Anda di halaman 1dari 44

HUKUM MEDIK

DAN
TRANSAKSI TERAPEUTIK
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

1. Mahasiswa memahami hakekat


transaksi terapeutik beserta hak dan
kewajiban para pihak
2. Mahasiswa memahami lingkup Hukum
Medik yang mengatur perikatan antara
dokter serta pemberi layanan
kesehatan dengan pasien
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
1. Mahasiswa memahami dasar hukum dan sahnya suatu
transaksi terapeutik
2. Mahasiswa memahami hak dan kewajiban pasien,
dokter, tenaga kesehatan lain dalam transaksi
terapeutik
3. Mahasiswa memahami peran informed consent sebagai
perlindungan hukum bagi pasien, dokter dan rumah
sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.
4. Mahasiswa mampu menganalisis problem yang muncul
dalam hubungan dokter-pasien-rumah sakit-tenaga
kesehatan yang bekerja di rumah sakit dengan
pendekatan etiko-mediko-legal
• D.Veronica Komalawati: Hukum dan Etika dalam
Praktek Dokter. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Cetakan 1. 1989
• Danny Wiradharma: Penuntun Kuliah Hukum
Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta. Cetakan I. 1996
• J. Guwandi.. Etika dan Hukum Kedokteran. Edisi 1. 1991
• J. Guwandi: Dokter, Pasien dan Hukum 1996
• Hermien Hadiati Koeswadji: Hukum Kedokteran. P.T.
Citra Aditya Bakti, Bandung. Cetakan I. 1998
POKOK BAHASAN
1. RUANG LINGKUP HUKUM MEDIK (MEDICAL LAW)
2. DASAR HUKUM TRANSAKSI TERAPEUTIK
3. SAHNYA TRANSAKSI TERAPEUTIK
4. TANGGUNG JAWAB DOKTER DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK
5. KEWAJIBAN DAN HAK PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK
6. KEWAJIBAN DAN HAK DOKTER DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK
7. PERAN INFORMED CONSENT DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK
8. BERAKHIRNYA TRANSAKSI TERAPEUTIK
9. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN DAN DOKTER
10.JENIS-JENIS TANGGUNG GUGAT
11.ASPEK HUKUM WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK
12.ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA MEDIK
HUKUM MEDIK
• Hukum medik adalah penggabungan
dari dua disiplin yang tertua, yaitu Hukum
(Themis) dan Medis (Aesculapius).

• Hukum medik (Medical Law) seolah-olah


mengadakan "kerjasama" dengan bidang
medis dengan tetap mempertahankan
wilayah keilmuan masing-masing
(J. Guwandi)
Hukum Medik
bertumpu pada 2 (dua) asas:

• Hak atas pelayanan


kesehatan (the right to
healthcare)
• Hak untuk menentukan
nasib sendiri (the right to
self determination)
Hukum Medik

• Hukum Medik termasuk cabang Ilmu Hukum,


maka Hukum Medik harus menggunakan asas-
asas dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam
disiplin ilmu hukum
• Fungsi bidang medis dalam Hukum Medik adalah
sebagai pelengkap dalam penafsiran hal-hal yang
terletak di bidang teknis medis.
TRANSAKSI TERAPEUTIK
• Transaksi terapeutik adalah perjanjian
(Verbintenis) untuk mencari atau menentukan
terapi yang paling tepat bagi pasien oleh dokter
(Hermien Hadiati Koeswadji )

• Transaksi  terapeutik  adalah  hubungan   hukum


antara dokter dan pasien dalam pelayanan medis
secara profesional, didasarkan kompetensi yang
sesuai dengan keahlian dan ketrampilan tertentu
di bidang kedokteran (Veronica Komalawati)
• Transaksi terapeutik ini bertumpu pada dua
macam hak asasi yang merupakan hak dasar
manusia, yaitu
• Hak untuk menentukan nasibnya sendiri (the
right to self-determination)
• Hak atas informasi (the right of information)
• Sebagai 2 (dua) subjek hukum, maka dokter dan
pasien masing-masing mempunyai kewajiban dan
hak-haknya
• Secara yuridis timbulnya hubungan hukum antara dokter dan
pasien dapat berdasarkan perjanjian (ius contractu) atau
berdasarkan undang-undang (ius delicto)
• Hubungan hukum antara dokter-pasien berdasarkan
perjanjian mulai terjadi saat seorang pasien datang ke
tempat praktek dokter atau ke rumah sakit dan dimulainya
anamnesa dan pemeriksaan oleh dokter.
• Hubungan hukum antara dokter-pasien berdasarkan
undang-undang diatur dalam KUH Perdata pasal 1365
tentang perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad).
• Hubungan dokter dan pasien merupakan suatu
perjanjian yang obyeknya berupa pelayanan
medis atau upaya penyembuhan, yang dikenal
sebagai transaksi terapetik.
• Perikatan yang timbul dari transaksi terapetik itu
disebut inspanning verbintenis, yaitu suatu
perikatan yang harus dilakukan dengan hati- hati
dan usaha keras (met zorg en inspanning).
• Hubungan dokter-pasien ini melahirkan aspek hukum
inspanning-verbintenis yang merupakan hubungan
hukum antara dua subyek hukum (dokter dan pasien)
dan melahirkan hak dan kewajiban bagi yang
bersangkutan.
• Hubungan hukum ini tidak menjanjikan sesuatu
(kesembuhan atau kematian) yang pasti, karena objek
dari hubungan hukum itu berupa upaya maksimal yang
dilakukan secara cermat dan hati-hati oleh dokter
berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya
• Antara hak dan kewajiban terdapat hubungan
yang sangat erat, yang satu mencerminkan
yang lain, terdapat hubungan korelatif
• Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan
pihak lain untuk melakukan (commision) atau
tidak melakukan (ommision) suatu perbuatan.
• Commision atau ommision itu menyangkut
sesuatu yang dapat disebut sebagai obyek dari
hak
Menurut Hermien Hadiati Koeswadji:

• Walaupun Hukum Kedokteran merupakan bagian dari


disiplin Hukum, namun kesalahan/ kelalaian dalam
melaksanakan profesi (medik) tidak sama dengan
kesalahan/ kelalaian menurut hukum.
• Oleh karena itu ketentuan peraturan hukum baik yang
berlaku umum, dalam hukum perdata (BW), hukum
pidana (KUHP dan KUHAP), maupun hukum administrasi
tidak dapat serta merta diterapkan terhadap kasus-
kasus yang salah satu pihaknya adalah dokter/ dokter
gigi sebagai tenaga medis
• Di dalam ilmu hukum dibedakan antara perjanjian
untuk berusaha sebaik mungkin
(inspanningverbintenis) dan perjanjian akan hasilnya
(resultaatsverbintenis).
• Pada umumnya hubungan dokter dengan pasien
termasuk inspanningverbintenis, karena dokter tidak
memberikan jaminan akan hasilnya. Hubungan yang
terjadi didasarkan pada kepercayaan pasien kepada
dokter (fiduciary relationship, trust, vertrouwen).
• Dalam perikatan yang timbul dari transaksi terapetik
(penyembuhan) ini, juga berlaku ketentuan ketentuan
Hukum Perikatan sebagaimana diatur dalam buku III BW.
• Sebagai suatu perikatan, di dalam transaksi terapetik
terdapat dua pihak, yaitu dokter sebagai pemberi pelayanan
medik dan pasien sebagai penerima pelayanan medik.
• Oleh karena itu terdapat hak dokter di satu pihak dan
kewajiban pasien di lain pihak secara timbal balik; serta
prestasi yang harus dilaksanakan oleh masing masing pihak.
MALAPRAKTIK
• Kelalaian dari seorang dokter atau perawat
untuk menerapkan tingkat ketrampilan dan
pengetahuannya di dalam memberikan
pelayanan pengobatan dan perawatan
terhadap seorang pasien yang lazimnya
diterapkan dalam mengobati dan merawat
orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah
yang sama.
MALAPRAKTIK

• Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh


dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan.
• Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan
atau melalaikan kewajiban.
• Melanggar suatu ketentuan menurut peraturan
perundang-undangan.

J.Guwandi, 1994
Dokter vs Pasien
• Terjadi karena pasien kecewa,
• Hasil pengobatan tidak sesuai harapan: tidak
sembuh, memburuk, cacat, atau meninggal
• Ranah sengketa medik bisa dibagi dalam:
– Ranah Etika
– Ranah Hukum: pidana, perdata maupun
administrasi (+ disiplin)
Penyebab timbulnya kasus dugaan
malpraktik
1. Dokter memberikan layanan sub standar
2. Sistem RS. yang tidak pendukung pelayanan
yang baik
3. Komite Medik & Keperawatan yang tidak
berfungsi dengan baik
4. Tingkat pengetahuan & keberanian pasien yang
terus meningkat
5. Standar profesi yang old of date
6. Pengacara / media / LSM yg “proaktif”
Mus Aida, 2006
DUGAAN MALAPRAKTIK
• MEDICAL ERROR
• Treatment error:
Clinical error of judgment
Misdiagnosis
Delays in surgery
• Medication error
Wrong drug, wrong dose, wrong patient,
wrong organ, wrong sample
• MANAGERIAL/ADM. (non medical error)
genset failure, illegible prescription, dll.

• INHERENT RISKS
sifat penyakit, daya tahan tubuh, usia,
komplikasi, syok anafilaksi, emboli, dll.

• KELALAIAN, sub standar


Dugaan Malapraktik ?
• Akan dilihat apa yang telah dilakukan
oleh dokter  RM
• Akan dilakukan penilaian, apakah
tindakan dokter sudah sesuai SPO
dan SPM  audit medis
Output
Negative

Doctor ---><--- Patient


R.S. Mass Media

Sudah menurut Kelalaian


Prosedur

Medical Law J. Guwandi


Senin, 11 Juli 2016 - 20:32 wib
Pasien Keluhkan Pelayanan RS Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto

• MOJOKERTO - Pasien poli penyakit dalam mengeluhkan lambannya


pelayanan medis di RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
Pasalnya, pasien harus menunggu hingga berjam-jam untuk bisa
mendapatkan pelayanan medis.
• Seperti yang disampaikan Abi Said, (73) warga asal Mlirip, Kabupaten
Sidoarjo. Ia harus rela menunggu lama untuk bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit pelat merah milik Pemkot Mojokerto itu.
• "Saya tiba disini pukul 10.00 WIB tadi. Sampai sekarang pukul 13.00 WIB
belum juga mendapatkan pelayanan," ujarnya kepada awak media, Senin
(11/7/2016).
• Padahal, jumlah pasien poli penyakit dalam jumlahnya membludak.
Bahkan, hingga sore hari terkarang para pasien baru mendapatkan
pelayanan medis.
Minggu, 19 Juni 2016 - 23:04 wib
Tak Mampu Bayar Biaya Keguguran, Pasien Miskin Ditahan RS

• BOGOR - Seorang pasien miskin, Sri Mulyani sempat ditahan


oleh salah satu rumah sakit di daerah Cileungsi, Bogor, Jawa
Barat setelah tak mampu membayar pengobatan setelah
mengalami keguguran.
• Menurut suami Sri, Yuda Kuswanto, dirinya sudah mencoba
berbicara dengan pihak rumah sakit perihal pembayaran
tersebut, hingga menggadaikan sepeda motor kesayangannya
• "Saya sudah membayar uang tunai sebesar Rp3 juta. Namun
pihak rumah sakit menolak dan memilih untuk menahan istri
saya hingga empat hari," kata Yuda saat dikunjungi oleh
Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Ade Ruhandi, Minggu
(19/6/2016)
Rabu, 24 Agustus 2016 - 18:00 wib
Diduga Telantarkan Bayi, RS Dokter Soetomo Digugat
Rp100 Miliar

• SURABAYA - Rumah Sakit Dokter Sutomo Surabaya


digugat Rp100 miliar ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya
oleh keluarga bayi Muhamamd Zafran. Gugatan tersebut
diajukan karena diduga pihak rumah sakit telah
menelantarkan bayi Zahfran hingga meninggal.
• Bibi bayi Zafran, Siti Rafika Hardhiansari mendatangi
Kantor PN Surabaya di Jalan Arjuno, Surabaya dengan
didampingi tim kuasa hukum Sholeh and Partners. Selain
membawa berkas gugatan, mereka juga membawa
lampiran foto almarhum Muhamamad Zafran ketika di
Rumah Sakit (RS) Dokter Soetomo.
• "Bayi Rayhan memang terlahir prematur. Setelah mendapat rujukan dari
rumah sakit sebelumnya, ternyata di Rumah Sakit Dokter Soetomo
ditelantarkan. Hingga bayi itu meninggal dunia di rumah sakit tersebut," kata
Sholeh di PN Surabaya usai memasukkan berkas gugatan.
• "Ini adalah bentuk kelalaian dari pihak rumah sakit yang membiarkan bayi
penggugat tidak dimasukkan ke dalam inkubator malah dimasukkan ke boks
biasa. Pihak pengguna waktu itu menanyakan ternyata pihak rumah
menjawab tidak ada masalah dengan bayi," ujarnya.
• Ternyata, pada 17 Agustus 2016 sekira pukul 08.15 WIB pihak rumah sakit
memberikan kabar kepada keluarga bahwa bayi tersebut dalam keadaan
kritis. Keluarga bayi Rayhan pun langsung menuju ruang perawatan bayi di RS
Dokter Soetomo. Kemudian pada pukul 09.30 WIB, diketahui bayi tersebut
sudah meninggal.
• Keluarga melihat posisi bayi saat meninggal sudah berpindah ke boks kaca
dengan penghangat dan masih menggunakan respirator. Kondisi tubuh bayi
dalam keadaan pucat dan kaku.
• "Ini sangat jelas bahwa selama ini pihak rumah sakit tidak memasukkan bayi
tersebut ke inkubator sama sekali sejak kedatangannya pada tanggal 15
Agustus," pungkasnya.
DUNIA RUMAH SAKIT BOGA

HOME CARE MANAJEMEN RS LABORATORIUM


IBS, ICU, HD

CLEANING
SERVICE
APAR, hydrant

ADMINISTRASI PENDAFTARAN FARMASI


REKAM MEDIK

SANITASI SECURITY
GAS MEDIS
HUMAS DIKLAT RS RADIOLOGI
MARKETING IPAL

RAWAT INAP

KAMAR JENAZAH
PARKIR
LISTRIK LAUNDRY GIZI FISIOTERAPI
STANDAR PELAYANAN
Tidak
melekat
ke dokter
Standar
Standar Standar
Sarana
SDM Tindakan
Prasara

Kredensialing Kredensialing - Rangkaian tindakan


- Sertifikat Kompetensi - Syarat tempat kedokteran
- STR - Syarat alat kesehatan (anamnesis,
- Rekomendasi Ijin - Syarat obat-obat PF,PP,Dx,Tx)
Praktik dari OP - Syarat unit penunjang - Rekam Medik &
- SIP (farmasi, lab,dll) Inform Consent
- Rujukan
REGULASI
No NAMA REGULASI
UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;; UU 36/2009 tentang Kesehatan; UU 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan; UU 38/2014 tentang
Keperawatan; PP 77/2015 Pedoman Organisasi Rumah Sakit; PMK 56/2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

1 Komite Medik UU 44/2009 tentang Rumah Sakit; Permenkes No. 755/Menkes/Per/IV/2011


tentang Penyelenggaraan Komite Medik di RS

2 Komite Keperawatan UU 38/2014 tentang Keperawatan;


Permenkes No. 49/2013 tentang Komite Keperawatan RS

3 Komite Mutu UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perijinan Rumah Sakit

4 Komite Keselamatan Pasien RS UU 44/2009 tentang Rumah Sakit; Permenkes No. 1691/Menkes/Per/VIII/2011

5 Komite Farmasi dan Terapi UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;

6 Komite Rekam Medik UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;


Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis

7 Komite PPI UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;


Kepmenkes 382/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan Fasyankes Lain

8 Panitia K3RS UU 44/2009 tentang Rumah Sakit; UU 36/2009 tentang Kesehatan


Kepmenkes No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di RS; PP 50/2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/Sk/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

9 Komite Akreditasi UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;


Permenkes Nomor : 012/2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit

10
REGULASI
No NAMA REGULASI
1 IGD UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;
Kepmenkes No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit

2 HCU UU 44/2009 tentang Rumah Sakit


Kep Dirjen Bina Upaya Kesehatan No. HK.03.05/I/2063/11 tentang Juknis Penyelenggaraan
Pelayanan HCU di Rumah Sakit

3 ICU UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;


Kepmenkes 1178/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di RS

4 LABORATORIUM UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;


Permenkes 411/2010 tentang Laboratorium Klinik

5 FARMASI UU 44/2009 tent ang Rumah Sakit; PP 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Permenkes 58/2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

6 REKAM MEDIS UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;


Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis

7 RSSI, RSSB UU 44/2009 tentang Rumah Sakit;


Kepmenkes No. 603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Pedoman Pelaksanaan
Program RRSI/B

8 TB DOT UU 44/2009 tentang Rumah Sakit; UU 36/2009 tentang Kesehatan;


Kepmenkes No HK. 02.02/Menkes/305/2014 tentang PPNK Tata Laksana Tuberkulosis

9 KLINIK VCT UU 44/2009 tentang Rumah Sakit


Permenkes 21/2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS

10
TENAGA KESEHATAN

a. Sertifikasi kompetensi, Registrasi, Perizinan


b. Standar Pendidikan
c. Standar Profesi dan Standar Prosedur
Operasional
d. Kode Etik
e. Menghormati hak pasien
f. Mengutamakan keselamatan pasien
g. Berpraktik sesuai kompetensi
h. Pengaturan kewenangan
i. Kendali Mutu dan Kendali Biaya
• TRILOGI
RAHASIA
KEDOKTERAN
• Informed Consent
• Rekam Medik
• Rahasia Kedokteran
Ethical Principles:
Guide to Clinical Behavior

1.Nonmaleficence
2.Beneficence Tom Beauchamp

3.Autonomy
4.Justice
James Childress
Albert R. Jonsen

MEDICAL PATIENT
INDICATIONS PREFERENCES
CLINICAL
Mark Siegler
ETHICS
QUALITY OF CONTEXTUAL
LIFE FEATURES

William J. Winslade
PEMBERI
YANKES

HAK &
KEWAJIBAN SARANA
YANKES

PASIEN &
KELUARGA

Edi Sumarwanto, 2011


J.Guwandi, 1991 Tuntutan Kasus
Malpraktek

Penilaian dengan tolok ukur


Syarat-syarat culpa: 4D
Standar Profesi Medik Duty (kewajiban)
Dereliction of that duty
(penyimpangan kewjbn)
Ada/tidaknya Damage (kerugian)
culpa Direct causal relationship
(berkaitan langsung)

Culpa lata Culpa levis


Kesalahan berat Kesalahan ringan

Tidak ada kesalahan


apa-apa
Sanksinya terdapat Sanksinya terdapat
pada Memenuhi pada
standar profesi Hukum Perdata
Hukum Pidana
Etik Etik
Hukum Perdata BEBAS
Tolok Ukur Etik – Disiplin – Hukum

BIDANG TOLOK UKUR BADAN YG


MEMERIKSA
ETIK KODEKI . Org.Profesi
(IDI)
DISIPLIN UUPK KKI/MKDKI

HK.PERDATA KUH Perdata Pengadilan


Pedata
HK.PIDANA KUH Pidana Pengadilan
Pidana

J.Guwandi, 2009
resultante positif
(akan sembuh)
tindakan medik
yang benar DI LUAR KONTROL DOKTER
kualitas obat daya tahan

k o n d i s i - s a k i t

stadium virulensi respon individual


penyakit kepatuhan
tindakan medik terhadap obat pasien
yang salah
resultante negatif
(akan mati)

Medicine is a science of uncertainty, an art of


probabilities. Sofwan Dahlan
RES IPSA LOQUITUR
the thing speaks for itself
Penyelesaian Sengketa
• LITIGASI (Pengadilan)  butuh BIAYA dan
WAKTU LAMA, pertikaian, 1 pihak sebagai
pemenang dan 1 pihak yang dikalahkan

• NON LITIGASI (Penyelesaian Sengketa di Luar


Pengadilan - Alternative Dispute Resolution/
ADR)  negosiasi, mediasi  win-win solution,
perundingan untuk memperoleh kesepakatan,
cepat, murah, hubungan baik
Doktrin Vicarious Liability = TANGGUNG
GUGAT

• Berdasarkan hubungan Majikan –


Karyawan
• Disebut juga Respondeat Superior
• Atau Master – Servant Relationship
• Di Indonesia diatur dalam KUHPerd. Ps
1367 jo. 1366, 1365

Anda mungkin juga menyukai