Modul 1
Batuk & Sesak
pada Dewasa
Skenario 1
Anggota: • Ade Nurul C011191112
• Asty Suci Ramadani C011191094
• Raimond Loa C0111191230
• Imam Adrian Rakhman C011191014
• Dzulkifli Lukman C011191074
• Andi Fitri Atiqah R. M. C011191036
• Raihan Ahmad Biruni S. C011191132
• St. Faradillah C011191104
• Irfan Ardiansyah C0111911541
• Annisa Fitriah C011191212
• William Wirijanto C011191172
• Rante Kada, Sindi Wati C011191248
• Muh. Soultan Chaeran H.C011191056
Skenario 1
Penderita laki-laki 30 tahun, pekerjaan wiraswasta, datang ke poliklinik RS dengan
keluhan batuk lebih 2 minggu, dahak kehijauan disertai sedikit bercak darah. Kadang-
kadang merasa demam dan agak sesak napas. Penderita juga mengeluhkan nyeri dada
sebelah kanan. Pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 110/70, nadi 100
kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu 37,8 OC. Pemeriksaan toraks didapatkan
bunyi perkusi redup apeks paru kanan, auskultasi terdapat ronki basah sedang pada
daerah redup. Riwayat merokok sejak 10 tahun lalu, rata-rata habis sebungkus dalam
sehari. Penderita baru berhenti merokok 2 minggu terakhir.
KATA KUNCI
1. Umur 30 tahun
2. Nyeri dada sebelah Kanan
3. Demam
4. Sesak Napas
5. Batuk >2 minggu
6. Dahak lendir hijau + bercak darah
7. Perkusi pada apeks paru: Bunyi Redup
8. Ronki basah pada daerah redup
9. Causa rokok
PERTANYAAN INDIKATOR
1. Epidemiologi? Insidensi Kejadian?
2. Anatomi, Fisiologi, Histologi, Biokimia ?
3. Mekanisme Batuk ?
4. Dahak berwarna hijau ?
5. Klasifikasi suara patologis pernapasan ?
6. Hubungan riwayat merokok dengan penyakit ?
7. Pemeriksaan fisis dan Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis ?
8. Tatalaksana (Farmakologis dan Non-Farmakologis)
9. Differential Diagnosis (TB Paru, Pneumonia, PPOK, Kanker Paru)
10. Pencegahan Preventif ?
Cough
Cough is a modified respirator process
characterized by forced expiration. It is a
protective reflex an it is caused by irritation
of respiratory tract
https://youtu.be/fn1XjzXQrwY
Suara Napas Normal
1. Suara napas vesikuler bernada rendah,
terdengar lebih panjang pada fase inspirasi daripada
ekspirasi dan kedua fase bersambung. Suara napas
vesikuler pada kedua paru normal dapat meningkat
pada anak, orang kurus dan latihan jasmani,. Bila
salah satu meningkat berarti ada kelainan pada salah
satu paru. Suara vesikuler melemah kemungkinan
adanya cairan, udara, jaringan padat pada rongga
pleura dan
keadaan patologi paru.
2. Suara napas bronkial bernada tinggi dengan fase
ekspirasi lebih lama daripada inspirasi dan terputus.
3. Sedangkan kombinasi suara nada tinggi dengan
inspirasi dan ekspirasi yang jelas dan tidak ada silent
gaps disebut bronkovesikuler.
http:/repository.unand.ac.id15481/3/2011_penuntun_skills_lab.
pdf
PPT from : Shivshankar Badole, General Medicine Resident at MGM Medical College
Indore
Suara Napas AbNormal
1. Stridor : yaitu suara yang terdengar kontinu (tidak terputus-putus),
bernada tinggi yang terjadi baik pada saat inspirasi maupun pada saat
ekspirasi, dapat terdengar tanpa menggunakan stetoskop, bunyinya
ditemukan pada lokasi saluran napas atas (laring) atau trakea, disebabkan
karena adanya penyempitan pada saluran napas tersebut. Pada orang
dewasa, keadaan ini mengarahkan kepada dugaan adanya edema laring,
kelumpuhan pita suara, tumor laring, stenosis laring yang biasanya
disebabkan oleh tindakan trakeostomi atau dapat juga akibat pipa
endotrakeal.
3. Pleural friberciut, disertai ction rub
Adalah suara tambahan yang timbul akibat terjadinya peradangan
2. Crackles : Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pada pleura sehingga permukaan pleura menjadi kasar.
pembukaan kembali jalan napas yang menutup. Terdengar selama : Karakter suara : kasar, keluhan nyeri pleura.
inspirasi. Terdengar selama : akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak
• Fine crackles / krekels halus : dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar sangat baik pada
Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah- permukaan anterior lateral bawah toraks.
patah. Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang Terdengar seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat
digesekkan. telinga, jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan
ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan keluhan nyeri pleura.
• Krekels kasar : Bunyi ini dapat menghilang ketika nafas ditahan. Sering didapatkan
Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, pada pneumonia, infark paru, dan tuberculosis
suara gesekan terpotong.
Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika klien batuk. http:/repository.unand.ac.id15481/3/2011_penuntun_skills_lab.pdf
3. Wheezing (mengi) : Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya
lebih lama dari krekels.
Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat
ekspirasi. Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yang
menyempit/tersumbat sebagian.
Dapat dihilangkan dengan batuk.Dengan karakter suara nyaring, suara terus
menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik). Wheezing dapat
terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, dan
bahan iritan terhadap bronkus.
Diagnostic value of the physical examination in patients with dyspnea Cleveland Clinic
Journal of Medicine. Richard A. Shellenberger, DO., Bathmapriya Balakrishan., MD
Sindhu Avula, MD., Ariadne Ebel, DO., Sufiya Shaik, MD
Kandungan dalam rokok disertai Komplikasi
Penyakit
http://p2ptm.kemkes.go.id/infografhic/kandungan-dalam-sebatang-rokok-bagian-2
TB PARU
Tuberculosis (TB) Paru
PENDAHULUAN:
• Tuberculosis (TB) Paru merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh BTA,
Mycobacterium Tuberculosis
• Penyakit Kuno (>4000 tahun)
• Menyebar melalui udara
• Gejala: Batuk kronis, nyeri di dada, hemoptisis, lemas atau kelelahan, penurunan
berat badan, demam, sesak nafas, dan keringat malam
• Risiko merokok 2,3- 2,7 kali menderita tuberkulosis dibandingkan dengan yang
tidak merokok. Hubungan ini bisa dijelaskan bahwa dengan racun yang terdapat
dalam rokok merusak mekanisme pertahanan paru-paru (Disebabkan akumulasi sel-
sel inflamasi sehingga terjadi pelepsan Elastase dan Oksidan)
S U M B E R : G L O B A L T U B E R C U L O S I S R E P O R T, 2 0 1 9
HTTPS://APPS.WHO.INT/IRIS/BITSTREAM/HANDLE/10665/329368/97892415657
14-ENG.PDF?UA=1
Estimasi Insidens TBC menurut Regional, 2018
S U M B E R : G L O B A L T U B E R C U L O S I S R E P O R T, 2 0 1 9
HTTPS://APPS.WHO.INT/IRIS/BITSTREAM/HANDLE/10665/329368/97892415657
14-ENG.PDF?UA=1
Negara-negara dengan Beban Tinggi Berdasarkan TB, TB/HIV,
dan MDR-TB Menurut WHO Tahun 2016-2020
Sumber : TB Indonesia,2020
https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2020/05/data-tb-indonesia-27-april-2020-01.jpg
Prevalensi TBC menurut Karakteristik Umur, Pendidikan, dan Sosial Ekonomi
Pada tahun 2015 jumlah kasus TB BTA positif di propinsi Sulawesi Selatan terbanyak terdapat di Kota Makassar
sebesar 1.928 kasus yaitu 1.205 (62,5%) pada laki-laki dan 723 (37,5%) pada wanita. Sedangkan jumlah seluruh
kasus TB di Kota Makassar sebesar 3.639 kasus yaitu 2.192 (60,24%) pada laki-laki dan 1.447 (39,76%) pada
wanita. Kasus TB pada anak umur 0-14 tahun di Kota Makassar sebesar 210 kasus. Angka kesembuhan (Cure
Rate) Kota Makassar sebesar 1.214 (73,09%) dari 1.661 pasien TB BTA positif yang diobati
Yusran yunus, Muhammad. 2018 “FAKTOR RISIKO YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH PESISIR
KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR (WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RAPPOKALLING). Skripsi. FKM, Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin, Makassar (
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTRlZm
I5NzM4NTZjNWQyOGViN2MyZDBmNjFiZjZmZTVkY2QzODBlZA==.pdf
) diakses pada tanggal 29 September 2020
ANATOMI
Upper tract
• Nose(cavum nasi)
• Pharynx
Lower tract
• Larynx
• trachea
• bronchi
• broncioles
• alveoli
VENTILASI DIFUSI
PERFUSI TRANSPORTASI
• Fagositosis ditingkatkan oleh pengaktifan komplemen Opsonisasi Basil oleh produk-produk C3 aktif (mis. C3b).
• Setelah terbentuk Fagosom, kelangsungan hidup M. TB Bergantung pada proses pengasaman (Karena kurangnya akumulasi Proton-
Adenosin Trifosfatase Vesikel)
• Serangkian kejadian complex dicetuskan oleh Glikolipid Hambat kenaikan Ca2+ intraseluler
• Jalur Ca2+/Kalmodulin (Fusi Fagolisosom) terganggu Basil bertahan hidup dalam Fagosom
• Fagosom M. TB Hambat Pembentukan Fosfatidilinositol 3-Fosfat (PI3P) (Dalam keadaan normal, PI3P akan menandai Fagosom untuk
penyortiran dan pematangan membran, termasuk pembentukan fagolisosom yang akan menghancurkan bakteri.
• Faktor-faktor Bakteri Menghambat Pertahanan Autofagi Pejamu Pemisahan Fagosom oleh sel tersebut ke dalam suatu vesikel membran
ganda (Autofagosom) untuk didifusikan dengan Lisosom.
• Apabila Bakteri berhasil mencegah pematangan Fagosom Replikasi dimulai dan Makrofag pecah Membebaskan Basil yang terdapat di
dalamnya.
• Sel Fagositik lain yang belum terinfeksi akan direkrut untuk melanjutkan siklus infeksi Memakan makrofag yang sekarat sekaligus bersama
kandungan basilnya sehingga turut terinfeksi dan memperluas infeksi
• Beberapa penelitian meniliti bahwa adanya penanda biokimia seperti aktivitas ADA
(Adenosine Deaminase) untuk mendiagnosis TB pleuritis disebutkan kadar ADA >
47IU/L dalam cairan pleura dapat menunjukan ke arah TB
http://eprints.undip.ac.id/46258/3/Wizri_suhariani_22010111140172_LAP.KTI_bab_II.pdf
Etiologi
• Mycobacterium Tuberculosis
• Bersifat tahan asam dalam pewarnaan Ziehl
Neelsen
• Tahan terhadap suhu rendah (4-70 Celcius)
• Sensitif terhadap UV
• Dapat bersifat dorman
https://www.researchgate.net/figure/Microphotograph-of-TB-bacillus-
Mycobacterium-tuberculosis-on-an-oil-immersion-smear_fig1_236166795
McAdam AJ, Milner DA, Sharpe AH. Infectious diseases. In: Kumar V, Abbas
AK, Aster JC. Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 9th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2015. p. 371–6
Murray PR, Rosenthal KS, Pfaller MA. Medical microbiology. 8th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2016. p. 218–25
Patofisiologi
Patofisiologi
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1031/5/BAB%20II.pdf
Patogenesis Hemoptisis pada TB Paru
• Patogenesis hemoptisis TB Paru aktif Kavitasi dan peradangan
Ulserasi Bronkus atau Alveolus disekitarnya
• Kavitasi + Peradangan Nekrosis atau erosi pembuluh darah dinding
bronkus dan alveolus di sekitarnya
• Erosi Pecah Pembuluh darah Hemoptisis
• Patogenesis hemoptisis pada bekas TB Paru Kerusakan structural
parenkim paru dan pembuluh darah akibat Luasnya Lesi TB yang
telah diderita sebelumnya
• Penderita bekas TB dengan hemoptosis Memiliki lesi ektasis
bronkus sisa lesi lama berupa: Bronkiektasis, Hipervaskularisasi,
Pelebaran darah bronkial, Kavitas, Pembentukan pembuluh darah
kolateral anastomosis
Dr. dr. Yusup Subagio Sutanto Sp.P(K) FISR, Hemoptisis TB 2018
Patogenesis Hemoptisis pada TB Paru
CT Scan Thorax
Dr. dr. Yusup Subagio Sutanto Sp.P(K) FISR, Hemoptisis TB 2018 https://radiopaedia.org/cases/rasmussen-aneurysm-1
Patogenesis Hemoptisis pada TB Paru
• Erosi Lesi Kalsifikasi merupakan sebab lain hemoptisis Bekas TB
• Lesi Kalsifikasi membentuk Bronkolith di dekat pembuluh darah
dinding saluran napas.
• Gerakan saluran napas saat batuk menyebabkan erosi dinding
pembuluh darah oleh kalsifikasi Hemoptisis Masif
• Hemoptisis pada TB Pelepasan Faktor Pertumbuhan Angiogenik yang
memivu neovaskularisasi dan remodelling pembuluh darah pulmonal
• Vaskularisasi baru yang terhubung dengan system kolateral ini rapuh dan
cenderung rupture ke dalam saluran napas
• Peningkatan pembentukan pembuluh paru Penyakit Paru Kronis
(Bronkiektasis, Bronkitis kronis, TB, Mikosis paru, Abses paru kronis dan
penyakit neoplastik
Nawas, arifin. “Diagnosis dan Penatalaksanaan TB Paru”. FK, kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. (
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/moarifin.nawas/material/diagnosisdanpenatalaksanaantbparu08.pdf) diakses pada tanggal
30 September 2020
Pemeriksaan Fisis
• Tempat kelainan lesi paling dicurigai pada Apex Paru
• Bunyi redup pada perkusi
• Penurunan fremitus pada palpasi
• Penurunan bunyi napas pada auskultasi paru bila cairan efusi
sudah melebihi 300 ml
• Foto Thorax dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
terjadinya efusi pleura
• Ronki basah, kasar dan nyaring
Ana Majdawati, Diagnostic Test for Chest Radiography in Clinical Lung Simanjuntak E.S., Right Pleural Effusion Because Of Carcinoma
Tuberculose Patients, Bagian Radiologi Program Studi Pendidikan Dokter Mammae Dextra With Lung Metastatis, Medical Faculty University of
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Lampung
Pemeriksaan Patologi Anatomi
http://www.pathologyoutlines.com/topic/lungnontumortb.html
Pemeriksaan Patologi Anatomi
http://www.pathologyoutlines.com/topic/lungnontumortb.html
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Kavitasi pada
Tuberculosis
Granuloma Tuberculosis
Granuloma
Tuberculosis dalam
Interstitium Paru
Granuloma Paru
Granuloma dengan
Nekrosis Kaseosa
1. Pemeriksaan Bakteriologi:
• Menegakkan diagnosis
• Evaluasi hasil terapi
• Menentukan paduan OAT yang akan diberikan
• Bahan:
Berasal dari dahak
Bilasan Bronkus (BAL)
• Sputum (Bau Amis)
Sputum 3-5 ml (Kental, bukan ludah)
Sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu)
Sputum secara fisik yaitu dipilih yang kental, purulen berwarna hijau kekuningan, kadang ada
bercak darah agar dalam pembuatan sediaan menjadi berkualitas.
Loubue PA. .Diagnosis of Tuberculosis. In : Tuberculosis a comprehensive International Approach. Dr. dr. Yuyun Widaningsih, M.Kes, SpPK, Gambaran
Eds : Reichman LB, Hershfield ES, Marcel Dekker Company, New York ,2000. 341-75 Laboratorium Penyakit Sistem Pernapasan
Melakukan pemeriksaan
biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti
dan dapat mendeteksi Mycobacterium Tuberculosis
dan juga Mycobacterium Other Than Tuberculosis
(MOTT).
3. Pemeriksaan LED
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik tuberkulosis.Laju endap darah (LED)
jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan
nilai keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu respon terhadap pengobatan
penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit bisa
menggambarkan biologik / daya tahan tubuh penderita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju
endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberculosis. Limfositpun kurang spesifik
https://www.researchgate.net/figure/Postero-anterior-chest-X-ray-
showing-pulmonary-infiltrate-in-the-apex-of-the-right-
lung_fig3_234824629
Pemeriksaan
Radiologis
Konsolidasi, Kavitasi, Bercak
Infiltrate di Apex Pulmonis, Lobus
Dextra.
Raviglione MC. Tuberculosis. In: Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL,
Jameson JL, Loscalzo J, eds. Harrison’s principles of internal medicine. 20th ed.
New York: McGraw-Hill; 2019. p. 1236–59.
Pemeriksaan
Radiologis
Ghon Fokus dengan Cavitation dan
Bilateral bronchopneumonic
consolidation.
https://www.researchgate.net/figure/Radiological-
classification-Ghon-focus-with-cavitation-and-bilateral-
bronchopneumonic_fig2_8411486
PERMENKES NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS
Alur diagnosis TB dan TB Resistan Obat di Indonesia
Tatalaksana
TUBERKULOSIS
2RHZE/ 4RH(3) atau 2RHZE/ 4RH
• Fase Awal (Intensif): diberikan RHZE
selama 2 Bulan
• Fase lanjutan: RH selama 4 bulan
TUBERKULOSIS
• Menurunkan Resiko terjadinya
resistensi obat dan kesalahan
penulisan resep
• Obat ditelan lebih sedikit
• Kepuasan pasien tinggi
• Mudah resep dan distribusi obat
Lag Phase:
Kuman Kontak dengan OAT Penurunan pertumbuhan kuman 2-3 hari Kuman aktif
kembali
Dr.dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.P (K), Tuberculosis Paru 2020 PERMENKES NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS
Penatalaksanaan (Kategori 2)
OAT lepas (Kombipak) Sendiri, untuk alergi obat tertentu
Dr.dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.P (K), Tuberculosis Paru 2020 PERMENKES NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS
Penatalaksanaan
Pemantauan pengobatan OAT
Lini 1: Kategori 1 dan 2
• Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila
menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan.
• Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering
membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat
masuk.
• Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC
yang Anda derita tidak lagi menular.
http://www.padk.kemkes.go.id/health/read/2019/03/25/6/pencegahan-
tuberkulosis-tbc-tuberkulosis.html
PNEUMONIA
DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru. Ketika seseorang menderita pneumonia, kantung
udara di paru-parunya dipenuhi oleh mikroorganisme, cairan dan sel inflamasi, dan paru-parunya
tidak dapat bekerja dengan baik.
Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
sumber : National Institute for Health and Care Excellence (NICE), Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo
AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Universitas Indonesia.
EPIDEMIOLOGI
● Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksi yang banyak terjadi dan juga penyebab kematian dan kesakitan yang
terbanyak di dunia. Angka kematian pneumonia komunitas pada rawat jalan 2%, rawat inap 5-20%, lebih meningkat pada pasien di
ruang intensif yaitu lebih dari 50%. Risiko kematian lebih meningkat pada pasien umur > 65 tahun, laki-laki dan ada komorbid.
● Di Amerika, rata-rata insidens tahunan 6/1000 pada kelompok umur 18-39 tahun dan menigkat menjadi 34/1000 pada kelompok umur
diatas 75 tahun.
● Di Indonesia, penumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan
46,05% paerempuan, dengan crude fatality rate (CFR) 7,6%, paling tinggi bila dibandingkan penyakit lainnya.
sumber: Dr.dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.P (K), Pneumonia 2017
ANATOMI
Sumber : Atlas of pathophysiology, second edition Respiratory Disorders
FISIOLOGI
Pernafasan mencakup dua proses:
1. Pernafasan eksterna, yaitu penyerapan oksigen (O2 ) dan pengeluaran
karbondioksida (CO2) dari tubuh secara keseluruhan; serta
2. Pernafasan interna, yaitu penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel serta
pertukaran gas diantara sel tubuh dan media cair di sekitarnya. Sistem
pernafasan terdiri atas organ paru dan pompa ventilasi paru. Pompa ventilasi
paru ini terdiri atas dinding dada, otot pernafasan yang dapat memperbesar dan
memperkecil ukuran rongga dada, pusat pernafasan di batang otak yang
mengendalikan otot pernafasan, serta jaras dan saraf yang menghubungkan
pusat pernafasan dengan otot pernafasan (sumber : Guyton dkk, Fisiologi Tubuh
Manusia)
Paru-paru dapat dikembang kempiskan dengan dua cara:
1. Gerakan naik turunnya diafragma untuk memperbesar dan memperkecil
rongga dada kraniokaudal.
2. Kedua, dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar dan
memperkecil diameter anteroposterior rongga dada.
(sumber : Guyton dkk, Fisiologi Tubuh Manusia)
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat
mekanisme dasar, yaitu :
a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara
antara alveoli dan atmosfer.
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan
tubuh ke dan dari sel.
d. Pengaturan ventilasi pada sistem pernapasan. Pada waktu menarik nafas
atau inspirasi maka otot-otot pernapasan berkontraksi, tetapi pengeluaran udara
pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup, penarikan
nafas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding
badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup dan berada pada
posisi semula . (sumber : Guyton dkk, Fisiologi Tubuh Manusia)
HISTOLOGI
● Evaginasi dari: Bronkiolus respiratorius
Duktus alveolaris
Saccus alveolaris
● Kantung kecil yg terbuka pada satu sisi
● Tempat pertukaran gas
● Epitel sangat tipis < 1 um
● Epitel alveoler berhubungan langsung dgn sel endotel kapiler.
● Septum interalveolaris à antara 2 alveolus yang berdekatan mengandung kapiler &
jaringan ikat.
Saccus Alveoli
Alveolus
Udara alveoli dipisahkan dgn darah kapiler:
1. sitoplasma sel epitel alveoler
2. lamina basalis sel ep alveoler
3. lamina basalis sel endotel kapiler
4. sitoplasma sel endotel
SAWAR DARAH-UDARA (0,1-1,5 um)
Sel yang terdapat pada dinding interalveolaris:
1, sel endotel kapiler
2. sel epitel gepeng (sel pneumocyt I)
sumber : PPT Dr.dr. Mirna Muis, Sp.Rad (K)
BIOKIMIA
PRODUKSI :
● Surfaktan
● collagen + elastin
● mucus
AKTIVASI :
● Angiotensin
INAKTIVASI :
● ROS,Kinins, serotonin, acetylcholin, serta toxic dari
komponen lain (cytochrom P450 in microsomes) (sumber:
PPT dr. Marhaen Hardjo)
Surfaktan Paru
● Kompleks lipoprotein aktif permukaan yang dibentuk oleh sel alveolar tipe II
● Kompleks protein dan lipid dengan daerah hidrofilik dan hidrofobik
● Kelompok kepala hidrofilik menghadap ke air dan ekor hidrofobik menghadap ke udara
● Mengurangi tegangan permukaan
● Tegangan permukaan adalah efek di dalam lapisan permukaan suatu zat cair yang
menyebabkan lapisan tersebut berperilaku sebagai lembaran elastis
● Meningkatkan kemampuan paru-paru meregang dalam perubahan volume relatif terhadap
perubahan tekanan yang diterapkan.
(sumber: PPT dr. Marhaen Hardjo)
Lyra, P.P.R.; de Albuquerque Diniz, E.M. Clinics 62: 181, 2007
PATOMEKANISME
4) Zona resolusi E:
daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan
alveolar makrofag
Epidemiologi PPOK
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 600 juta orang menderita
PPOK di dunia dengan 65 juta orang menderita PPOK derajat sedanghingga berat.
Pada tahun 2002 PPOK adalah penyebab utama kematian kelima di dunia dan
diperkirakan menjadi penyebab utama ketiga kematian di seluruh dunia tahun 2030.
Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2005,yang setara dengan
5% dari semua kematian secara global. Menurut Riset Kesehatan Dasar, pada tahun
2007 angka kematian akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab
kematian di Indonesia dan prevalensi PPOK ratarata sebesar 3,7%
Anatomi
Patologi PPOK
b. Bronkhitis kronis
Bronkhitis Kronis merupakan batuk produktif dan menetap minimal 3
bulan secara berturut-turut dalam kurun waktu sekurang-kurangnya
selama 2 tahun. Bronkhitis Kronis adalah batuk yang hampir terjadi
setiap hari dengan disertai dahak selama tiga bulan dalam setahun dan
terjadi minimal selama dua tahun berturut-turut.
c. Emfisema
Emfisema adalah perubahan struktur anatomi parenkim paru yang
ditandai oleh pembesaran alveolus, tidak normalnya duktus alveolar
dan destruksi pada dinding alveolar.
Manifestasi Klinis PPOK
Manifestasi klinis pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah
manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya
yang makin menjadi di saat pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang
menjadi nafas pendek akut. Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami
perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak
yang semakin banyaK. Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan
dan kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien
tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah
tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah sekali
merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-
hari. Selain itu pada pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat badan
yang cukup drastis, sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi
dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera
makan (isolasi sosial) penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak
cukupnya oksigenasi sel dalam sistem (GI) gastrointestinal. Pasien dengan PPOK
lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam
melakukan pernafasan
Pemeriksaan Fisis
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Faal Paru
2. Foto Toraks PA dan
Lateral
3. Analisa Gas Darah (AGD)
4. Pemeriksaan Sputum
5. Pmeriksaan Darah Rutin
Tatalaksana (Farmakologi)
Bronkodilator adalah pilihan farmakoterapi yang paling utama, baik saat penggunaan reguler ataupun saat
eksaserbasi akut. Obat-obatan yang digunakan adalah golongan ß2-agonist, antikolinergik, ataupun golongan
xanthine. Pemilihan obat dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya obat dan respon pasien. Semua jenis
bronkodilator di atas dapat meningkatkan kapasitas beraktivitas namun tidak dapat meningkatkan fungsi paru.
Bronkodilator lebih baik jika digunakan secara reguler. Dapat pula digunakan secara kombinasi untuk
meningkatkan FEV1 seperti contohnya kombinasi ß2-agonist dan antikoninergik. Digunakan juga sesuai dengan
respon pasien, sebagai contoh, nebulizer terus digunakan jika terapi konvensional tidak menghasilkan respon
yang baik namun baik dengan nebulizer. Terapi farmakoterapi yang lain yang dapat digunakan dengan
penggunaan glukokortikoid, yaitu pada pasien dengan stage III atau IV dan terjadi eksaserbasi yang berulang.
Pilihan pemakaiannya adalah dengan inhalasi yang diharapkan dapat digunakan untuk menurunkan frekwensi
eksaserbasi. Lebih baik lagi jika digunakan dengan kombinasi bersama ß2-agonist, dan tidak dianjurkan untuk
menggunakan glukokortikoid secara oral yang berkepanjangan karena memiliki efek samping sistemik berupa
steroid myopathy.
Tatalaksana (Non-Farmakologi)
Terapi nonfarmakologi yang diberikan pada pasien PPOK antara
lain: berhenti merokok, latihan dan rehabilitasi paru berupa latihan
fisik dan latihan napas khusus serta bantuan psikis, dan asupan
nutrisi yang adekuat.
Tatalaksana Preventif
Dalam upaya preventif terhadap penyakit PPOK maka bentuk pencegahan yang dapat
dilakukan adalah berhenti merokok. Pelayanan multidisiplin mulai dari penyuluhan,
pemberian farmakoterapi, hingga kolaborasi dengan bagian rehabilitasi medik dan kesehatan
jiwa merupakan bentuk keseriusan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat yang
memerlukan bantuan dalam mewujudkan niatnya untuk berhenti merokok. Metode skrining
berupa pemeriksaan spirometri juga dilakukan agar dapat menjaring pasien PPOK sejak
dini. Bagi pasien yang terdiagnosis PPOK, pelayanan kesehatan secara menyeluruh juga
terus diberikan dalam rangka memperbaiki status kesehatan dan meningkatkan kualitas
hidup pasien PPOK. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia juga turut mengusulkan dan
mendorong ketersediaan obat-obatan PPOK dalam bentuk inhaler yang terjangkau oleh
masyarakat luas dalam program BPJS. Sehingga diharapkan segala upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk PPOK dapat terlaksana dan tercapai.
REFERENSI
https://
spesialis1.radiologi.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/PENYAKIT-PARU-OBSTRUKTIF-KR
ONIK-PPOK.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/23f8d4e4236fc8d9f53f0832bf8aba04.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1813/8/BAB%20II.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10859/BAB%20II.pdf?sequence=3&isAllowe
d=y#:~:text=Manifestasi%20Klinis&text=Nafas%20pendek%20sedang%20yang%20berkembang,eks
pirasi%20lebih%20lama%20daripada%20inspirasi
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2128/1/KTI%20CORNELIS%20YOHNI%20MENGKO.pdf
http://repository.wima.ac.id/18168/1/nonfarmakoterapi%20PPOK_WMLentera.pdf
http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=8720
ASMA BRONKIAL
Asma Bronkial
Definisi: Anatomi
Suatu kelainan berupa inflamasi kronik pada
saluran napas yang menyebabkan
hipersensitivitas bronkus terhadap rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang.
Episodik tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.
Sumber: Medical Mini Notes: Pulmonology And
Respiratory Medicine, 2019
Asma Bronkial
Histopatologi Ditemukan adanya mediator pro inflamasi seperti
Ditandai dengan sejumlah perubahan struktural, TH2 cytokines IL-4, IL-5, dan IL13, IL17 dan IL9
seperti hiperplasia pada kelenjar mukus, fibrosis Patofisiologi
subepitel, infiltrasi sel inflamasi, hipertrofi otot Pada asma terjadi peningkatan resistensi
polos bronkus, dan perubahan vaskular. intratorakal akibat penyempitan bronkus, karena
(Sumber: PPT Patologi Anatomi Sistem Respirasi dr. Ruth kontraksi otot polos, dan penebalan lapisan
Norika Amin, M.Kes, Sp.PA)
mukus, disebabka oleh alergen yang
Biokimia menimbulkan peradangan pada mukosa bronkus
sehingga menyebabkan pelepasan histamin dan
leukotrien.
(Sumber: Silbernagl, S Lang, F. 2003. Buku Atlas
Patofisologi)
Asma Bronkial
Etiologi Pemeriksaan Fisis
1. Infeksi 1. Spirometri
2. Alergi 2. Skin test, untuk mengukur IgE
3. Merokok 3. PEF ( peak expiratory flow),
4. Perubahan suhu mengukur tingkat asma
5. Polusi udara Pemeriksaan Laboratorium
Gejala 4. Pemeriksaan hitung darah
Adanya bunyi mengi atau lengkap : peningkatan eosinophil
wheezing 5. Pemeriksaan serum untuk
Sesak napas mengukur IgE
Batuk yang berat pada malam
hari
Dada terasa sesak
Sumber: Buku Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4
Tata Laksana
Terapi farmakologis terdiri dari obat reliever dan obat controller. Obat reliever
diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat controller ditujukan untuk
pencegahan serangan asma berikutnya. Untuk obat reliever terdiri dari
bronkodilatator (b-2 agonis kerja cepat dan ipratroprium bromida) dan
kortikosteroid sitemik, sedangkan obat controller terdiri dari kortikosteroid inhalasi,
b-2 agonis kerja Panjang, anti leukotriene, dan teofilin lepas lambat.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1011/1733
PATOFISIOLOGI EMFISEMA
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi saluran nafas yaitu:
Peningkatan sel inflamasi di paru pasien emfisema yang disebabkan oleh
paparan asap rokok. Sel inflamasi yang dimaksud adalah netrofil, makrofag
dan limfosit T-sitotoksik; Terjadi produksi lendir yang berlebihan; Kehilangan
rekoil elastin jalur napas; Dan kolaps bronkeolus serta redistribusi udara ke
alveoli yang berfungsi.
Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang
kontak langsung Dengan Kapiler paru secara kontinu berkurang,
mengakibatkan Peningkatan ruang rugi dan mengakibatkan kerusakan difusi
oksigen.
Kerusakan difusi oksigen menyebabkan hipoksemia. Pada tahap akhir
penyakit, eliminasi Karbon dioksida mengalami kerusakan, mengakibatkab
peningkatan tekanan karbondioksida dalan darah arteri dan menyebabkan
asidosis respiratori. Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan,
jaringan” kapiler pulmonal berkurang.
http://www.jurnalrespirologi.org/index.php/jri/article/download/43/27
GEJALA EMFISEMA
Penyakit emfisema bisa tidak menimbulkan gejala. Bila timbul gejala, keluhan yang
dirasakan dapat muncul secara bertahap, antara lain:
• Napas menjadi pendek
• Batuk
• Cepat lelah
• Penurunan berat badan
• Jantung berdebar
• Bibir dan kuku menjadi biru
• Depresi
Perkembangan emfisema dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Oleh karena itu,
gejala yang signifikan biasanya baru dirasakan pada usia sekitar 40-60 tahun.
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/emfisema-paru
PEMERIKSAAN FISIS
Terapi farmakologi
Terapi farmakologi emfisema dapat menggunakan bronkodilator,
kortikosteroid, dan antibiotik.
Anatomi
Definisi: Bronkitis kronis merupakan suatu Proses patofisiologi yang predominan adalah
gangguan klinis yang di tandai oleh proses peradangan saluran nafas, disertai
pembentukan mucus yang berlebihan dalam penebalan mukosa dan hipersekresi mukus
bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk sehingga terjadi obstruksi difus
kronik dan pembentukan sputum selama
sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut.
Sumber: McPhee, s. J. (n.d.). Patofisiologi penyakit. Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC.
Price, S. A. (n.d.). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran: EHC.
PATOFISIOLOGI
Sumber: Jetmalani K, Thamrin C, Farah CS, Bertolin A, Chapman DG, Berend N, Salome CM, King GG. Peripheral airway dysfunction and
relationship with symptoms in smokers with preserved spirometry. Respirology. 2018 May;23(5):512-518.
HISTOPATOLOGI
Sumber: Imran S, Shan M, Muazam S. A Comparative Histological Study of Submucosal Gland Hypertrophy in Trachea of Mice Exposed to
Cigarette and Shisha Smoke. J Coll Physicians Surg Pak. 2018 Mar;28(3):192-195
ETIOLOGI
Ada banyak penyebab bronkitis kronis yang diketahui, tetapi faktor penyebab
terpenting adalah paparan asap rokok baik karena merokok aktif atau inhalasi pasif.
Banyak iritan yang terhirup pada saluran pernapasan seperti kabut asap, polutan
industri, dan bahan kimia beracun dapat menyebabkan bronkitis kronis. Walaupun
infeksi bakteri dan virus biasanya menyebabkan bronkitis akut, paparan berulang
terhadap infeksi dapat menyebabkan bronkitis kronis. Virus dominan yang menjadi
penyebab adalah Influenza tipe A dan B, dan agen bakteri yang dominan adalah
Staphylococcus, Streptococcus, dan Mycoplasma pneumonia. Orang yang memiliki
latar belakang terkait penyakit pernapasan seperti asma, fibrosis kistik, atau
bronkiektasis memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengembangkan bronkitis
kronis. Orang yang berulang kali terpapar polutan lingkungan seperti debu atau
bahan kimia di udara seperti amonia dan sulfur dioksida memiliki risiko lebih tinggi
terkena bronkitis kronis.
Sumber: Mejza F, Gnatiuc L, Buist AS, Vollmer WM, Lamprecht B, Obaseki DO, Nastalek P, Nizankowska-Mogilnicka E, Burney PGJ.,
BOLD collaborators. BOLD study collaborators. Prevalence and burden of chronic bronchitis symptoms: results from the BOLD study. Eur.
Respir. J. 2017 Nov;50(5)
MANIFESTASI KLINIS
Sumber: McPhee, s. J. (n.d.). Patofisiologi penyakit. Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC.
Price, S. A. (n.d.). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran: EHC.
PEMERIKSAAN BRONKITIS KRONIS
Pemeriksaan Fisis
Chest X-ray
Oxygen level test (Pemeriksaan kadar oksigen dalam darah)
Tes Fungsi Paru/Spirometer
Tes darah
Pemeriksaan Sputum: Analisis sel dalam sputum dapat
membantu menentukan penyebab beberapa masalah pada
paru-paru
Sumber: Arkhipov V, Arkhipova D, Miravitlles M, Lazarev A, Stukalina E. Characteristics of COPD patients according to GOLD classification and clinical
phenotypes in the Russian Federation: the SUPPORT trial. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis. 2017;12:3255-3262.
Smith DRM, Dolk FCK, Pouwels KB, Christie M, Robotham JV, Smieszek T. Defining the appropriateness and inappropriateness of antibiotic
prescribing in primary care. J. Antimicrob. Chemother. 2018 Feb 01;73(suppl_2):ii11-ii18.
TATA LAKSANA
Sumber: Arkhipov V, Arkhipova D, Miravitlles M, Lazarev A, Stukalina E. Characteristics of COPD patients according to GOLD classification and clinical
phenotypes in the Russian Federation: the SUPPORT trial. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis. 2017;12:3255-3262.
Smith DRM, Dolk FCK, Pouwels KB, Christie M, Robotham JV, Smieszek T. Defining the appropriateness and inappropriateness of antibiotic
prescribing in primary care. J. Antimicrob. Chemother. 2018 Feb 01;73(suppl_2):ii11-ii18.
TERAPI FARMAKOLOGIS
Bronkodilator: Agonis reseptor β-Adrenergik kerja pendek dan panjang serta bantuan
Antikolinergik dengan meningkatkan lumen saluran napas, meningkatkan fungsi siliaris dan
dengan meningkatkan hidrasi mukosa.
Terapi antibiotik: tidak diindikasikan dalam pengobatan bronkitis kronis namun terapi makrolide
telah terbukti memiliki sifat anti-inflamasi dan karenanya mungkin berperan dalam pengobatan
bronkitis kronis.
Sumber: Arkhipov V, Arkhipova D, Miravitlles M, Lazarev A, Stukalina E. Characteristics of COPD patients according to GOLD classification and clinical
phenotypes in the Russian Federation: the SUPPORT trial. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis. 2017;12:3255-3262.
Smith DRM, Dolk FCK, Pouwels KB, Christie M, Robotham JV, Smieszek T. Defining the appropriateness and inappropriateness of antibiotic
prescribing in primary care. J. Antimicrob. Chemother. 2018 Feb 01;73(suppl_2):ii11-ii18.
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS
Sumber: Arkhipov V, Arkhipova D, Miravitlles M, Lazarev A, Stukalina E. Characteristics of COPD patients according to GOLD classification and clinical
phenotypes in the Russian Federation: the SUPPORT trial. Int J Chron Obstruct Pulmon Dis. 2017;12:3255-3262.
Smith DRM, Dolk FCK, Pouwels KB, Christie M, Robotham JV, Smieszek T. Defining the appropriateness and inappropriateness of antibiotic
prescribing in primary care. J. Antimicrob. Chemother. 2018 Feb 01;73(suppl_2):ii11-ii18.
KANKER PARU
DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri (primer) sedangkan kanker paru sekunder adalah sel kanker yang menyebar dari anggota
tubuh lain. Kanker Paru Primer dibedakan menjadi dua jenis; Kanker Paru jenis Karsinoma Sel Kecil
(KPKSK) dan Kanker Paru jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) Kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil terdiri dari berbagai jenis, antara lain: Karsinoma sel skuamosa (KSS),
Adenokarsinoma, Karsinoma sel besar (KSB).
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen dari semua
diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker
pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007
dan 160.390 kematian akibat kanker paru. Berdasarkan data WHO, kanker paru merupakan jenis
kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada
perempuan Kanker paru juga merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada lakilaki dan
kedua pada perempuan.
Sonora.id Grid.id
https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/360x240/ph https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/750x500/photo/intisarifoto/origi
oto/2019/12/18/941207430.jpg nal/30125_hanya-9-penderita-kanker-paru-bertahan-hidup.jpg
FISIOLOGI
Fungsi utama paru adalah untuk melengkapi kebutuhan oksigen dan mengekskresi
karbondioksida dari darah untuk metabolisme sel. Sedangkan kanker paru adalah
penyakit-penyakit dengan ciri khas adanya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada
jaringan paru-paru
Seperti jenis kanker lainnya, kanker paru diinisiasi oleh aktivasi onkogen atau inaktivasi
gen supresor tumor. Onkogen diyakini menjadikan orang lebih rentan terhadap kanker
Reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) mengatur proliferasi sel, apoptosis,
angiogenesis, dan invasi tumor. Mutasi dan amplifikasi EGFR biasa ditemukan pada
kanker paru bukan-sel-kecil. Kerusakan kromosomal bisa menyebabkan hilangnya
heterozigositas. Hal ini bisa menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor. Kerusakan
pada kromosom 3p, 5q, 13q, dan 17p secara spesifik ditemukan pada kanker bukan-sel-
kecil. Gen supresor tumor p53, yang terdapat di kromosom 17p, terpengaruh pada 60-
75% kasus. Gen-gen lain yang sering dimutasi atau dikuatkan adalah c-MET, NKX2-1,
LKB1, PIK3CA, dan BRAF
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F
%2Ffdokumen.site%2Fdocument%2Fhistologi-saluran- %2Feprints.undip.ac.id
pernafasan- %2F50571%2F3%2FIna_Marlina_22010112120006_Lap
bawah.html&psig=AOvVaw2WSeRdKkF8LFSltv6Efo7z& .KTI_Bab2.pdf&psig=AOvVaw1Oj9pRMXky8ZEiF_7w-
ust=1601474325254000&source=images&cd=vfe&ved=2 RxO&ust=1601473408665000&source=images&cd=vfe&
ahUKEwiU6brzwo7sAhVpBrcAHawAA3wQjB16BAgAEA ved=2ahUKEwiK07K-
g v47sAhVWFnIKHYMTC3EQjB16BAgAEAg
Skuamous Sel Karsinoma
• LAB
• Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin: Hb, Leukosit,
Trombosit, fungsi hati, fungsi ginjal.
• Pemeriksaan Patologi Anatomik
• 1. Pemeriksaan Patologi Anatomik (Sitologi dan
Histopatologi)
• 2. Pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan jenis
(seperti TTF-1 dan lain-lain) dilakukan apabila fasilitas
tersedia.
• 3. Pemeriksaan Penanda molekuler yang telah tersedia
diantaranya adalah mutasi EFGR hanya dilakukan
apabila fasilitas tersedia
“
[ta·ta lak·sa·na]
Arti : cara mengurus (menjalankan) perusahaan
dan sebagainya; dalam hal ini adalah mengatasi
kanker paru-paru
Manajemen Terapi Terbagi Atas:
1. KPKSK = non small cell 2. KPKSK = small cell
carcinoma carcinoma
Kanker paru jenis karsinoma bukan sel Secara umum, jenis kanker paru ini
dapat dibagi menjadi dua
kecil terdiri dari berbagai jenis, kelompok:
antara lain: 1. Stadium terbatas (limited stage
disease = LD)
1. Karsinoma sel skuamosa (KSS) 2. Stadium lanjut (extensive stage
2. Adenokarsinoma disease = ED)
Berbeda dengan KPBSK, pasien
3. Karsinoma sel esar (KSB) dengan KPKSK tidak memberikan
4. Jenis lain yang jarang ditemukan respon yang baik terhadap terapi target.
Kebijakan umum Terdiri atas :
pengobatan KPKBSK 1.Bedah
Pilihan pengobatan sangat tergantung pada
stadium penyakit, tampilan umum penderita,
2.Radioterapi
komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost- 3.Kemoterapi
effectiveness. Modalitas penanganan yang
tersedia adalah bedah, radiasi, kemoterapi, 4.Terapi Target
dan terapi target. Penedekatan penanganan
dilakukan secara integrasi multidisiplin.
5.Terapi Kombinasi
Tatalaksana Kanker Paru jenis Karsinoma Bukan Sel
Kecil (KPKBSK)
Bedah Kemoterapi
Radioterapi
Modalitas ini adalah terapi utama utama Kemoterapi dapat diberikan sebagai
Kanker Paru jenis Karsinoma Sel Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi
Kecil (KPKSK) dari kemoterapi berbasis-platinum dan terapi radiasi
toraks. Kemoterapi dilakukan paling banyak 4-6 siklus,
dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika
Secara umum, jenis kanker
paru ini dapat dibagi menjadi diberikan lebih dari 6 siklus.
dua 2. Stadium Lanjut
kelompok: Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah
1. Stadium terbatas (limited
kemoterapi kombinasi. Regimen kemoterapi yang dapat
stage disease = LD)
digunakan pada stadium ini adalah: sisplatin/karboplatin
2. Stadium lanjut (extensive
stage disease = ED) dengan etoposid (pilihan utama), atau sisplatin/karboplatin
dengan irinotekan. Pilihan lain adalah radiasi paliatif pada
lesi primer dan lesi metastasis.
Tindakan Preventif Kanker
Paru-Paru
“
[Tindakan Preventif]
Arti : bentuk tindakan yang dilakukan
untuk menangani suatu kejadian yang
terjadi pada lingkungan, dengan
diharapkan tidak akan terulang kembali di
masa yang akan datang.
Menurut CDC (2010), pencegahan dari kanker paru
ada empat, yaitu :
1 2
Menghindari
Berhenti menghisap rokok
orang lain
Merokok (secondhand smoke
)
3
Membuat 4
Mengkonsumsi
lingkungan kerja buah dan sayuran
dan rumah aman yang banyak
dari gas radon
Differential Diagnosis
PPOK
TB Paru Pneumonia Kanker
Asma Emfisema Bronkitis Paru
Bronchiale Kronis
30 tahun ✓ x ✓ x ✓ ✓
Demam ✓ ✓ x x ✓ x
Sesak Napas ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Causa rokok ✓ x ✓ ✓ ✓ ✓
Thank You!