Anda di halaman 1dari 17

UNDANG-UNDANG DAN

ETIKA KEFARMASIAN

.Andhika Pratama Karya


Andi Nailah
Cornelia Tombilayuk
Dian Pertiwi Samad
Muliati vivi
UU No.35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika dan Permenkes No. 3 Thn
2017 Tentang Perubahan
Penggolongan Psikotropika
REGULASI & KEBIJAKAN
TENTANG NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA
DAN PREKURSOR (NPP)

• UNDANG-UNDANG No. 35/ 2009


• UNDANG-UNDANG No. 5/ 1997
• PP No. 40/ 2013
• PP 44/ 2010
• PP 25/ 2011
• PERMENKES No. 3/ 2015
NARKOTIKA
• Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Golongan Narkotika
• ”Narkotika Golongan I” adalah Narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan: Tanaman &
bahan dari Papaver, Coca, dll.
• ”Narkotika Golongan II” adalah Narkotika berkhasiat
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan: Metadon, Petidin dll
• ”Narkotika Golongan III” adalah Narkotika berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan:
Kodein, Buprenorpin, Dihidrokodein dll.
RUANG LINGKUP PENGATURAN NARKOTIKA
• Segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang
berhubungan dengan Narkotika.
• Jenis ; Pengadaan (Kebutuhan tahunan – Produksi
– Untuk Iptek – Penyimpanan – pelaporan); Ekspor
& Impor (Izin, SPE, SPI, pengangkutan, transito,
pemeriksaan,) Peredaran(penyaluran-penyerahan);
Label & Publikasi;, Rencana Kebutuhan,
Pengadaan); Pengobatan; Rehabilitasi; Pembinaan
& Pengawasan; Pencegahan, Pemberantasan;
Penyidikan, Penuntutan, Pengadilan; Peran Serta
Masyarakat, Ketentuan Pidana; Ketentuan
Peralihan; Ketentuan Penutup.
PSIKOTROPIKA
• Psikotropika adalah zat/bahan
baku atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan
perilaku.
Golongan Psikotropika
• Golongan I: mempunyai potensi yang
sangat kuat dalam menyebabkan
ketergantungan dan dinyatakan sebagai
barang terlarang.
Contoh: ekstasi (MDMA = 3,4-Methylene-
Dioxy Methil Amphetamine), LSD
(Lysergic Acid Diethylamid), dll.
• Golongan II: mempunyai potensi yang
kuat dalam menyebabkan ketergantungan.
Contoh: amfetamin, metamfeamin (sabu),
dan fenetilin.
Golongan Psikotropika
• Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam
menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan
untuk pengobatan tetapi harus dengan resep
dokter.
Contoh: amorbarbital, brupronorfina, dan mogadon
(sering disalahgunakan).
• Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam
menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan
untuk pengobatan tetapi harus dengan resep
dokter.
Contoh: diazepam, nitrazepam, lexotan (sering
disalahgunakan), pil koplo (sering disalahgunakan),
obat penenang (sedativa), dan obat tidur
(hipnotika).
RUANG LINGKUP PENGATURAN PSIKOTROPIKA
• Segala kegiatan yang berhubungan dengan
psikotropika yang mempunyai potensi
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
• Jenis ; Produksi; Peredaran (penyaluran-
penyerahan); Ekspor & Impor (termasuk
pengangkutan, transito, pemeriksaan,); Label &
Iklan; Kebutuhan tahunan & Pelaporan; Pengguna
Psikotropika & Rehabilitasi; Pemantauan;
Pembinaan & Pengawasan; Pemusnahan; Peran
Serta Masyarakat, Ketentuan Pidana; Ketentuan
Peralihan; Ketentuan Penutup.
PENGGUNAAN NARKOTIKA
 Narkotika hanya dapat digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
 Narkotika Golongan I dilarang digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
 Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I
dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan IPTEK dan untuk reagensia
diagnostik, serta reagensia laboratorium
setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas
rekomendasi Kepala Badan P OM.
PREKURSOR
• Prekursor Narkotika adalah zat
atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan
dalam pembuatan Narkotika
dan atau Psikotropika.
GOLONGAN & JENIS PREKURSOR
• Tabel I (bahan awal dan pelarut yang sering
digunakan dan diawasi lebih ketat ): Acetic
Anhydride, N-Acetylanthranilic Acid, Ephedrine,
Ergometrine, Ergotamine, Isosafrole, Lysergic
Acid, 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone,
Norephedrine, 1-Phenyl-2-Propanone, Piperonal,
Potassium Permanganat, Pseudoephedrine,
Safrole.
• Tabel II: Acetone, Anthranilic Acid, Ethyl Ether,
Hydrochloric Acid, Methyl Ethyl Ketone,
Phenylacetic Acid, Piperidine, Sulphuric Acid,
Toluene.
PENYALURAN NARKOTIKA
INDUSTRI PBF TERTENTU SPSF pemerintah
FARMASI tertentu
• pedagang besar  pedagang besar  rumah sakit
farmasi tertentu; farmasi tertentu pemerintah;
• apotek; lainnya;  pusat
• sarana  apotek; kesehatan
penyimpanan  sarana masyarakat;
sediaan farmasi penyimpanan dan
pemerintah sediaan farmasi  balai
tertentu; dan pemerintah pengobatan
• rumah sakit tertentu; pemerintah
 rumah sakit; dan tertentu
 lembaga ilmu
pengetahuan;
PENYERAHAN NARKOTIKA
Penyerahan Narkotika hanya dapat
dilakukan oleh:
a. apotek;
b. rumah sakit;
c. pusat kesehatan masyarakat;
d. balai pengobatan; dan
e. dokter.
 Contoh Kasus Penyalahgunaan
Pendistribusian dan Penggunaan
Narkotika
Kasus jerat hukum Tenaga kefarmasian salah satu
Apotek di Sulawesi Tenggara thn 2017 menjual obat
PCC (Paracetamol Caffein Carisoprodol) jenis
Somadril dan Tramadol dengan barang bukti 2.631
butir. Menyebabkan 50 korban diantaranya 1 tewas.
Tersangka dijerat dengan pasal 147 UU Kesehatan
dan Pasal 114 ayat (1) UU Narkotika

Kasus penggunaan Amfethamin oleh sejumlah artis


salah satunya mantan vokalis Kerispatih Inisial SS
dengan seberat 0,366 gram.Tersangka dijerat UU No.
35 Thn 2009 Pasal 112 Ayat (1).

Anda mungkin juga menyukai