Anda di halaman 1dari 25

Program-program

kesehatan atau
kebijakan dalam
menanggulangi
masalah kesehatan
utama di Indonesia
Feby fitri darmadi

1911166300
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
B 2019
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
1. Program Indonesia sehat
pendekatan keluarga (GERMAS)
1.1 GERMAS
GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup
sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini juga
diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk program
infrastruktur dengan basis masyarakat.
Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi kebutuhan air
minum, instalasi kesehatan masyarakat serta pembangunan pemukiman yang layak huni. Ketiganya
merupakan infrastruktur dasar yang menjadi pondasi dari gerakan masyarakat hidup sehat.
tujuan GERMAS adalah menjalani hidup yang lebih sehat. Gaya hidup sehat akan memberi banyak
manfaat, mulai dari peningkatan kualitas kesehatan hingga peningkatan produktivitas seseorang. Hal
penting lain yang tidak boleh dilupakan dari gaya hidup sehat adalah lingkungan yang bersih dan sehat
serta berkurangnya resiko membuang lebih banyak uang untuk biaya berobat ketika sakit.
1. Program Indonesia sehat
pendekatan keluarga (GERMAS)
7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
1. Melakukan Aktivitas Fisik
Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim melakukan aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik
karena bekerja maupun berolah raga. Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena bantuan teknologi
dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan banyak orang menjalani gaya hidup yang kurang
sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas
kesehatan seseorang.
2. Budaya Konsumsi Buah dan Sayur
Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan berkurangnya konsumsi sayur dan buah yang
sebenarnya jauh lebih sehat dan bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti junk food dan
minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan konsumsinya. Menambah jumlah konsumsi buah dan sayur
merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh siapapun.
3. Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian
penting dari gerakan hidup sehat dan akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di
sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti merokok yang lain dapat menjadi
alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
1. Program Indonesia sehat
pendekatan keluarga (GERMAS)
4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok; baik itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek
sosial pada orang – orang di sekitarnya.
5. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat adalah dengan lebih baik dalam mengelola
kesehatan. Salah satunya adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang ke rumah
sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini dapat memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih
dini.
6. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan kualitas lingkungan; salah satunya dengan
lebih serius menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat rumah tangga
dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan guna
mengurangi resiko kesehatan seperti mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar.
7. Menggunakan Jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat; salah satunya dengan menggunakan jamban
sebagai sarana pembuangan kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko penularan
berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.
1. Program Indonesia sehat
pendekatan keluarga (PHBS)
1.2 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
1.2.1 Definisi PHBS
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di
masyarakat (Depkes, 2007 : 2).
PHS adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. (Notoatmodjo, 2003 : 118).
1.2.2 Tujuan
Meningkatnya pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku serta kemandirian perorangan, keluarga dan
masyarakat dalam mengatasi maslah kesehatan agar dapat hidup bersih dan sehat.
1. Program Indonesia sehat
pendekatan keluarga (PHBS)
1.2.3 indikator PHBS
Tatanan Institusi Pendidikan
a. Kebersihan Perorangan : badan dan pakaian bebas dari kotoran, tidak ada kotoran hitam disekitar kuku dan kuku tersebut
pendek.
b. Penggunaan air bersih : air bersih untuk diminum (sudah dimasak) dan cuci tangan untuk siswa dan guru
c. Penggunaan jamban : jamban yang digunakan oleh seluruh siswa dan guru disekolah dalam keadaan bersih dan tidak berbau.
d. Bak penampungan air bebas jentik : bak penampungan air bersih atau bebas lumpur, jentik dan lumur serta dikuras minimal
1 minggu sekali.
e. Kebersihan lingkungan sekolah : ruang guru, kelas dan halaman sekolah dalam keadaan bersih dan bebas sampah. Sampah
ditampung dan dibuang ditempat pembuangan.
f. Kegiatan kader UKS : sekolah selalu dalam keadaan bersih dan sehat dengan kegiatan kader UKS yang terampil dan dapat
mendukung terciptanya lingkungan sekolah sehat.
g. Gaya hidup tidak merokok : tidak ada siswa dan guru yang merokok di lingkungan sekolah.
h. Peserta jaminan pelayanan kesehatan masyarakat atau asuransi kesehatan lainnya. : biaya yang dbayarkan pad ajangka waktu
yang telah ditentukan, sesuai kesepakatan antara pengelola dengan guru dan wali murid.
1. Program Indonesia sehat
pendekatan keluarga (PHBS)
1.2.4Manfaat PHBS
Bagi Masyarakat
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) (Depkes, 2007 : 23).
2. Program imunisasi nasional (gerakan
akselerasi imunisasi nasional)
STRATEGI PENCAPAIAN KEGIATAN IMUNISASI MELALUI GERAKAN AKSELERASI IMUNISASI NASIONAL
UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (GAIN UCI).
1. Pengertian
GAIN UCI 2010 - 2014 adalah upaya percepatan pencapaian UCI di seluruh desa / kelurahan pada tahun
2014 melalui suatu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat
dan berbagai pihak terkait secara terpadu disemua tingkat administrasi.
2. Tujuan
a. Terbentuknya dukungan nyata dari pemangku kebijakan dan kepentingan dalam
penyelenggaraan kegiatan imunisasi pada bayi.
b. Terselenggaranya kegiatan imunisasi melalui perencanaan, penggerakan dan pemantauan
secara berjenjang.
c. Terjadinya perubahan sikap dan perilaku masyarakat melalui peningkatan peran serta
berbagai organisasi masyarakat.
2. Program imunisasi nasional
(gerakan akselerasi imunisasi nasional)
3. Sasaran
a. Seluruh bayi usia 0-11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
b. Seluruh desa/kelurahan mencapai UCI.

4. Lingkung kegiatan
c. GAIN UCI dilaksanakan selama 5 tahun (2010-2014), diawali dengan
identifikasi dan analisa dari berbagai hambatan dan masalah pencapaian
cakupan imunisasi selama ini.
d. Kegiatan GAIN UCI dilaksanakan di semua tingkat administrasi
2. Program imunisasi nasional
(gerakan akselerasi imunisasi nasional)
5. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN Tahun 2010-2014 dengan
target pencapaian sebagai berikut :
 Tahun 2010
–Mencapai UCI desa/kelurahan 80%,
–Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 80%
 Tahun 2011
–Mencapai UCI desa/kelurahan 85%,
–Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 82%
2. Program imunisasi nasional
(gerakan akselerasi imunisasi nasional)
 Tahun 2012
–Mencapai UCI desa/kelurahan 90%,
–Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 85%
 Tahun 2013
–Mencapai UCI desa/kelurahan 95%,
–Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 88%
 Tahun 2014
–Mencapai UCI desa/kelurahan 100%.
–Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 90%.
3. Program pemberantasan penyakit menular
dan penyehatan lingkungan pemukiman
PROGRAM PEMBERANTASAN TUBERCULOSIS
Pokok Persoalan dan Tantangan:
Indonesia telah mengembangkan dan memulai penerapan rencana pembangunan lima tahun untuk pemberantasan TB
(2002-2006). Telah ada peningkatan marginal dalam kasus tingkat deteksi selama dua tahun terakhir hanya karena Pusat
Kesehatan telah melaksanakan DOTS. Untuk memperbaiki hal ini, Badan Swasta dan Tempat Kesehatan Masyarakat lainnya
harus terlibat dalam pelaksanaan DOTS. Kualitas pelaksanaan DOTS, terutama sistem pencatatan dan pelaporan, pada saat ini
mengalami beberapa kekurangan yang perlu diatasi dengan memperkuat dan meluruskan kegiatan DOTS di tingkat pusat,
propinsi dan daerah. Agar dapat menyediakan dukungan teknis yang berkesinambungan untuk mengatasi hal ini, maka penting
untuk memperkuat dukungan teknis dalam negeri dengan menambah staf di tingkat nasional dan lapangan.
Sasaran:
– Memperbaiki pelaksanaan pelayanan DOTS di seluruh negeri dengan membentuk kemitraan yang efektif dengan provider
kesehatan di sektor lain (publik-gabungan publik & publik - gabungan swasta), dan penyediaan dukungan teknis yang
berkesinambungan.
4. Program gizi nasional
(upaya perbaikan gizi masyrakat)
Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditanggulangi Masalah
gizi yang utama di Indonesia:
a.Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
b. Anemia Gangguan Besi (AGB)
c. Kurang Energi Protein (KEP)
d. Kurang Vitamin A (KVA)
f. Faktor risiko:Perilaku (pengetahuan)
g. Tingkat sosial ekonomi
h. Pelayanan kesehatan
4. Program gizi nasional
(upaya perbaikan gizi masyrakat)
1. Penyuluhan gizi Deteksi dini
a. Pelayanan gizi rawat jalan (dalam gedung dan luar gedung)
b. Pembinaan gizi pada keluarga, posyandu dan institusi
c. Pencatatan dan pelaporan
d. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
e. Manajemen Program Perbaikan Gizi
f. Koordinasi lintas program dan lintas sektoral  Tim Pangan dan Gizi tingkat
desa dan Puskesmas
g. Kerjasama dengan organisasi lain
h. Evaluasi Program  Kesehatan Gizi Wilayah & Pelayanan Gizi di puskesmas
4. Program gizi nasional
(upaya perbaikan gizi masyrakat)
Indikator Keberhasilan
a. Pembinaan Kesehatan Wilayah Peningkatan peran serta masy
b. Peningkatan psp kader kes, guru uks, lsm
c. Penurunan angka KEP, defisiensi gangguan gizi
d. Pelayanan Puskesmas
e. Peningkatan ketrampilan staf puskesmas
f. Terselenggaranya penyuluhan terpadu
g. Terselenggaranya pelayanan kes holistik
5. Desa Siaga

1. Pengertian
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang bertanggung jawab
memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan
dan 2 orang kader desa. Di samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu (Depkes 2009).
2. Tujuan
tujuan pengembangan desa siaga (Depkes, 2006), adalah :
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
 
5. Desa Siaga

3. Sasaran Pengembangan
Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini dibedakan
menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
a. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, peduli,
dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya
b. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau
dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat
termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM,
swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
5. Desa Siaga

4. Indikator Keberhasilan Program


Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu : indikator input,
proses, output dan outcome (Depkes, 2009).
1.    Indikator Input
– Jumlah kader desa siaga.
– Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
– Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
– Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
– Tersedianya dana operasional desa siaga.
– Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
– Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
– Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
5. Desa Siaga

2.    Indikator proses


– Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya).
– Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
– Berfungsi/tidaknya poskesdes.
– Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
– Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis
masyarakat.
– Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
– Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.
5. Desa Siaga

3.    Indikator Output


– Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
4.    Indikator outcome
– Jumlah kunjungan neonates (KN2). – Meningkatnya jumlah penduduk
– Jumlah BBLR yang dirujuk.
– Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
yang sembuh/membaik dari
– Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I. sakitnya.
– Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
– Bertambahnya jumlah penduduk
– Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
– Jumlah keluarga yang punya jamban. yang melaksanakan PHBS.
– Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
– Berkurangnya jumlah ibu
– Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
– Adanya data kesehatan lingkungan. melahirkan yang meninggal dunia.
– Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
tertentu yang menjadi masalah setempat.
– Berkurangnya jumlah balita
– Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina. dengan gizi buruk.
6. Program pencengahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular
Pokok Persoalan dan Tantangan :
Kini suatu upaya yang terpadu sedang berjalan untuk mengembangkan Pengamatan Risiko
Terhadap Penyakit Tidak Menular (NCD Control), dengan mengadaptasi Rencana Global dan Regional.
Tiga komponen utama diadopsi, yaitu: pengamatan faktor-faktor risiko, upaya peningkatan kesehatan
yang terpadu dan penghantaran perawatan kesehatan yang direformasi. Dokumen ini diharapkan
akan selesai sebelum akhir tahun 2003.
Pendekatan STEPwise dari WHO untuk Pengamatan Faktor Risiko telah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia selama tahun 2002-03. STEP 1 juga telah dimasukkan ke dalam Survei Sosial
Ekonomi Nasional - Modul Kesehatan sebagai bagian dari SURKESNAS. Selain itu, dengan pendanaan
gabungan dari SEARO dan Kantor Negara, pendekatan Stepwise telah digunakan di bidang
demonstrasi mengarah pada pengembangan pendekatan yang berbasis komunitas dalam
pengawasan penyakit tidak menular.
6. Program pencengahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular
Disamping itu, instrumen- instrumen ini telah diperkenalkan oleh pemerintah setempat dan
juga universitas guna meningkatkan pengadopsian dari instrumen-instrumen ini untuk penerapan
yang lebih lanjut. Namun, rencana pembangunan nasional tentang pengamatan terhadap
penyakit yang tidak menular yang utama masih perlu dikembangkan untuk mencapai sebuah
konsensus dalam pengamatan terhadap penyakit yang tidak menular. Perbedaan dalam
pendekatan dari dasar penyakit dan fakto risiko berdasarkan pengamatan harus saling
melengkapi dan mendapatkan kepentingan yang seimbang.
Projek uji coba sedang berjalan di Depok dengan gabungan dana dari SEARO dan Kantor
Negara untuk mengembangkan pendekatan yang berbasis komunitas dalam pencegahan dan
pengawasan penyakit yang tidak menular yang utama. Ini adalah projek yang berlangsung lama,
terutama jika kita ingin melihat perubahan perilaku. Maka, upaya yang konsisten harus ada
supaya kita dapat mencapai suatu kesimpulan.
6. Program pencengahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular
Dalam waktu 2002-3, pertemuan-pertemuan persiapan telah dilakukan untuk membentuk suatu
jaringan nasional untuk pencegahan dan pengawasan dari penyakit yang tidak menular yang utama.
Meskipun sektor publik/ DepKes tetap menjadi agen utama bagi pergerakan ini, ada potensi yang
besar dalam sektor swasta seperti LSM yang sangat aktif dalam pencegahan dan pengawasan faktor
risiko dari penyakit yang tidak menular. Maka dari itu, jaringan ini perlu didukung lebih jauh lagi.
Tantangannya kini adalah untuk melanjutkan upaya-upaya dan untuk menyokong para pemegang
kepentingan yang utama untuk memungkinkan negara untuk mengantisipasi wabah penyakit yang
tidak menular yang akan datang.
Sasaran :
– Menerapkan Program Pembangunan Nasional untuk pencegahan dan pengawasan penyakit yang
tidak menular.
6. Program pencengahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular
Pokok Persoalan dan Tantangan :
Indonesia masih ketinggalan dalam upaya untuk memerangi kebutaan yang
diakibatkan oleh katarak. Dalam kurun waktu 2002-3 beberapa petugas pemerintah
telah mendapatkan pelatihan dalam Program Pengelolaan Perawatan Mata di Madurai
dan di beberapa tempat. Rencana Pembangunan Nasional untuk penanggulangan
kebutaan baru saja dikeluarkan, maka ini harus benar-benar didukung, dan terutama
bahwa Penglihatan 2020 bukan program prioritas teratas di negeri ini.
Sasaran :
– Penerapan dukungan teknis dalam rencana pembangunan untuk pencegahan dan
penanggulangan kebutaan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai