Anda di halaman 1dari 30

HUKUM KEDOKTERAN

Di Indonesia, dasar hukum untuk tindakan medis diatur dalam


1. Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 585
Tahun 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medis
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran (Pasal 39, 45)
3. Undang-undang Nomer 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
(Pasal 37)
4. Undang-Undang Nomer 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
PERBANDINGAN ETIK PROFESI
& HUKUM
ETIK PROFESI HUKUM
Persamaan Keduanya mrpk norma yg mengatur perilaku
manusia dlm masy.
Perbedaan 1. mengatur perilaku 1. mengatur perilaku
pelaksana/ manusia pd
pengemban profesi; umumnya;
2. dibuat bdsrkan 2. dibuat lembaga
konsensus antara resmi negara yg
para pelaksana; berwenang bg
semua org;
3. kekuatan mengikat u/ 3. mengikat sbg
satu wkt tertentu & sesuatu yg wajib
mengenai satu hal ttt; scr umum sampai
dicabut;
PERBANDINGAN ETIK
PROFESI & HUKUM (2)
ETIK PROFESI HUKUM
Perbedaan 4. sifat sanksinya 4. sifat sanksinya
moral psikologis; berupa derita
jasmani/ materi;
5. macam sanksi dpt 5. macam sanksi dpt
berupa diskreditasi berupa pidana ganti
profesi; rugi atau tindakan;
6. kontrol & penilaian 6. kontrol & penilaian
dilk organisasi dilk o/ masy &
profesi terkait. penegak hukum
struktural.
ETIKOLEGAL
Sejak berlakunya UU Pradok, beberapa pelanggaran etik, diangkat
menjadi legal yg ada sanksinya
Pelanggaran etik  legal yaitu :
1. Tidak merujuk pasien (pasal 10 KODEKI & pasal 51 huruf b UU
Pradok).
2. Tidak mengikuti perkembangan Iptekdok (pasal 17 KODEKI &
pasal 51 huruf e UU Pradok)
3. Melanggar Wajib Simpan Rahasia Kedokteran (pasal 12 KODEKI
& pasal 51 huruf c UU Pradok)
4. Tidak memberikan pertolongan darurat sbg tugas peri-
kemanusiaan (pasal 13 KODEKI  pasal 51 huruf d UU Pradok &
pasal 190 UU No.36 tahun 2009 ttg Kesehatan).
KEWAJIBAN HUKUM DOKTER
DALAM UU PRADOK
 Kewajiban hukum dokter yg melakukan praktik kedokteran
mengacu pada aturan dlm UU Pradok sbg lex specialis.
 Kewajiban hukum tsb td :
 Kewajiban administrasi &
 Kewajiban terhadap pasien
PERJANJIAN/ TRANSAKSI
TERAPEUTIK
Sifat perjanjian/ transaksi terapeutik ”inspanningverbintenis”
(perjanjian upaya) dg ciri-ciri:
 Dokter ber “upaya” maksimal agar pasien sembuh
 Dokter tidak boleh menjanjikan kesembuhan pasien sbg hasil
(bukan resultaatsverbintenis).
KEWAJIBAN HUKUM THD PASIEN
DLM PASAL 51 UU PRADOK
a. Memberikan yanmed sesuai dg std profesi dan std prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien;
b. Merujuk pasien ke dokter lain yg mempunyai keahlian atau kemampuan yg
lebih baik, apabila tdk mampu melk pemr/ pengobatan;
c. Merahasiakan segala sesuatu yg diketahuinya ttg pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
d. Melk pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada org lain yg b’tugas & mampu melakukannya.
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau KG
Penganiayaan(ps.351 KUHP)
Abortus Provocatus
(ps.346,347,348,349 KUHP;
ps 194 UU No.36/2009)
SENGAJA
Euthanasia (ps. 344 KUHP)
Melanggar kewajiban dlm
UU Pradok
(ps. 75-79 UU Pradok)
PIDANA
Tdk menolong px Gadar tnp
uang muka (ps.90 UU Kes)

Menimbulkan kematian
(ps.359 KUHP)
KELALAIAN *

*) oleh dokter ps. 361 KUHP anc Menimbulkan luka berat


pidana (+) ⅓ ; pencab Hak; (ps.360 KUHP)
pengumuman ptsan hakim
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
DLM KUHP
 Pasal-2 KUHP yg sering diancamkan pd dokter:
 Ps 351 KUHP ttg penganiayaan;
 Tuduhan malpraktik (ps 359, 360 dan 361 KUHP);
 Ps 322 KUHP ttg pelanggaran rahasia kedokteran;
 Abortus Provocatus (ps 346,347,348 KUHP atau UU Kesehatan).
 Euthanasia (ps 344 KUHP).
PELANGGARAN
THD KEWAJIBAN ADMINISTRASI

 Praktik tanpa memiliki STR  pidana penjara 3 tahun atau denda


maksimal Rp.100.000.000,- (pasal 75 ayat 1).
 Praktik tanpa memiliki SIP  pasal 76

 Praktik tanpa memasang papan nama  pidana 1 tahun kurungan


atau denda Rp.50.000.000,- (pasal 79 a).
 Praktik tanpa membuat RM sesuai Permenkes  pasal 79 b

 Praktik tidak mengikuti standar pelayanan  pasal 79 c


UU NO 36 TAHUN
2009 TTNG
KESEHATAN
BAB XX PASAL 190
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan
pertama terhadap pasien yang dalam keadaan
gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau
Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
PERSYARATAN ABORSI
(PASAL 76 UU KESEHATAN)
 Aborsi hanya dpt dilakukan :

a. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dr hari I Haid


terakhir, kec dlm hal kedaruratan medis
b. Oleh tenaga kesehatan yg memiliki keterampilan dan kewenangan
yg memiliki sertifikat yg ditetapkan oleh menteri
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
e. Penyedia layanan kesehatan yg memenuhi syarat yg ditetapkan oleh
Menteri.
 Ps. 75 ayat 2
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
PASAL 194
dengan sengaja melakukan
 Setiap orang yang

aborsi tidak sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
 Ps. 128 ayat 2

(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah,


pemerintah daerah, dan masyarakat harus
mendukung
ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
INFORMED
CONSENT
SETIAP MANUSIA BERHAK UNTUK BERPERAN SERTA
DAN MENENTUKAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
YANG MENYANGKUT DIRINYA.
PENGERTIAN
 “Kata consent berasal dari bahasa Latin consentio, yang artinya
persetujuan. Menyetujui dalam pengertian yang lebih luas ialah
memberi wewenang kepada seseorang untuk melakukan sesuatu”.
 Dengan demikan Informed Consent berarti suatu pernyataan setuju
oleh pasien secara sadar, bebas dan rasional setelah memperoleh
informasi yang dipahaminya dari dokter tentang penyakitnya.
 Kata “dipahami” harus digarisbawahi, karena pemahaman suatu
informasi oleh dokter belum tentu dipahami juga oleh pasien.
TUJUAN INFORMED CONSENT
 1. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan
tanpa sepengetahuannya.
Misalnya prosedur medis yg tdk perlu & tanpa dasar, penyalahgunaan
pemakaian alat-alat canggih yg memerlukan biaya tinggi. Di pihak lain,
prosedur tsb dpt memberi perlindungan kpd dokter apabila timbul suatu
tuntutan. Ia bisa dianggap lalai bila tdk melakukan pemeriksaan tertentu,
shg menimbulkan hasil negatif (adverse outcome)

 2. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yg


tdk terduga dan bersifat negatif. Misal nya thd “risk of treatment” yg tdk
mungkin dihindarkan, walaupun dokter sdh berusaha semaksimal
mungkin serta bertindak dg hati-hati dan teliti
TUJUAN INFORMED CONSENT
3. Melindungi dokter dari Error of Judgement
- Seorang dokter adalah manusia biasa, yg tdk terhindar dari kesalahan dan
kekeliruan. Diagnosis yg ditegakkan dan terapi yg diberikan itu bisa keliru,
namun dlm batas-batas tertentu (sepanjang dia bekerja secara lege artis),
dokter itu tdk dpt dipersalahkan.
- Lain halnya, jika ia melakukan suatu kesalahan besar karena kelalaian
(negligence) yg oleh dokter yg lainnya tdk akan dilakukan. Hal tsb dpt terjadi
karena unsur ketidaktahuan (ignorance) thd ilmu medis yang terus
berkembang pesat, dan sdh menjadi standar medis. Bila itu yg terjadi,maka
dia tetap dpt dipersalahkan.

Maka dlm KODEKI pasal 18 dikatakan “Setiap dokter hendaklah senantiasa


mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia kepada cita-cita
yg luhur”
FORMAT INFORMED
CONSENT
 Persetujuan tertulis, biasanya diperlukan untuk tindak medik yang
mengandung risiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam Permenkes No.
585/MenKes/Per/IX/1989 Pasal 3 Ayat (1) yang intinya setiap tindak medik
yang mengandung risiko cukup besar mengharuskan adanya persetujuan
tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang
adekuat tentang perlunya tindak medik dimaksud serta risiko yang
berkaitan dengan itu.
 Persetujuan lisan, biasanya diperlukan untuk tindak medik yang bersifat
non-invasif (tindak medik yang tidak secara langsung mempengaruhi
keutuhan anatomi/fungsi jaringan tubuh), dan tidak mengandung risiko
besar terhadap pasien.
 Persetujuan secara tersirat, dapat diterima bila Informed Consent secara
eksplisit tidak perlu diberikan, misalnya: pasien yang akan disuntik vaksin
atau diperiksa tekanan darahnya akan menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
MALPRAKTIK
Dalam implementasinya, malpraktik kedokteran adalah :
a. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi;
b. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban
(negligence).
c. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan aturan perundang-
undangan.
SYARAT-SYARAT
MALPRAKTIK
Setiap dokter yang mengerjakan tindak medik dikatakan telah melakukan malpraktik
kedokteran bila ada syarat-syarat:
 Dia tidak kompeten di bidangnya, yang berarti tidak memenuhi Standar Kompetensi
Dokter;
 Mengerjakan tindak medik yang tidak sesuai dengan Standar Profesi Medik;
 Mengerjakan tindak medik yang tidak sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
yang berlaku di tempatnya bekerja;
 Mengerjakan tindak medik tanpa ada persetujuan dari pasien atau keluarganya
(Informed Consent);
 Dilanggarnya rahasia dokter;
 Dilanggarnya nilai etik dan kesusilaan umum;
 Praktik dokter tidak sesuai dengan kebutuhan medik pasien;
 Dilanggarnya hak-hak pasien.
KELALAIAN
Kelalaian dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu malfeasance,
misfeasance dan nonfeasance.

Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau


tidak tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan
tindak medik tanpa indikasi yang memadai (pilihan tindak medik
tersebut sudah improper).
Misfeasance berarti melakukan pilihan tindak medik yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat (improper performance), misalnya
melakukan tindak medik dengan menyalahi prosedur.
Nonfeasance adalah tidak melakukan tindak medik yang merupakan
kewajiban baginya.
Suatu perbuatan atau sikap dokter atau dokter gigi dianggap lalai apabila
memenuhi empat unsur di bawah ini, yaitu:

a. Ketidak-patuhan terhadap Duty atau kewajiban dokter dan dokter gigi


untuk melakukan sesuatu tindakan atau untuk tidak melakukan sesuatu
tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi yang
tertentu

b. Dereliction of the duty atau penyimpangan dari kewajiban


tersebut.

c. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan/kedokteran yang diberikan
oleh pemberi layanan.

d. Direct causal relationship atau hubungan sebab akibat yang


nyata. Dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab-akibat antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya merupakan
“proximate cause”.
KELALAIAN/ KEALPAAN
Kelalaian/ kealpaan bukan kesengajaan, tetapi
akibat bkn merupakan kebetulan (sdh dpt diperkirakan
sblmnya) dan akibat merupakan hal yang dilarang.

Ringan (Culpa Levis) Perdata

Jenis
Kelalaian
Berat (Culpa Lata) Pidana
RISIKO VS MALPRAKTIK MEDIK
Transaksi Terapeutik
Persetujuan Tindakan Medik
Cacat/ Mati Akibat Tind Dokter

• Sesuai std yanmed. • Tdk sesuai std yanmed.


• Ada antisipasi penduga2 atau • Tdk ada antisipasi
penghati2 penduga2/penghati2
• Bkn kelalaian/ kesalahan • Tdpt kelalaian/kesalahan
• Ada upy pnanggulangan yg tlh • Tdk ada upaya pnanggulangan yg
disiapkan disiapkan
• Terdapat Contributory • Contrib. Negligence (-)
Negligence

Ada alasan pmbenar & Tdk ada


Alasan pemaaf Alasan Penghapus pidana
(ps. 359,360,361 KUHP)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai