Anda di halaman 1dari 15

KONSEP TEORI PEROSES PENUAAN DAN TAHAP

PERKEMBANGAN LANSIA

KELOMPOK 4
NAMA :
 MEYDIANA BR LIMBENG
 ANGGNES YUDITIA
DEFINISI PENUAAN

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut
usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat
menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
penuaan di bagi menjadi dua kelompok besar, yaitu teori genetik dan teori non genetic
Teori Genetik
Merupakan teori intristik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan jalannya proses penuaan. Teori genetik memfokuskan mekanisme penuaan yang terjadi pada nukleus sel.
Penjelasan teori yang berdasarkan genetik di antaranya:
1. Teori Hayflick. Penuaan di sebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak
normalnya sel, dan kemunduran sel dalam organ dan jaringan.
2. Teori kesalahan. Dalam teori ini dinyatakan bahwa kesalahan dalam proses atau mekanisme pembuatan protein akan
mengakibatkan beberapa efek. Penurunan ketepatan sintesis protein secara spesifik telah di hipotesiskan penyebabnya,
yaitu ketidaktepatan dalam penyiapan pasangan kodon mRNA dan antikodon tRNA. Namun, penelitian terakhir
ternyata bertentangan dengan teori kesalahan, yang menerangkan bahwa tidak semua penuaan sel menghimpun
molekul non – spesifik dan penuaan itu tidak selamanya di percepat ketika molekul non – spesifik di temukan
3. Teori DNA lewah (kelebihan DNA). Mengemukakan teori yang berhubungan dengan teori kesalahan. perubahan usia
biologis merupakan hasil akumulasi kesalahan dalam memfungsikan gen (plasma pembawa sifat). Perbedaan usia
makhluk hidup mungkin merupakan suatu fungsi dari tingkat urutan genetik berulang (repeated genetic sequences).
Jika kesalahan muncul dalam urutan genetik tidak berulang (nonrepeated genetic sequences), kesempatan untuk
menjaga hasil akhir produksi gen selama evolusi atau selama hidup akan berkurang.
4. Teori rekaman. Rekaman (transcription) adalah tahap awal dalam pemindahan informasi dari DNA ke sintesis protein.
Teori non genetik memfokuskan lokasi di luar nukleus sel, seperti organ, jaringan, dan sistem. Teori yang berdasarkan
non genetik antara lain sebagai berikut :
a. Teori radikal bebas. Pada dasarnya radikal bebas adalah ion bermuatan listrik yang berada di luar orbit dan berisi ion
tak berpasangan. Radikal bebas mampu merusak membran sel, lisosom, mitokondria, dan inti membran melalui
reaksi kimia yang disebut peroksidasi lemak
b. Teori autoimun. Penuaan diakibatkan oleh antibodi yang bereaksi terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi itu
terjadi karena tubuh gagal mengenal sel normal dan memproduksi antibodi yang salah.
c. Teori hormonal. Pusat penuaan terletak pada otak berdasarkan pada studi hipotiroidisme. Hipotiroidisme dapat
menjadi fatal apabila tidak diobati dengan tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan tampak, seperti
penurunan sistem kekebalan, kulit keriput, uban, dan penurunan proses metabolisme secara perlahan.
d. Teori pembatasan energi. Penganut kuat diet yang di dasarkan pada pembatasan kalori, yang di kenal sebagai
pembatasan energi. Diet nutrisi tinggi yang rendah kalori berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh agar tidak cepat
tua. Program pembatasan energi bertujuan untuk mengurangi berat badan secara bertahap dalam beberapa tahun
sampai efisiensi metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan panjang usia. Tinggi rendahnya diet mempengaruhi
umur dan adanya penyakit
TUGAS KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN LANSIA
Peranan keluarga antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan
status mental, mengantisipasi perubahan status sosial ekternal serta memberikan motivasi dan
memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Padila, 2013).
Peran keluarga adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Peran keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dana masyarakat (Setiadi, 2008). Peran keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan lansia sangatlah penting dalam kehidupan lansia sehari-hari, terutama peran keluarga sebagai
motivator, edukator dan fasilitator. lansia yang mendapatkan peran keluarga yang cukup tersebut berarti
masih kurang dalam mendapatkan peranan keluarga dalam kehidupannya. Peran keluarga sebagai edukator,
keluarga diaharapkan dapatmemberikan informasi tentang kesehatan pada lansia sehingga lansia tahu apa
yang harus dilakukan dan tidakdilakukan . Peran keluarga sebagai pendidik bagi anggota keluarga yang
lain dalam melaksanakan program asuhan kesehatan secara mandiri. Hal ini dapat berfungsi sebagai
usaha promotif dari keluarga. Maryam, dkk. (2008) berpendapat bahwa upaya promotif merupakan upaya
menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik
dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Peran keluarga sebagai fasilitator keluarga mampu
membimbing, membantu, dan mengalokasikan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan lansia. Upaya
ini juga dapat berfungsi sebagai rehabilitatif meupun kuratif.
TEORI BIOLOGIS

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur,
pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular
dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit
Terdiri dari :
1. Teori Radikal Bebas
2. Teori genitika
3. Teori cross link
4. Teori Wear and Tear
5. Teori imunitas
6. Teori Neuroendokrin
7. Riwayat Lingkungan
TEORI PSIKOLOGIS

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai
peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan
pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan
psikologis.
Terdiri dari :
1. Teori kepribadian
2. Teori tugas perkembangan
3. Teori Disengagement
4. Teori aktivitas
5. Teori kontinuitas
TUGAS PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Kepribadian atau personality berasal dari kata personal yang berarti masker atau topeng; maksudnya apa yang tampak secara
lahir tidak selalu menggambarkan yang sesungguhnya (dalam bathinnya). Contoh: orang lapar belum tentu mau makan ketika
ditawari makanan, pada hal perutnya keroncongan. Orang tidak punya uang dapat berpura-pura punya uang atau sebaliknya.
Itulah gambaran kepribadian, bahwa yang tampak bukan yang sebenarnya. Kepribadian adalah semua corak perilaku dan
kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala
rangsangan baik dari luar maupun dari dalam

KEPRIBADIAN LANJUT USIA


Pada lansia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik, kecuali kalau mereka mengalami gangguan kesehatan
jiwanya atau tergolong patologik. Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebih nampak jelas setelah memasuki lansia
sehingga masa muda diartikan sebagai karikatur kepribadian lansia. Dengan memahami kepribadian lansia tentu akan lebih
memudahkan masyarakat secara umum dan anggota keluarga lansia tersebut secara khusus, dalam memperlakukan lansia dan
sangat berguna bagi kita dalam mempersiapkan diri jika suatu hari nanti memasuki masa lansia. Adapun beberapa tipe
kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
1.Tipe Konstruktif (Constructive Personality)
2.Tipe Mandiri (Independent Personality)
3.Tipe Tergantung (Dependent Personality)
4.Tipe Bermusuhan (Hostility Personality)
5.Tipe Kritik Diri (Self Hate Personality)
1.Teori Disengagement ( penarikan diri )
Teori Disengagement (pemutusan hubungan) menjelaskan bahwa lansia akan mengalami suatu tahapan
menarik diri dari kegiatan bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan merasa bahagia apabila
perannya dalam masyarakat telah berkurang dan tanggung jawabnya sudah dilanjutkan oleh generasi muda.
Pada kondisi tidak danya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia
tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa (Stanley, 2007).
2.Teori Aktivitas
Teori ini merupakan teori lawan dari teori disengagement, menurut teori ini untuk menuju lansia yang
sukses diperlukan aktivitas yang terus berlanjut. Selain itu, aktivitas juga sangat penting untuk mencegah
kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang kehidupan manusia. Penelitian menunjukkan bahwa
hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik
yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan (Stanley, 2007).
3.Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal sebagai teori perkembangan. Teori ini menjelaskan tentang dampak dari kepribadian
pada kebutuhan untuk tetap melakukan aktivitas atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dimasa
tua. Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin
menurunkan kualitas hidup (Suhartin, 2010).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PSIKOLOGI LANSIA

1. Penurunan kondisi fisik


Semakin tua seseorang maka semakin jelas pula perubahan fisik yang terlihat, misalnya energi yang
berkurang, kulit semakin keriput, gigi yang yang mulai rontok ataupun tulang yang semakin rapuh.
Penurunan kualitas fisik secara drastis akan terjadi ketika sesorang memasuki masa lansia. Hal ini
dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologik maupun sosial dan menyebabkan kebiasaan
ketergantungan pada orang lain
2. Penurunan fungsi seksualitas
Penurunan fungsi sexualitas berhubungan dengan gangguan fisik seperti gangguan jantung,
gangguan metabolisme, seperti diabetes, militus, vaginitis, kekurangan gizi yang dikarenakan
permasalahan pencernaan yang menyebabkan menurunnya nafsu makan. Erikson (2002)
mengungkapkan bahwa permasalahan psikologi pada orang yang mencapai tahapan lanjut usia akan
terlihat dari gejala penurunan fisik yang sejalan dengan aspek psikologisnya.
 Perubahan Aspek Psikososial.
Pemicu perubahan aspek psikososial pada lansia adalah menurunya fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif yang merupakan proses belajar, pemahaman ataupun perhatian sehingga
menyebabkan reaksi dan prilaku lansia melambat. Sedangkan psikomotorik adalah dorongan
kehendak meliputi, gerakan, tindakan, dan koordinasi yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan berubahnya kedua aspek tersebut akan berdampak pada perubahan aspek psikososial yang
berkaitan dengan kepribadian lansia.
 Perubahan Peran Sosial di Masyarakat.
Dengan semakin lanjut usia, biasanya lansia akan melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
dikarenakan segala keterbatasan yang ia miliki. Keadaan ini berdampak pada menurunnya interaksi
sosial para lansia, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya
peran ditengah masyarakat dikarenakan kualitas fisik yang menurun sehingga para lansia merasa
tidak dibutuhkan lagi karena energi nya sudah melemah. Penyesuaian diri yang buruk akan timbul
karena adanya konsep diri yang negatif yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif berdampak
pada kesehatan psikologis para lansia.
Perubahan aspek psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa
lansia menjadi kurang cekatan.Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan
aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
 Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak,
tenang dan mantap sampai sangat tua.
 Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power
sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya
 Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan
keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika
pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaannya.
 Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak
puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
 Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
 Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para
lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan
harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti
yang telah diuraikan pada point tiga di atas

 Perubahan dalam peran social masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul
gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran
sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu
sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis
bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
TUGAS – TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA

Dalam perkembangan masa lansia juga memiliki tugas perkembangan


yang harus dilaksanakan oleh para individu yang menginjak usia lansia.
Seperti yang diungkapkan olehHurlock (1980: 386) ada tujuh tugas perkembangan
selama hidup yang harus dilaksanakan olehlansia, yaitu:
a. Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c. Menemukan makna kehidupan
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g. Menerima dirinya sebagai seorang lansia
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai