Anda di halaman 1dari 13

Tutor

Farmakoterapi
Diare
Kasus
Seorang ibu membawa anaknya, bayi laki-laki, usia 4 bulan, dengan
keluhan diare sejak 2 hari SMRS disertai dengan tinja yang berwarna
dempul, BAK berwarna kuning kecoklatan, konsistensi cair, ½ gelas air
kemasan, frekuensi 6 x/hari. Pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak
sakit, Nadi 150x/menit, Respirasi:46x/m Suhu badan:36,9oC, Kepala: mata
cekung, air mata (+), mukosa bibir kering, turgor kulit kembali cepat, ubun-
ubun cekung. Thorax: dalam batas normal, Abdomen: Cembung, lemas,
bising usus normal, Hepar: normal. normal. Ekstremitas
normal.Laboratorium: Hb: 10,4 gr/dl, Lukosit 5.700/mm3, Ht: 31,5%,
Thrombosit: 498.000/mm3. Natrium 135 mEq/L, Kalium 3,8 mEq/L,
Chlorida 97 mEq/L.
Definisi Diare

Menurut WHO Pengertian diare


adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih
dalam satu hari (24 jam). Diare
merupakan penyakit yang terjadi ketika
terdapat perubahan konsistensi feses
selama dan frekuensi buang air besar.
Seseorang dikatakan diare bila feses lebih
berair dari biasanya, atau bila buang air
besar tiga kali atau lebih, atau buang air
besar berair tapi tidak berdarah dalam
waktu 24 jam (Depkes, 2009).
Etiologi
01 Gangguan keseimbangan dari absorpsi dan
sekresi air dan elektrolit

02 Melabsorbsi karbohidrat dan atau karena


makanan

03 Disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit.


Epidemiologi

Diare menjadi suatu masalah global yang


mengakibatkan kematian 2.195 anak setiap
hari dan melebihi total kematian kombinasi
AIDS, malarian serta measles. (Liu dkk,
2012). Di negara maju insidensi penyakit
diare terdapat 0,5-2 pertahun dan di negara
berkembang lebih dari dari negara maju.
Penderita diare di Indonesia pada tahun 2016
mencapai 6.897.463 penderita. (Kemenkes
RI, 2017). Tingginya angka kejadian diare di
Indonesia diakibatkan oleh kondisi sanitasi
dan air minum yang belum baik
(Komarulzaman dkk, 2017).
Place Your Picture Here
Patofisiologi

Absorpsi dan sekresi air dan elektrolit dalam sistem pencernaan


merupakan proses yang dinamis dan seimbang. Bila terjadi gangguan pada
proses ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan yang menghasilkan
diare (usia 0-12 tahun > 10 ml/ kg/hari dan usia> 12 tahun >200 gram/hari)
(Whyte and Jenkins, 2012; Guandalini, 2018).

Diare dibagi menjadi dua yaitu diare osmotik dan diare


sekretori. Diare osmotik terjadi senyawa/ partikel aktif berada di
Iumen yang menghasilkan banyak pergerakan cairan secara pasif
menuju lumen usus. Diare sekretori terjadi ketika mukosa usus
mensekresikan jumlah cairan yang berlebih kedalam lumen usus
yang diakibatkan oleh toksin atau abnormalitas pergerakan usus
(Whyte and Jenkins, 2018). ations.

Virus, bakteri dan parasit merupakan penyebab terjadinya


diare. Virus penyebab diare meliputi rotavirus, norovirus, dan
adenovirus. Bakteri penyebab diare meliputi shigella, salmonella,
campylobacter, aeromonas, V. cholera dan C. difficile. Sedangkan
parasit penyebab diare meliputi giardia, E histolytica, dan
cryptosporidium (Walker dkk, 2010).
Your Picture Here

Manifestasi
Klinik

Diare berdampak pada peningkatan


frekuensi defekasi dan penurunan
konsistensi. Mengenal manifestasi klinik
seperti konsistensi, warna, volume dan
frekuensi pada penderita diare dapat
digunakan untuk mengetahui sumber
penyebab diare (berasal dari usus besar atau
usus kecil). Flatulensi yang dihubungkan
dengan bau yang khas dari feses diduga
diakibatkan infeksi Giardia Lamblia.
Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium pada feses pasien meliputi :
 Pemeriksaan ova dan parasit
 Hitung Jumlah Leukosit
 pH level : pH level< 5.5 atau ditemukannya
reducing substances mengindikasikan intoleransi
terhadap karbohidrat yang umumnya virus adalah
penyebab sekundernya.
 Pemeriksaan eksudat untuk keberadaan leukosit
 Kultur bakteri
 Enzyme Immunoassay untuk rotavirus dan
adenovirus antigen
 Serum albumin level : Salmonella spp dan E.coli
 Anion gap untuk menentukan jenis diare (osmolar
atau sekretori)
 Intestinal biopsy (diare kronik) untuk mengetahui
penyebabnya (C/ AIDS atau Neoplasma)
Penatalaksanaan
Insert Your Image

Lanjutan…

Pengobatan empirik menggunakan antibiotika


direkomendasikan pada kondisi sebagai berikut.
• Infants dengan umur < 3 bulan yang diduga bakteri
sebagai etiologinya.
• Pasien imunokompeten yang terdokumentasi menderita
demam pada layanan kesehatan, sakit abdominal,
terdapat darah pada feses, dan diduga akibat Shigella
spp.
• Pasien yang baru saja melaksanakan perjalanan dan
menderita demam ≥38.5OC dan/atau terdapat tanda
tanda sepsis (Lemah).
Terapi empirik untuk infants < 3 bulan menggunakan
sefalosporin generasi ke 3 atau azitromisin, bergantung
pada pola lokal bakteri atau daerah perjalanan yang
dikunjungi sebelumnya. Setelah hasil kultur bakteri
diketahui maka switching terhadap antibakteri yang lebih
sempit direkomendasikan seperti yang tertera pada tabel 3
(Shane dkk, 2017).
SOAP
SUBJEK
• Bayi laki-laki, usia 4 bulan
• Keluhan diare sejak 2 hari SMRS disertai dengan tinja yang berwarna
dempul, BAK berwarna kuning kecoklatan, konsistensi cair, ½ gelas
air kemasan, frekuensi 6 x/hari
OBJEK
• Pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak sakit, Thorax: dalam batas
normal
• Kepala: mata cekung, air mata (+), mukosa bibir kering, turgor kulit
kembali cepat, ubun-ubun cekung.
• Abdomen: Cembung, lemas, bising usus normal, Hepar: normal.
Ekstremitas normal.
Nadi 150x/menit Tinggi (60-100 x/menit)
Respirasi 46x/menit Tinggi (12-20 x/menit)
Suhu badan 36,9°C Normal
Hb: 10,4 gr/dl Rendah (13-16 mg/dL)
Lukosit 5.700/mm3 Normal (5.700 -18.000/mm3)
Ht: 31,5% Rendah (45-55%)
Thrombosit: 498.000/mm3 Tinggi (150.000-400.000/mm3)
Natrium 135 mEq/L Normal (135-145 mEq/L)
Kalium 3,8 mEq/L Normal (3,5 – 5 mEq/L)
Chlorida 97 mEq/L Normal (95-105 mEq/L)
Lanjutan…
ASISSMENT
Berdasarkan data subjek dan objek pasien kemungkinan mengalami
diare dengan tingkat dehidrasi ringan/ sedang. Karena pasien mengalami
mata cekung, mulut kering
PLANNING
 Non Farmakologi
• Hindari makan dan minum yang tidak bersih
• Cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan setelah BAK BAB
• Gunakan air bersih untuk memasak
• Makan makanan yang bergizi seperti sayuran, buah buahan
 Farmakologi (IDSA, 2017)
1. Terapi oral rehidrasi untuk infant dan anak-anak 50-100 mL/kg bb
selama 3-4 jam
2. Pengobatan empiris dengan antibiotik menggunakan sefalosforin
generasi ke-3 atau azitromisin bila hasil kultur bakteri positif,
pengobatan antibiotik bberdasarkan patogennya.
3. Zink diberikan ½ tablet (10 mg) selama 10 hari berturut-turut.

EDUKASI
4. Penuhi kebutuhan cairan pasien dengan oralit
5. Asupan makanan yang bergizi
6. Menjaga kebersihan tempat makan dan minum bayi
7. Tetap memberikan ASI bila bayi mau
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai