Bab V: Analisis Kegiatan
Bab V: Analisis Kegiatan
ANALISIS KEGIATAN
IDENTIFIKASI MASALAH
ANALISIS DATA PRIMER DAN SEKUNDER
“Kayanya gara-gara dicerai suami pertama, terus anak saya diperkosa sama tukang parkir”
(R1)
“Ya inimah bapaknya juga, keturunan...ini lagi di rawat di kurungan nyawa, terus di bully
temen-temennya” (R3)
“Ya anak saya katanya harus berobat teratur ya dok, dikasih tau obatnya ngga boleh putus
ke puskesmas” (RI)
“Saya ngga terlalu paham sih, bingung juga saya”( R2
“Jangan ngobat kaya bapak” (R4)
“Ini dok, suka marah-marah tiba-tiba, ngerusak dinding ini di tonjok sama dia, pengennya aneh-
aneh jadi youtuberlah pengen kaya, pokonya ngomongnya jadi ngaco, dulu engga” (R1)
“Itu ibu suka nangis sendiri, ngunci kamar, marah-marah, ngamuk,ini rumah ancur gara-gara ibu
ngamuk, adik-adik semua tidurnya sama saya disebelah, bener-bener kaya orang lain kalau lagi
kambuh” (R2)
“Ya gimana ya dok, kalau dibilang repot saya kan bapaknya di kurungan nyawa, anak saya
yang pertama kaya gini, yang kedua juga mulai kaya kakanya, jadi saya sendirian, tapi saya
usahain mereka berobat, perasaan saya si awal-awal khawatir, sedih juga” (R3)
“Saya bingung, repot ngga repot, adik saya ini kan masih kecil-kecil, ibu kaya gini ya lumayan
repot dok, kalau ngamuk saya takut juga ga berani deket” (R2)
“Ibu ke kurungan nyawa pertama kali karena tetangga sini pada takut dok, ibu suka ngamuk
sama nangis-nangis tapi abis itu yaudah,awal dibawa sama warga sama pa RT, pulang dari
sana masih pada takut, tapi saya sama adik-adik sering dikasih makan sama tetanngga”
(R2)
“Anak saya ini, semua sudah tau lah dok gangguan, tetangga ya paling ngebecandain,
kadang ada juga yang ngasih jajan kalau mau jajan, tapi kadang katanya ada yang bikin
kesel karena ngeledek jadi dia siram air” (R1)
“Bagaimana pendapat anda dengan sistem yang ada sekarang untuk mendapatkan
pengobatan gangguan jiwa?”
“Ya awalnya ngga kemana-mana, tapi didatengin sama ibu puskes, ibu kader, sama dokter
laki-laki itu terus dikasih obat katanya biar tenangan, terus dipesenin obatnya harus habis,
kalau habis ke puskes aja katanya ada di puskes” (R1)
“Ke puskesmas bisa kata ibu puskes, jadi ini rutin ngambil obat disana, kalau bapaknya
langsung saya bawa ke RS di kurungan nyawa malem-malem ke IGD nya” (R3)
keluarga pasien masih belum cukup memahami akses pengobatan bagi penderita
gangguan jiwa. Karena beberpa pasien dibawa ke fasilitas pengobatan setelah
gaduh gelisah. Sebagian besar responden tidak mengetahui bahwa pengobatan
bisa dilakukan terlebih dahulu di puskesmas
“Bagaimana pendapat anda dengan sistem yang ada sekarang untuk
mendapatkan pengobatan gangguan jiwa?”
“Ya terbantu, sudah bisa ambil obat di puskes, saya ngga jauhjauh” (R1)
“saya merasa terbantu, anak saya sudah di datengin kerumah kadang dianterin
obatnya”(R5)
“Ya puas, ambil obat bisa di puskes, puskes sama ibu puskes juga tau kondisi anak sama
suami saya, ibu kader ini juga” (R3)
“Merasa terbantu dok, ini dikunjungin gini” (R4)
“Apakah anda mau mendapatkan pengobatan terkait kondisi saat ini? Jika tidak,
kenapa?”
Mau dok, saya mau sembuh biar bisa ngurus anak-anak saya” (P2)
“Mau saya,kalau diobatin mudah-mudahan saya sembuh” (P4)
masih ada pasien yang tidak rutin berobat namun semua responden mengatakan
masih ingin melanjutkan pengobatan
5. Faktor pelaksanaan dan pencapaian program kesehatan jiwa di
wilayah puskesmas rawat inap simpur
Minimnya partisipasi
Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam Kurangnya media promosi Cakupan promosi
kader puskesmas tentang mengikuti program kesehatan tentang kesehatan belum
gangguan jiwa penyuluhan yang kesehatan jiwa menyeluruh
diselenggarakan
Kurangnya advokasi
Kurang aktifnya kader
dengan pemerintah dan
kesehatan jiwa dalam
tokoh masyarakat
melaksanakan tugasnya
setempat
Identifikasi Faktor Penyebab Masalah
Kesehatan
Prioritas Penyebab
Masalah Kesehatan
Komunitas
Penyusunan Upaya Perbaikan Komunitas
Setelah ditentukan
prioritas masalah,
langkah selanjutnya
adalah penyusunan
upaya atau alternatif
pemecahan masalah
(tabel di samping).
Penyusunan Upaya Perbaikan Komunitas
Ditentukan prioritas dari 3 cara pemecahan
masalah tersebut.
Kepala Puskesmas Rawat Inap Simpur (dr. Liskha Sari Sandiaty, M.kes)
02 Melakukan pembentukan suatu komunitas peduli ODGJ bernama “Komunitas
Munyai Jiwo” yang terdiri dari masyarakat, kader, pimpinan desa maupun
keluarga ODGJ sendiri serta perizinan untuk terlaksananya kegiatan penyuluhan
kesehatan jiwa di daerah wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur.