Anda di halaman 1dari 12

Suku Alune

 Suku 'Alune adalah salah satu suku bangsa kuno di Pulau


Seram, Indonesia. Jumlah anggotanya mencapai 17.000
jiwa dan menetap di 27 desa di wilayah barat-tengah
pulau. Seperti Wemale, mereka berasal dari suku Patasiwa.
 Alune yang biasa juga disebut suku bangsa Alifuru, dan
kata alifuru itu berarti “manusia awal”. Itulah sebabnya
orang Alune dan juga orang Wemale dianggap sebagai
penduduk asli Pulau Seram dan dari sanalah kemudian
menyebar ke pulau-pulau sekitarnya terutama di Maluku
Tengah. Orang Alune atau Alifuru ini biasa juga disebut
sebagai orang Seram sesuai dengan nama pulau ini.
 Sumber tertentu, seperti Nelly Tobing (Ed.)
dalam Sistem Kesatuan Setempat Daerah Maluku
(1980/1981) menyatakan orang Alune umumnya
berdiam di daerah pantai. Akan tetapi pihak
Departemen Sosial mengkategorikan kelompok
ini sebagai “masyarakat terasing”, dan berdiam di
bagian pedalaman seperti yang pernah diteliti di
bagian pedalaman wilayah Kecamatan Kairatu di
Pulau Seram tadi (Lihat Rusmaniar, “Masyarakat
Terasing Suku Alune”, Profil Masyarakat Terasing
di Indonesia 1988: 33-40).
 Suku Alune mempertuturkan bahasa
Melayu-Polinesia. Bahasa ini dikenal
dengan nama Sapalewa atau Patasiwa
Alfoeren dan memiliki beberapa dialek,
meski jumlah penuturnya sedikit. Dialek
paling banyak adalah dialek Rambatu.
 Seperti kelompok manusia kuno yang
menetap di pedalaman Seram, suku Alune
secara tradisional hidup dari hasil hutan.
Makanan mereka berasal dari pohon sagu
dan mempraktikkan penanaman berpindah
.
Kebudayaan
 Pria dan wanita mengenakan sedikit pakaian karena
lingkungan yang lembap. Dalam kehidupan sehari-hari,
orang dewasa Alune mengenakan kain pinggang pendek
yang terbuat dari serat kulit, sama seperti baju tapa
Polinesia. Kain pinggang ini memanjang hingga di atas
lutut dan kadang memiliki pola dekoratif.

 Sama seperti Wemale, perayaan kedewasaan perempuan


Alune adalah peristiwa penting. Suku Alune juga
merupakan tukang kayu berpengalaman. Rumah-rumah
kuno Alune berukuran besar dan dibangun dari kayu,
ranting dan daun palem.

 Dalam perayaan khusus, pria Alune mengenakan baju


perang dan membawa pedang panjang. Pria Alune terlibat
dalam aktivitas perang terhadap suku-suku lain. Wanita
Alune mengoleksi hasil hutan sambil ditemani anak-anak.
 Dilihat dari ciri-ciri fisik, mereka termasuk ras
Mongoloid dengan rambut hitam kejur, kulit sawo
matang, tinggi sekitar 155-165 cm. Bahasanya
adalah bahasa Alune yang termasuk golongan
bahasa Melayu. Mereka tergolong orang yang
mempunyai sikap ramah, terbuka, suka
menghormati orang lain, meskipun sering
berkelahi dalam pertemuan-pertemuan adat.
Menurut Tobing, Ed. (1980/1981: 65) ciri budaya
orang Alune di masa lalu mempunyai kebiasaan
menghitamkan gigi, para wanitanya memakai kain
kanune yaitu kain yang terbuat dari kulit kayu.
Tempat Keramat
 Orang alune dikenal sebagai “manusia
Nunusaku”, di mana Nunusaku adalah
nama sebuah tempat berupa danau di
puncak sebuah gunung di Pulau Seram.
Danau sumber mata air dari beberapa
batang sungai itu dianggap suci dan
keramat. Tempat inilah yang dipercayai
sebagai tempat asal usul manusia asli
Pulau Seram, yang kemudian menyebar
ke pulau-pulau sekitarnya.
 Mata pencaharian mereka adalah
berladang berpindah dengan sistem
tebang-bakar *slash and burn) dan
meramu sagu. Tanaman utama di ladang
itu ialah ubi rambat, talas, pisang, sayur-
sayuran. Kebun yang sudah ditinggalkan
ditanami cengkeh dan buah-buahan. Mata
pencaharian sambilan adalah menyadap
getah damar dan berburu binatang.
Makanan pokok mereka adalah talas, ubi
kayu, dan sagu.
Keturunan
 Penarikan garis keturunan dalam sisitem
kekerabatannya bersifat patrilineal, dengan adat
menetap nikah yang patrilokal. Kedudukan anak
laki-laki dipandang lebih tinggi daripada anak
perempuan. Hubungan dan pergaulan antara
remaja laki-laki dan remaja perempuan tidak
bebas. Suatu perkawinan dilalui dengan
peminangan, meskipun antara mereka juga
mengenal kawin lari karena pinangan tadi ditolak
oleh pihak perempuan. Mereka juga mengenal
adat mas kawin.
 Pada masa terakhir ini mereka sudah
mulai mengenal agama tertentu terutama
agama Kristen. Namun kepercayaan asli
nenek moyang seperti roh-roh leluhur
masih kuat dipercayai sebagai pelindung
dan memberi keselamatan kepada
kehidupan mereka. Mereka pun percaya
kepada makhluk-makhluk jahat yang bisa
mendatangkan panyakit.

Anda mungkin juga menyukai