Anda di halaman 1dari 17

MENENTUKAN IDE

POKOK
Pengertian

 Gagasan utama/ide pokok


Gagasan yang mendasari suatu paragraf
 Kalimat utama
Kalimat yang berisi gagasan/tema
paragraf
 Kalimat Penjelas
Kalimat yang berfungsi menjelaskan
kalimat utama.
Syarat Paragraf
 Kesatuan
kalimat-kalimat yang ada dalam satu
paragraf mendukung satu tema/pikiran
 Kepaduan
hubungan yang harmonis antarkalimat
dalam paragraf
 Pengembangan
teknik penyusunan gagasan dalam
paragraf
pembaca
eksplisit
Kalimat penjelas Kalimat utama

penulis
implisit
pikiran penjelas pikiran utama
Jenis Paragraf Berdasarkan Letak
Kalimat Utama
 Paragraf deduktif
kalimat utama terletak di awal paragraf

 Paragraf induktif
kalimat utama terletak di akhir paragraf

 Paragraf repetitif
kalimat utama terletak di awal dan akhir
paragraf

 Paragraf deskriptif
Kalimat utama terletak pada seluruh bagian
paragraf
Paragraf Deduktif
Sebagai telah penulis katakan di depan, sebuah
karangan argumentasi dikembangkan dalam dua
pola, yakni secara deduktif dan induktif. Dalam
argumentasi secara induktif, pengarang memulai
dari suatu kenyataan ke kenyataan lainnya dan
akhirnya membuat generalisasi. Sebaliknya,
sebuah cara kerja deduktif akan bermula dari satu
generalisasi, satu anggapan umumnya dan lalu
mencari bukti-bukti dan kenyataan-kenyataan untuk
membenarkannya. Dalam penulisan, dua metode
ini harus dilakukan dengan keseimbangan dan dua
metode ini saling mengisi (Parera, 1984:12)
Paragraf Induktif

Agar komunikasi itu terjadi dengan baik,


kedua belah pihak memerlukan bahasa
yang bisa dipakai bersama. Wujud
bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-
bunyi itu dapat disebut bunyi bahasa jika
dihasilkan oleh alat bicara manusia.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa bunyi bahasa itu sebagai alat
pelaksana bahasa.
Paragraf Repetitif
Fonemisasi merupakan cara atau prosedur
menemukan fonem-fonem yang ada dalam
suatu bahasa. Karena bunyi bahasa banyak
sekali jumlahnya, fonemisasi tidak berusaha
untuk mencatat semua bunyi yang ditemukan.
Tentunya, fonemisasi merupakan prosedur
menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi
dalam rangka pembedaan arti.
Paragraf Deskriptif
Pintu cendela dan rumah tetap tertutup.
Cahaya lampu tiada tampak. Kesempatan
beristirahat setelah sesiang tadi bekerja di
sawah, dipergunakan sebaiknya oleh
penghuninya (Ratsu, 1981:5)
Deduktif, induktif, repetitif,
deskriptif?
Perempuan ini berjalan mondar-mandir sepanjang
bangsal rumah sakit dengan raut wajah serius sambil
memegang setumpuk amplop biru ringan, berisi
sesuatu yang hanya diketahui oleh Tuhan. Dengan raut
wajah yang kaku ia menunjukkan bahwa surat itu
sangat penting sehingga harus dikirimkan. Semua
perempuan yang ada di bangsal itu mengerti isi surat
tersebut, walaupun tentu saja apa yang biasa mereka
pahami hanyalah maksud yang ada di baliknya. Bukan
huruf-huruf khusus yang mengandung maksud, juga
bukan bentuk tulisan yang dipilih si penulis surat
untuk menyembunyikan kerinduannya. Kerinduan
yang menyedihkan, yang terlihat jelas seperti siang
hari, juga bukan soal bualan tentang pilihan hatinya,
seorang insinyur yang tinggal di kota lain, bernama
Valery.
Berdasarkan tambo masyarakat Minangkabau, lengkung atap
rumah Gadang yang berbentuk seperti tanduk kerbau berasal dari
kisah kemenangan kerbau mereka dalam pertandingan melawan
kerbau dari kerajaan Jawa. Sebagaimana yang tertulis pada
hikayat Raja-Raja Pasai, Raja Majapahit menyuruh patih Gajah
Mada untuk pergi menaklukkan pulau Perca dengan membawa
seekor kerbau yang akan diadu dengan kerbau patih Sewatang,
perdana menteri kerajaan Minangkabau. Armada Gajah Mada
masuk dari Jambi dan sampai perbatasan Minangkabau. Saat itu,
patih Sewatang tidak membawa kerabau yang sebanding dengan
kerbau patih Gajah Mada tetapi membawa anak kerbau yang
telah beberapa hari tidak menyusu pada induknya. Anak kerbau
itu diberi minang (benda kecil, pendek, dan runcing yang
menyerupai tanduk) yang dipasangkan pada kepala bagian kanan
dan kiri. Ketika anak kerbau itu dilepaskan, ia segera mengejar
kerbau Gajah Mada yang besar dan menyeruduk ke bawah
kelangkang kerbau itu hingga perut kerbau besar itu robek dan
akhirnya ia pun mati. Kerbau kecil itu pun akhirnya menang.
Berdasarkan peristiwa itu, masyarakat Minangkabau menjadikan
tanduk kerbau sebagai simbol suku Minangkabau.
Perilaku berupa tindakan kekerasan dan pembunuhan
karena harga diri dan kehormatan juga ditemukan
dalam kebudayaan Madura, yang dikenal dengan
istilah carok. Jika tindakan pembunuhan yang terjadi
dalam kebudayaan Bugis dan Mandar di Sulawesi
Selatan cenderung dikaitkan dengan ungkapan dotaitau
mate pieera anna da mate tambai yang artinya “lebih baik
mati berdarah daripada mati lapar”, dalam
kebudayaan Madura, pembunuhan (carok) cenderung
dikaitkan dengan ungkapan ango’an poteya tolang
etembang poteya mata, yang artinya “ lebih baik mati
putih tulang daripada menanggung perasaan malu
(putih mata). Bahkan ungkapan yang lebih tegas
adalah “tambhana todus, mate”, yang artinya”obatnya
malu adalah mati”. Makna kedua ungkapan dalam
kebudayaan tersebut adalah tindakan pembunuhan
perlu dilakukan untuk membela dan mempertahankan
harga diri serta kehormatan.
Pendukung Kepaduan Paragraf
 Pemakaian kata kunci
mengulang kata kunci untuk menekankan
bagian tertentu

 Pemakaian kata ganti tertentu


memadatkan informasi dan uraian yang
membosankan

 Pemakaian kata-kata transisi


menggunakan kata sambung agar perpindahan
antarkalimat mengalir dengan baik
Kata kunci, kata ganti, kata-kata
transisi?

Talim dengan lincah memerankan kendang. Setiap kali


musik mulut berbunyi, tidak henti-hentinya ia
menirukan suara kendang yang disesuaikan dengan
irama gamelan. Tidak mengherankan
kerongkongannya menjadi kering dan ia mengeluh
haus menyelingi suara kendangnya. Sedang Kusen
memerankan suara peking dan siter. Kalau peking dan
siter harus berbunyi pada saat yang sama, dengan
cekatan Tembong mengambil suara siter, padahal suara
gong juga harus berbunyi. Meskipun demikian, suara
gamelan mulut mereka tidak terdengar semrawut, justru
memberi kesan cukup teratur, apalagi dengan iringan
suara Sukinem yang menjadi sinden. (Cikar Bobrok,
1999:93)
 Awalnya para mahasiswa memiliki kebiasaan
berdiskusi tentang sastra dalam obrolan di warung
kopi. Kemudian, sekelompok mahasiswa tersebut
membentuk wadah yang disebutnya sebagai
“penggiat” atau kelompok mahasiswa sastra. Gejala
tersebut merambah pada mahasiswa lain. Tidak
sekadar satu kampus, mahasiswa kampus lain pun
tertarik untuk bergabung dalam wadah itu.
Akhirnya, penggiat tidak lagi menjadi wadah
obrolan di warung kopi tetapi telah menjadi wadah
penuangan ide, dan kegiatan sastra para mahasiswa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai