Status Gizi: Cukup (BB 54 kg, TB170 cm) IMT : 18,68
• Kesadaran: Compos Mentis
• Tanda Vital:
• Tekanan Darah : 150/100 mmHg
• Nadi : 80x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
• Pernapasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,9° Celcius
II. Objektif
Kepala : Hidung
• Simetris muka : simetris/normal • Perdarahan : -/-
• Deformitas : tidak ditemukan • Sekret: (-)
• Rambut : hitam, distribusi merata Mulut
• Bibir : pucat, kering, sianosis (-)
Mata: • Gusi : perdarahan (-)
• Eksolftalmus/Enoftalmus : -/- • Tonsil : tidak diperiksa
• Tekanan bola mata : N+1/N+1 • Faring : tidak diperiksa
• Kelopak mata : ptosis -/- • Lidah : bersih, kandidiasis oral (-)
• Konjungtiva : CA +/+ Leher
• Sklera : SI -/- • KGB : pembesaran (-)
• Kornea : refleks kornea +/+ • Kelenjar gondok : struma (-)
• Pupil : bulat, isokor, 3mm/3mm, RC +/+ • DVS : 5 – 2 cm H20
• Pembuluh darah : spider nevi (-)
Telinga • Kaku kuduk : (-)
• Tophi : (-) • Tumor : (-)
• NT proc. Mastoideus : (-) • Deformitas: tidak ditemukan
• Pendengaran: kesan dalam batas normal • Gerakan: bebas
II. Objektif
Thoraks Jantung
• Inspeksi : pengembangan dada simetris • Inspeksi : IC tidak terlihat
• Palpasi : IC teraba di ICS V midclavicula sinistra
• Bentuk : normochest
• Perkusi : redup
• Pembuluh darah : Pelebaran : (-) • Batas kanan jantung: ICS IV parasternal dextra
• Buah dada : normal • Batas kiri jantung : ICS V midclavicula sinistra
• Sela iga : pelebaran (-) • Pinggang jantung: ICS III parasternal sinistra
• Auskultasi : BJ I/II: murni reguler, murmur (-), gallop
(-)
Paru
• Palpasi : fremitus raba sama kiri dan kanan
Abdomen
• Perkusi : sonor pada kedua lapang paru • Inspeksi : Distensi (-)
– Batas paru hepar : sonor – pekak ICS V • Auskultasi : BU (+)
– Batas paru belakang kanan : ICS IX • Palpasi : NT (+)
– Batas paru belakang kiri : ICS X – Hati : tidak teraba
• Auskultasi: Vesikuler +/+ – Limpa : tidak teraba
– Ginjal : ballotement (-/-)
• Bunyi nafas tambahan wh -/-, Rh -/-
– Liver span : 7 cm
• Perkusi : tympani
II. Objektif
Alat Kelamin : Tidak dilakukan Pemeriksaan darah rutin, darah kimia, serologi dan
elektrolit
pemeriksaan Laboratorium:
Anus dan Rektum : tidak dilakukan Hematologi rutin (11/7/2019)
• Hb: 11,1 g/dL
pemeriksaan
• Hematokrit: 32,1%
Punggung • Trombosit: 259 x 103/mm3
• Palpasi : fremitus raba simetris kiri • Leukosit: 16 x 103/mm3
Kimia Klinik (11/7/2019)
dan kanan • GDS: 89 mg/dL
• Perkusi: redup • Ureum: 10 mg/dL
• Nyeri ketok : -/- • Kreatinin: 0,9 mg/dL
• SGOT: 10 u/L
• Auskultasi: Vesikuler +/+ • SGPT: 14 u/L
• Bunyi nafas tambahan : Rh -/-, wh • Albumin 2,1 mg/dL
Serologi (11/7/2019)
-/- • HbsAg Non Reaktif
• Gerakan : simetris • Anti HCV Non Reaktif
• Lain-lain: (-) • Anti HIV Non Reaktif
Elektrolit (11/7/2019)
Ekstremitas: • Na 137 mmol/L
• Akral hangat, CRT <2’ • K 2,7 mmol/L
• Cl 97 mmol/L
• Edema ekstremitas bawah (+/+)
EKG
Foto Thorax PA
Endoskopi
Resume
Seorang laki-laki berusia 39 tahun datang dengan keluhan BAB encer sejak
± 3 bulan SMRS Pasien datang dengan keluhan BAB encer sejak ± 3 bulan
SMRS berwarna kuning, berisi cairan, ampas, lendir (+), darah (-). BAB
biasanya 5-7 kali dalam sehari. Keluhan disertai dengan nyeri uluhati yang
sudah dirasakan bersamaan dengan keluhan utama. Mual (+) muntah ± 1
bulan SMRS isi makanan, darah (-). Pasien juga mengeluhkan adanya
lemas dan penurunan BB yang sudah dialami sejak ± 3 bulan SMRS. Selain
itu, pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi yang sudah dirasakan
dalam beberapa tahun terakhir. Demam (-). Batuk (-), sesak (-), keringat
malam (-). BAK lancar. Riwayat kebiasaan: merokok (-), mengonsumsi
alkohol (-). Riwayat penyakit dahulu: hipertensi (+), gout artritis (+).
Riwayat keluarga: Ibu pasien memiliki riwayat HT. Tidak ada keluaga yang
mengalami hal serupa seperti pasien. Pada pemeriksaan fisik pasien
didapatkan pasien memiliki berat badan cukup, tekanan darah 150/100
mmHg, nadi 80x/m, reguler, eksoftalmus (-), gerakan bola mata dalam
batas normal, bibir tampak kering, nyeri tekan epigastrium (+), edema (+)
pada kedua tungkai bawah. Pemeriksaan penunjang: anemia normositik
normokrom, leukositosis, hipoalbuminemia dan hipokalemia.
ASSESSMENT
• Kolitis ulseratif
• Imbalance elektrolit
• Anemia
PENATALAKSANAAN
• Diet lunak
• IVFD RL 20 tpm
• Drip KCL
• Cotrimoxazole 3x480mg
• Lodia 3x1 tab
• L Bio 2x1
• PCT drip k/p
• Ondansentron 2x1 amp
• Inbumin 3x2 tab
Follow up
Follow up
Follow up
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kolitis ulseratif merupakan penyakit inflamasi kronik pada usus

(inflammatory bowel disease) yang menyebabkan inflamasi yang terus-


menerus dan ulkus pada lapisan yang paling dalam pada kolon dan
rektum.

Ulkus tersebut akan berdarah dan menghasilkan pus, mukus


dan inflamasi tersebut menyebabkan pengosongan rektum


menjadi lebih sering, sehingga dapat mengakibatkan diare.

Kolitis ulseratif menyerupai penyakit Crohn, merupakan jenis lain dari


penyakit inflamasi pada usus.1 Tidak seperti dengan penyakit Crohn, yang
dapat mengenai setiap bagian dari traktus gastrointestinal, kolitis ulseratif
secara khusus hanya melibatkan usus besar.
Pendahuluan

Penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna yang

IBD sampai saat ini penyebab pastinya belum diketahui


secara jelas.

IBD Insidensi penyakit kolitis ulseratif di


Amerika Serikat kira-kira 15 per 100.000

Epid
penduduk secara respektif dan tetap
konstan. Prevalensi penyakit ini
diperkirakan sebanyak 200 per 100.000
IBDU
KU PC
penduduk. Sementara puncak kejadian
penyakit tersebut adala usia 15-35 tahun.
/IC
Defenisi
Secara umum
Inflammatory dibagi
bowel atas(IBD)
disease kolitis
ulseratif
merupakan
Secara (KU), pen
penyakit
umum idiyakit
dibagi atasCrohn
opatik, yang
kolitis
Inflammatory bowel disease (IBD)
(PC) dan(KU),
diperkirakan
ulseratif
merupakan
IBD type
mel ibatkan
pen
penyakit
unclassified
reaksi imun
idiyakit
opatik,Crohn
yang
dalam
(IBDU, tubuh
dulu terhadap saluran
(PC) dan
diperkirakan meldikenal
IBD sebagai
type unclassified
ibatkan reaksi imun
pencernaan.
in determinate
dalam
(IBDU, tubuh colitis).
duluterhadap
dikenal saluran
sebagai
pencernaan.
in determinate colitis).

KU
terb
atas
pad
a
kolo
n,
sed
ang
kan
PC
me
nca
kup
sem
ua
seg
me
n
dari
pad
a
trak
tus
gast
roin
tes
tina
l
dari
mul
ut
sam
pai
anu
s
Epidemiologi

Berdasarkan statistik Di Indonesia kasus


Sekitar
internasional, satu hingga dua
IBD berkisar 12.2%
juta orang di Amerika
kasus yang dikirim
insiden IBD sekitar
Serikat diperkirakan
dengan diare kronik,
2,2-14,3 kasus per
mengalami KU ataupun
100.000 orangPC, per 3.9% kasus
dengan insindens
hematoschezia, 25.9%
tahun untuk KU dan 70-150 kasus
berkisar
kasus diare kronik,
3,1-14,6 kasusperper100.000 individu.
berdarah dan nyeri
100.000 orangSedangkan
per di Eropa,
perut, sedangkan
insidens KU berkisar
tahun untuk PC. pada kasus nyeri
7.3 kasus per 100.000
Rata-rata, insiden perut didapatkan
penduduk dan insidens
IBD 10 kasusPCper sekitar
sekitar 5.8 kasus per 2.8%. Kejadian
100.000 orang tiap
100.000 penduduk KU lebih banyak
tahunnya. daripada kasus PC.
Etiologi

Infeksi spesifik yang persisten

Disbiosis

Fungsi barier mukosa terganggu

Clearance mikroba terganggu

Autoimun

Predisposisi genetik
Patofisiologi

1
Infeksi, Pelepasa Peruba Proses Kerusaka
toksin n
bakteri, diet mediator han Sel inflama n mukosa
intralumen T Naive si usus
inflamasi
2
Sitok
in
HSP Sdc
GS
pro KU
1 infla
masi
Perbedaan Gambaran Patologis KU dan PC

Gambaran Patologis
KU PC
Lesi bersifat segmental
(skip area)
(-) ++
Lesi bersifat transmural
± +/++
  Granuloma
(-) 50%
  Fibrosis
+ ++
  Fistulasi
± ++
Predileksi anatomis
   
  Ileosaekal
± ++
  Rektum
++ ±
Gambaran patologis Abses kript, distorsikripti, Granuloma tuberkuloid,
infiltrasi sel MN dan PMN infiltrasi sel makrofag dan
di lamina propria limfosit di lamina propria

Keterangan: ++ = sering, + = kadang, ± = jarang, - = tidak ada


Gambaran klinis


Nyeri perut
Intestinal ●
Hematochezia

Perdarahan pada rektum/anus


Uveitis
straintestin ●
Kolangitis sklerosing

Osteoporosis


Anemia

stemik Kelelahan


Penurunan BB

Gangguan pertumbuhan
Perbedaan Gambaran Klinis KU dan PC

Klinis Kolitis Ulseratif Penyakit Crohn (PC)


(KU)
Diare kronik ++ ++
Hematoschezia ++ +
Nyeri perut + ++
Massa abdomen (-) ++
Fistulasi ± ++
Stenosis/ striktur + ++
Keterlibatan usus halus ± ++
Keterlibatan rectum 95% 50%
Ekstra intestinal + +
Megatoksisk kolon + ±
Keterangan: ++ = sering, + = kadang, ± = jarang, - = tidak ada
Klasifikasi
KU dini aktif
Pada pemeriksaan endoskopik tampak mukosa rektum hiperemia dan edema,
erosif dan ulserasif kecil. Gambaran histopatologi biopsi, menunjukkan kelainan
kombinasi antara erosi dan ulserasi. Kuantitas elemen kelenjar mukosa berkurang
atau menghilang dan vaskularisasi pada lamina propria bertambah. Pada kripta
tampak mikroabses yang terdiri dari kumpulan sel radang neutrofil dan limfosit.

KU kronik aktif

Pada tahap ini, terdapat lesi kombinasi radang aktif dan proses penyembuhan
dengan regenerasi mukosa. Mikroabses pada kripta jumlahnya berkurang atau
menghilang, pada lamina propria jaringan limfoid mengalami hiperplasia. Kelenjar
mukosa mengalami hiperplasia, muncul dalam bentuk psedopolip.

KU tenang

Pada stadium tenang, mukosa lebih tipis. Walaupun ada proses regenerasi
kelenjar, menonjol, akan tetapi vaskularisasi sudah berkurang. Bila kolitis ulserosa
sudah berlangsung lama, dapat dijumpai displasia atau prakanker. Itulah alasannya
ulserosa dianggap sebagai resiko tinggi untuk karsinoma kolon dan rektum
Chronic-
  Acute Stage Resolving Stage healed Stage
Vascular congestion ++ +  
Mucin depletion + -  
Cryptitis, crypt abcess ++ +  
Epithelial lost and ulcer ++ -  
PMN, eosinophil and mast cell ++ +  
Luminal pus ++ -  
Basal plasma cell ++ ++  
Epithelial regeneration - ++  
Expantion of mitotic active cell - ++  
Architectural distortion:      
• atrophy     ++
• branching     ++
• crypt shortening     ++
• villous surface     ++
Metaplasia pyloric     ++
Metaplasia Paneth cell     ++
Lymphoid hyperplasia     ++
Epithelial displacement     ++
Increased mononucleous     ++
Endocrine cell hyperplasia     ++
Squamous metaplasia     ++
Pemeriksaa
Anamnesis n Fisik
Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaa
n Penunjang
Anamnesis
Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri
abdomen, seringkali dengan demam dan penurunan berat badan
pada kasus berat. Pada penyakit yang ringan, bisa terdapat satu
atau dua feses yang setengah berbentuk yang mengandung
sedikit darah dan tanpa manifestasi sistemik.

Activity Mild Moderate Severe

Number of bloody stools per day (n) <4 4–6 >6

Temperature (°C) Afebrile Intermediate >37.8

Heart rate (beats per minute) Normal Intermediate >90

Haemoglobin (g/dl) >11 10.5–11 <10.5

Erythrocyte sedimentation rate (mm/h) <20 20–30 >30


Pemeriksaan Fisik

Temuan fisis pada kolitis ulseratif biasanya nonspesifik; bisa


terdapat distensi abdomen atau nyeri sepanjang perjalanan
kolon. Pada kasus ringan, pemeriksaan fisis umum akan normal.
Demam, takikardia dan hipotensi postural biasanya berhubungan
dengan penyakit yang lebih berat.

Manifestasi ekstrakolon bisa dijumpai. Hal ini termasuk penyakit


okular (iritis, uveitis, episkleritis), keterlibatan kulit (eritema
nodosum, pioderma gangrenosum), dan artralgia/artritis
(periferal dan aksial artropati). Kolangitis sklerosing primer
jarang dijumpai.
Pemeriksaan Penunjang

Sebelum membuat
diagnosis definitif KU,
lakukan kultur feses
HR dan KD untuk mengevaluasi
adanya leukosit, ova,
maupun parasit,
kemudian kultur
bakteri patogen, dan
Leu Gan Hipo titer Clostridium
An
em
kosi LE ggua albu Alkal
n min i
difficile. Minimal
pemeriksaan untuk
tosi
ia s D elekt emi fosfa
rolit a tase
toksin C difficile
dilakukan pada pasien
dengan colitis yang
meluas.
Pemeriksaan Penunjang

Barium Enema


Pemeriksaan barium
enema yang menunjukkan
gambaran pipa pada KU.
Barium enema


Gambaran KU stadium
berat dimana haustra
tidak terlihat hampir
menyeluruh di semua
colon
Pemeriksaan Penunjang

MRI

MRI dapat dengan


Mengevaluasi jelas memperlihatkan
jaringan lunak fistula dan sinus tract-
nya
Pemeriksaan Penunjang

Colonoscopy


Colitis berat pada
colonoscopy yang
ditandai dengan
mukosa yang rapuh dan
ada perdarahan aktif.
Pemeriksaan Penunjang

Histopatologi
Adapun yang termasuk kriteria histopatologik adalah perubahan
arsitektur mukosa, perubahan epitel dan perubahan lamina propria.

Arsitekt
ur
Epite Lamina
mukosa l propria

Perubahan

Berkurangnya ●
Penambahan dan
permukaan musin perubahan distribusi

Berkurangnya ●
Metaplasia sel sel radang.
densitas kripta Paneth ●
Granuloma dan sel-

Gambaran abnormal ●
Permukaan sel berinti banyak
arsitektur kripta biasanya ditemukan
villiform
Kriteria Pemeriksaan Histopatologi KU

Kriteria Mayor Kriteria Minor

Infitrasi sel radang yang difus Jumlah sel goblet kurang


pada mukosa

Basal plasmositosis Metaplasia sel Paneth


Netrofil pada seluruh ketebalan  
mukosa
Abses kripta  
Kriptitis  
Distorsi kripta  
Permukaan viliformis  
Pemeriksaan Penunjang
Serologi
pANCA (perinuclear antineutrophil cytoplasmic antibody

p-ANCA ditemukan pada 50-67% kasus KU meski juga dapat ditemukan pada 6 sampai 15% kasus PC.

ASCA (anti-saccharomyces cerevisiae antibod)

Lebih sering dijumpai pada PC, yakni sekitar 40 sampai 60%, dan hanya sekitar 4 sampai 14% dijumpai pada KU.

Syndecan-1 (Sdc-1)

Terdapat penurunan kadar ekspresi Sdc-1 pada KU. Pemeriksaan ekspresi Sdc-1 dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit IBD meski masih
terbatas guna kepentingan penelitian.
Penatalaksanaan

KU tidak dapat 1. Terapi


disembuhkan dengan
pengobatan, tujuan
simptomatik
pengobatan dengan obat 2. Terapi step wise
adalah: a. 5-ASA
1. Menginduksi remisi b. Antibiotik
2. Mempertahankan remisi c. Kortikosterid
3. Meminimalkan efek d. Immunomodulator
samping pengobatan e. Eksperimental
4. Meningkatkan kualitas
hidup 3. Pembedahan
5. Meminimalkan risiko
kanker
Algoritma Penanganan Terapeutik KU pada pelayanan
kesehatan lini pertama
Komplikasi

Perdarahan

Kolitis toksik

Kanker kolon
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai