Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN COVID-19 DENGAN

SISTEM PENGECAPAN

Oleh:
Inda Dzil Arsy, S.Ked
712019032

Dosen Pembimbing: drg. Nursiah Nasution, M.Kes


BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang

01 Di penghujung tahun 2019, muncul beberapa kasus


pneumonia dengan penyebab yang tidak diketahui di
Wuhan, Provinsi Hubei, China.

02 Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO menyebut


penyakit itu sebagai COVID 19

03 Melibatkan 114 negara, dengan lebih dari 118.000


kasus dan lebih dari 4000 kematian.

04 WHO menyatakan status pandemi.


Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Gejala umum infeksi COVID-19: gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,
batuk dan sesak napas.

Hingga 28 Maret 2020, jumlah kasus infeksi Menurut laporan dari gugus tugas percepatan
COVID-19 terkonfirmasi mencapai 571.678 kasus penanganan COVID-19 di Indonesia per tanggal 23
September 2020

jumlah kasus terkonfirmasi berjumlah 257. 388 dengan


Indonesia melaporkan kasus pertama pada 2 Maret 2020
angka kesembuhan 187.958 dan angka kematian 9.977
jiwa.
Latar Belakang

Gangguan bau dan pengecapan, seperti anosmia (kehilangan bau) dan dysgeusia (gangguan pengecapan,
telah menarik perhatian baru-baru ini sebagai potensi gejala yang sering muncul dan variabel yang relevan
untuk skrining COVID-19.6

Gangguan ini berhubungan dengan berbagai macam infeksi virus.

Infeksi saluran pernafasan bagian atas dapat menyebabkan onset akut anosmia atau ageusia karena
kerusakan yang diakibatkan virus pada epitel olfaktorius -> anosmia

• Ageusia mungkin merupakan akibat sekunder dari disfungsi penciuman.


• Reseptor ACE-2 (reseptor sel inang utama SARS-CoV-2), diekspresikan secara luas pada sel epitel mukosa
2015
mulut -> Kerusakan sel epitel mukosa rongga 2017 2018pada tahap awal COVID-19.
mulut -> ageusia yang diamati 2019
BAB II
Tinjauan Pustaka
Definisi

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi


sebelumnya pada manusia.
Definisi
Definisi Infeksi COVID-19 Menurut Buku Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Coronavirus Disesase:

Pasien dalam Pengawasan (PdP)

Orang dalam Pemantauan (OdP)

Orang Tanpa Gejala (OTG)

Kasus Konfirmasi
Epidemiologi

01 Epidemi COVID-19 meluas pada awal Desember dari Wuhan.

02 Kasus pertama yang positif COVID-19 di luar China


didiagnosis pada 13 Januari 2020 di Bangkok (Thailand)

03 Kasus terus meluas ke beberapa negara lain termasuk;


Italia, Amerika Serikat, dan Jerman.

Hingga 30 Maret 2020, COVID 19 telah menjadi pandemi


04 di seluruh dunia, mempengaruhi 199 negara, menginfeksi
722.389 orang dan menyebabkan 33.982 (5%) kematian di
seluruh dunia
Epidemiologi

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus

Berdasarkan laporan gugus tugas percepatan penanganan


COVID-19 di Indonesia per tanggal 23 September 2020:
• Jumlah kasus positif mencapai 257. 388
• Angka kesembuhan 187.958
• angka kematian 9.977 jiwa

Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%,


angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara
Etiologi

• COVID-19 disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family


coronavirus, termasuk dalam genus betacoronavirus.
• Hasil analisis filogenetik masuk dalam subgenus yang sama
dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS.
• Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of
Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19
sebagai SARS-CoV-2.
Patogenesis
Virus SARS-COV-2 menyebar melalui selaput lendir, terutama mukosa hidung dan tenggorokan

Masuk ke paru-paru melalui saluran pernapasan. Sel epitel alveolar di paru-paru ditemukan sebagai sel
fundamental yang dipengaruhi oleh virus SARS-CoV-2.

Glikoprotein yang terdapat pada virus akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2

Di dalam sel, SARS-CoV-2 mengalami duplikasi dan replikasi

Vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung dengan membran plasma -> melepaskan komponen
virus yang baru.

Virus dapat masuk ke dalam darah tepi dari paru-paru sehingga memicu terjadinya viremia.
Viremia

Virus akan membombardir target organ tambahan yang mengeluarkan


ACE2, seperti jantung, ginjal, dan saluran cerna.

Adanya sitokin provokatif (badai sitokin) Yang dipicu sistem kekebalan


seperti; IFN α, INF-γ, IL - 1β, IL-6, IL-12, IL18, IL-3, dll

Menyebabkan Sindrom Gangguan Pernafasan Akut (ARDS

Akhirnya menyebabkan kematian


Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa gejala
(asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis.

Demam

Batuk, produksi sputum


Gejala umum

Fatigue, dispnea
Keluhan sakit tenggorokan, rinorea, nyeri dada,
hemoptisis, kongesti konjungtiva, diare, mual,
Sakit kepala dan muntah lebih jarang
Anatomi Lidah

• Lidah merupakan massa otot lurik yang diliputi oleh


membrana mucosa.
• Lidah dibagi dua oleh septum fibrosum mediana
menjadi belahan kanan dan kiri.
• Di anterior garis tengah, permukaan bawah lidah
dihubungkan ke dasar rongga mulut oleh sebuah
lipatan membrana mucosa, disebut frenulum lingua
• Pada sisi lateral frenulum, dapat dilihat vena
lingualis profundus, Lateral dari vena lingualis,
• membrana mucosa membentuk lipatan bergerigi
2015 disebut plica fimbriata.
2017
Anatomi Lidah

• Membrana mucosa permukaan atas lidah dapat dibagi


atas bagian anterior dan posterior oleh sulcus terminalis.
• Sulcus membagi lidah menjadi dua pertiga bagian
anterior(pars oralis), dan sepertiga bagian posterior(pars
pharyngealis).
• Terdapat tiga jenis papilla di permukaan atas dua pertiga
bagian anterior lidah: papilla filiformis, papilla fungiformis,
2015 2017 2019
dan papilla vallata. sepertiga bagian posterior lidah tidak
mempunyai papilla
Anatomi Lidah

Pendarahan
• Arteria lingualis
• Vena lingualis, Vena-vena bermuara ke dalam vena jugularis interna.

Persarafan Sensorik
• Dua pertiga bagian anterior: nervus lingualis, cabang divisi mandibularis nervus
trigeminus (sensasi umum) dan chorda tympani cabang nervus facialis
(pengecap).
• Sepertiga posterior: nervus glossopharyngeus (sensasi umum dan pengecap).
 2015 2017 2019
Fisiologi Sistem Pengecapan
• Indera pengecapan(gustasi), berhubungan erat dengan penghidu
• Pengecapan hingga saat ini dianggap merupakan gabungan lima sensasi:

• Rasa asin dirangsang oleh garam kimia, khususnya NaCl (garam dapur).
• Rasa asam disebabkan oleh asam, yang mengandung ion hidrogen bebas, H+.
• Rasa manis dipicu oleh konfigurasi tertentu glukosa. Kita cenderung menyukai makanan
manis karena makanan jenis ini memberi kalori yang dibutuhkan dalam bentuk yang mudah
digunakan.
• Rasa pahit dipicu oleh kelompok-kelompok tastant, contoh alkaloid (kafein, nikotin, striknin,
morfin, dan turunan tumbuhan toksik lainnya) serta bahan beracun, semua terasa pahit,
mungkin sebagai mekanisme protektif untuk mencegah ingesti senyawa-senyawa yang
berpotensi berbahaya ini (kecenderungan untuk memuntahkan sesuatu yang terasa pahit).
2015
• Rasa umami, rasa lezat, dipicu oleh2017 2019berarti
asam-asam amino, khususnya glutamat (umami
“rasa lezat menyenangkan”)
Fisiologi Sistem Pengecapan

Keempat rasa tersebut memiliki daya sensitivitas


masing masing, diantaranya:
• Daerah sensitivitas rasa manis terdapat pada apex
lingua.
• Daerah sensitivitas rasa asin terdapat pada sepanjang
tepi ateral lidah bagian anterior.
• Daerah sensitivitas rasa asam terdapat pada
sepanjang tepi lateral lidah bagian posterior.
• Daerah sensitivitas rasa pahit terdapat pada dorsum
lidah bagian posterior.
2015 2017
Fisiologi Sistem Pengecapan

• Reseptor pengecapan adalah kemoreseptor


• Terkemas dalam kuncup kecap, sekitar 10.000, dengan
persentase terbesar di permukaan atas lidah.
• Sebuah kuncup kecap terdiri dari sekitar 50 sel
reseptor kecap berbentuk gelendong panjang yang
terkemas bersama sel penunjang dalam susunan
seperti irisan jeruk.
• Setiap kuncup kecap memiliki sebuah lubang kecil, pori
2015 2017
kecap, yang dilewati oleh cairan di dalam mulut untuk
berkontak dengan permukaan sel reseptor.
Fisiologi Sistem Pengecapan

2015 2017
Gangguan Pengecapaan

• Pengecapan pada manusia: menyaring bahan kimia yang larut untuk evaluasi makanan,
pemilihan, dan menghindari zat yang berpotensi beracun.
• Disfungsi pengecapan berimplikasi pada hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan
yang tidak diinginkan, malnutrisi, dan penurunan kualitas hidup.
• Mayoritas disfungsi gustatory lebih disebabkan oleh gangguan penciuman dari pada
persepsi rasa. Penyebab paling umum dari disfungsi olfactory: rinitis alergi, rinosinusitis
2015
kronis dan infeksi saluran pernapasan2017
Gangguan pengecapan (dysgeusias)
dapat diklasifikasikan menjadi:

Gangguan kualitatif
• Parageusia (persepsi rasa yang
tidak memadai atau salah yang
ditimbulkan oleh stimulus)
• Phantogeusi (adanya rasa yang
terus-menerus dan tidak
menyenangkan tanpa adanya
stimulus).
Gangguan kuantitatif
• Ageusia (hilangnya kemampuan
untuk merasakan)
• Hipogeusia (hilangnya sebagian
kemampuan untuk merasakan),
• Hypergeusia (sensitivitas gustatori
yang ditingkatkan).
Hubungan COVID-19 Dengan Sistem Pengecapan

• Gangguan bau dan pengecapan, seperti anosmia (kehilangan bau) dan dysgeusia
(gangguan pengecapan), telah menarik perhatian baru-baru ini sebagai potensi gejala
yang sering muncul dan variabel yang relevan untuk skrining COVID-19.
• Kehilangan penciuman dan pengecapan akut dapat diamati pada 15,3% pada tahap awal
pasien positif COVID-19.
• Pada sebuah studi epidemiologi multicenter Eropa yang menganalisis prevalensi disfungsi
penciuman dan gustatori sebagai presentasi klinis melaporkan bahwa 88,8% pasien
2015
memiliki gangguan gustatory.
Hubungan COVID-19 Dengan Sistem Pengecapan
• Adanya Kerusakan saraf olfactory selama invasi dan multiplikasi SARS-CoV-2 -> anosmia
yang diamati pada tahap awal COVID-19.
• Ageusia mungkin merupakan akibat sekunder dari disfungsi penciuman
• Namun, reseptor Human angiotensin-converting enzyme 2, yang merupakan reseptor sel
inang utama SARS-CoV-2, diekspresikan secara luas pada sel epitel mukosa mulut.
• Kerusakan langsung akibat dari ekspresi ACE2 pada sel-sel tease buds dan kemoreseptor
neurosensori perasa perifer dapat mengakibatkan dysgeusia pada gejala awal pasien
COVID-19.
Kesimpulan

1. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
2. Gangguan pengecapan paling sering disebabkan disfungsi olfactory termasuk rinitis alergi,
rinosinusitis kronis dan infeksi saluran pernapasan atas.
3. Gangguan pengecapan (dysgeusias) dapat diklasifikasikan menjadi gangguan kualitatif
termasuk: parageusia dan phantogeusi dan gangguan kuantitatif termasuk Ageusia, Hipogeusia,
Hypergeusia.
4. Dalam sebuah studi epidemiologi prevalensi disfungsi penciuman dan gustatori sebagai
presentasi klinis terdapat 88,8% pasien memiliki gangguan gustatory.
5. Manifestasi dysgeusia pada pasien COVID-19, dapat disebabkan adanya Kerusakan langsung
dari ekspresi ACE2 pada sel-sel tease buds dan kemoreseptor neurosensori perasa perifer dan
akibat sekunder oleh sebab disfungi olfactory
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai