Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN FISIK PADA ORANG DEWASA

DISUSUN OLEH:
Kristina oktavia
Tini lis perwanti
Jeni fersilia
Tiara agesta
Rizky diah utami
Asiyah wulandari
Yulis fatonah
Reni sagita

Dosen Pembimbing: Ramayani, S.St

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL MA'ARIF AL-INSANI BATURAJA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAJUN AJARAN 2019/2020
Definisi Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berasal dari kata
“Physical Examination” yang artinya memeriksa
tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa
tubuh dengan atau tanpa alat untuk tujuan
mendapatkan informasi atau data yang
menggambarkan kondisi klien yang
sesungguhnya.
Tujuan dan Manfaat dari Pemeriksaan Fisik
1. Tujuan Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
b. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan.
c. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien
dan penatalaksanaan.
e. untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
 
2. Manfaat Pemeriksaan Fisik
a. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
b. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
c. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
d. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
Metode dan teknik pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau
kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu
inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan
alat khusus seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997). Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/ pembengkakan. setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
 
 2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-jari,
untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau
massa, edema, krepitasi dan sensasi
 
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan
tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan
densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan
tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya
(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan (Dewi Sartika, 2010).
 
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh
bermacam-macam organ dan jaringan tubuh (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers,6666 1997).
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat
yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)
Tanda – Tanda Vital
Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam
memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi
respons terhadap intervensi yang diberikan. Penggunaan tanda – tanda vital
memberikan data dasar untuk mengetahui respons terhadap stress
fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah
penting sehingga disebut tanda – tanda vital.
Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:
1. Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas
2. Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah
3. Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
4. Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif
5. Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah
6. Saat keadaan umum klien berubah
7. Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.
8. Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda
– tanda vital
9. Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik
10. Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
a) Faktor fisiologis
· Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia.
· Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran pernafasan bagian atas.
· Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya O2.
· Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obeisitas,
penyakit kronis, seperti TBC paru.
b) Faktor perkembangan
· Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
· Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru.
· Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun.
c) Faktor perilaku
· Nutrisi
· Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen
· Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan koroner.
· Kecemasan
d) Faktor lingkungan
· Tempat kerja
· Suhu lingkungan
· Ketinggian dari permukaan air laut
 
Pemeriksaan atau menghitung pernafasan :
Alat yang digunakan dalam menghitung pernapasan
diantaranya adalah jam tangan/arloji dan buku catatan.
· Pelaksanaan
a) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b) Membawa alat kesamping klien
c) Mencuci tangan
d) Hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil
memegang arteri radialis dan menekukkan ke dada klien seperti
pura – pura menghitung denyut nadi (mengupayakan agar
pasien tidak merasa di observasi).
e) Jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan
kalikan hasilnya dengan dua. Jika irama respirasi tidak teratur
hitung selama 1 menit penuh
f) Membereskan alat
g) Mencuci tangan dan mencatat hasil
Adapun faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
diantaranya adalah :
a) Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai
pubertas, lansia sangat sensitif terhadap suhu yang
ekstrem.
b) Olahraga: meningkatkan produksi panas.
c) Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi
suhu tubuh yang lebih besar dari laki – laki.
d) Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah
0,5˚ selama 24 jam titik terendah pada pukul 1 – 4 dini
hari.
Pemeriksaan suhu
A. Dimulut Atau Oral
Alat yang digunakan :
a) Thermometer oral
b) Botol berisi larutan sabun
c) Botol larutan desinfektan
d) Botol berisi air bersih didalamnya, dialasi
dengan kain kasa
e) Potongan tertutup pada tempatnya
f) Bengkok
g) Alat tulis
B. Diketiak/ aksila
Alat yang digunanakan :
a) Thermometer Aksila.
b) Botol Berisi Larutan Sabun.
c) Botol Berisi Larutan Desinfektan.
d) Botol Berisi Air Bersih
Didalamnya, Dialasi Dengan Kain Kasa.
e) Potongan Tertutup Pada
Tempatnya.
Pelaksanaan
a) menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan
lengan dan silangkan lengan di bawah klien.
b) Biarkan thermometer di tempat tersebut.
· Termomter air raksa 5 – 10 menit.
· Thermometer digital sampai sinyal terdengar.
c) Keluarkan thermometer dengan hati – hati.
d) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari
arah atas ke reservoir, buang tisu di bengkok.
e) Baca air raksa atau digitalnya.
f) Membantu klien merapikan bajunya.
g) Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan
thermometer digital ke skala awal.
h) Mengembalikan thermometer pada tempatnya
i) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
j) Mencatat hasil
Dianus Atau Rectal
Alat yang digunakan diantaranya adalah:
a) Thermometer rektal
b) Botol berisi larutan sabun
c) Botol berisi larutan desinfektan
d) Botol berisi air bersih didalamnya dialasi
dengan kain kasa
e) Potongan tertutup pada tempatnya
f) Bengkok
g) Alat tulis
h) Buku catatan
Pengertian Pemeriksaan Head To Toe
Pemeriksaan fisik adalah tindakan
keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh
pasien baik secara lokal atau (head to toe) guna
memperoleh informasi/data dari keadaan pasien
secara komprhensif untuk menegakkan suatu
diagnosa keperawatan maupun kedokteran.
Tujuan dari pemeriksaan head to toe
adalah untuk mencari masalah
keperawatan, untuk
menegakkan/merumuskan diagnose
keperawatan /kedokteran, dan untuk
membantu proses rencana
keperawatan dan pengobatan.
Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk
memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama
pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di
rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar
maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat
bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan .
memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun
untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai