Anda di halaman 1dari 10

PERMASALAHAN

DALAM
TEOLOGI ISLAM
• Apakah pelaku dosa besar itu masih mukmin atau sudah keluar dari
Islam?
• Dan Apakah pelaku dosa besar masih ada kemungkinan untuk
mendapat pengampunan dari Allah?
• Dalam permasalahan ini muncul tiga aliran; khawarij, murji’ah dan
mu’tazilah
• Kaum Khawarij mengatakan bahwa, pelaku dosa besar itu tidak
mukmin lagi, melainkan telah menjadi kafir.
• Sebagai reaksi terhadap pendapat kaum Khawarij, lahirlah kaum
Murji’ah.
• Golongan ini mengatakan bahwa: “pelaku dosa besar itu tetap
mukmin dan bukan kafir.” Golongan Murji’ah ini terkenal dengan
pandangan bahwa “dosa besar itu tidak merusak keimanan seperti
halnya ketaatan tidak membawa manfaat bagi kekufuran.”
• Berkaitan dengan pelaku dosa besar, kaum Murji’ah tidak mau
terlibat dalam pembicaraan lebih jauh, penyelesaiannya mereka
tangguhkan sampai hari pembalasan kelak tiba, keputusannya mereka
serahkan kepada Allah.
• Mereka menangguhkan atau menunda persoalan pelaku dosa besar
ini sampai hari pembalasan tiba, karena itu mereka dijuluki kaum
Murji’ah.
• Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, kaum Mu’tazilah
berpendapat bahwa pelaku dosa besar itu tidak lagi mukmin dan
tidak pula kafir, melainkan berada pada posisi antara dua predikat
tersebut, yaitu “antara mukmin dan kafir”.
• Pandangan ini kemudian terkenal dengan istilah al Manzilu baina al
manzilatain (=tempat di atara dua tempat).
• Pelaku dosa besar menurut Mu’tazilah disebut orang fasik. Yakni
predikat antara mukmin dan kafir.
• Menurut Washil bin ‘Atho tokoh pertama kaum Mu’tazilah, bahwa
orang fasik, karena melakukan dosa besar tidak berhak mendapat nama
pujian tersebut dan karenanya tidak dapat disebut mukmin, ia tidak
dapat pula disebut kafir secara mutlak karena bagaimanapun juga dia
masih mengucapkan syahadat dan mengerjakan perbuatan-perbuatan
baik.
• Orang fasik, pelaku dosa besar apabila meninggal dunia dan ia belum
bertaubat, sementara tidak ada tempat antara surga dan neraka di
akhirat kelak, ia akan ditempatkan di neraka untuk selama-lamanya,
hanya saja siksa yang ditimpakan kepadanya lebih ringan dibanding
siksa orang kafir.
“perbuatan manusia”
Af’alul ‘Ibad.
apakah perbuatan manusia itu perbuatan Tuhan atau perbuatan
manusia secara hakiki.”
JABARIYAH
Perbuatan
manusia QODARIYA
H
JABARIYAH
• Menurut aliran Jabariyah, manusia tidak mampu mewujudkan suatu
perbuatan, semua perbuatan adalah perbuatan Tuhan.
• Manusia itu dipaksa (majbur) dalam perbuatannya, ia tidak mempunyai
kebebasan dan pilihan. Tuhanlah yang menciptakan perbuatan itu di
dalam diri manusia, seperti halnya pada seluruh benda mati.
• Tegasnya, perbuatan manusia itu pada hakikatnya adalah perbuatan
Tuhan; dikatakan perbuatan manusia hanya dalam arti qiyasan (majazi).
• Paham aliran Jabariyah ini dikenal dengan sebutan predistination atau
fatalisme.
QODARIYAH
• Aliran ini berpendapat bahwa perbuatan manusia pada hakikatnya
adalah perbuatan manusia itu sendiri, yang terwujud melalui
kemampuan dan kehendak bebas manusia tersebut.
• Paham Qadariyah ini selanjutnya dikembangkan oleh aliran
Mu’tazilah sehingga sesekali mereka sering disebut Qadariyah.

Anda mungkin juga menyukai