Anda di halaman 1dari 34

Metodologi Penelitian

“Publikasi Penelitian”
Anggota Kelompok 1:
ANDIKA PUTRA
ANINDHITA FEBRIANSYAH
ARDI FEBRIANSYAH
ASMYATI RAMADANI AMBARA
CHICI WULANDARI
DOSEN PENGAMPU : ARVIDA BAR.
MKM
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu masalah yang sering terjadi pada lansia adalah insomnia yaitu ketidak-mampuan untuk
tidur walaupun ada keinginan untuk melakukannya. Insomnia bukan merupakan penyakit, tetapi
merupakan gangguan tidur berupa kesulitan tidur. Prevalensi insomnia dilaporkan dari Amerika
Serikat berkisar antara 30% dan 60%. Prevalensi insomnia di Indonesia pada lansia cukup tinggi
yaitu sekitar 10% (Budi, 2011 dalam Mukti, 2012).

Gejala insomnia yang sering dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk tidur di malam hari,
sering terbangun di tengah malam, sering terbangun lebih awal serta mengantuk di siang hari.
Dampak insomnia yaitu depresi, timbulnya suatu penyakit, mengancam keselamatan, kehi-langan
banyak waktu, mengganggu aktivitas sehari-hari serta kurang menikmati aktivitas hidup sehari-
hari (Rafknowledge, 2004).

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan terapi farmakologi dengan obat-obatan dan non
farmakologi dengan teknik relaksasi seperti pijatan, meditasi, aromaterapi, mandi air hangat,
melakukan olahraga teratur, menghindari kebiasaan tidur siang,pergi tidur dan bangun sesuai
jadwal yang sama, serta meng-hilangkan rasa kecemasan. Terapi non farma-kologi yang
diterapkan dengan menggunakan mandi air hangat dan pemberian aromaterapi
Rumusan Masalah

Bagaimanakah penatalaksanaan
teknik terapi terhadap insomnia
pada lansia ?
Tujuan Umum

Mempelajari tindakan apa yang efektif pada lansia yang berguna untuk mengatasi masalah
insomnia pada lansia

Tujuan Khusus
1. Mengetahui Perbedaan Efektifitas Mandi Air Hangat Dan Aromaterapi Lavender
Terhadap Penurunan Insom-Nia Pada Lansia.
2. Mengetahui Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur Terhadap Tingkat Insomnia Pada
Lanjut Usia.
3. Mengetahui Pengaruh Terapi Rendam Air Hangat Pada Kaki Terhadap Insomnia Pada
Lansia Di Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna Barat.
4. Mengetahui Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kualitas Tidur Penderita Insomnia Pada
Lanjut Usia
5. Mengetahui Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tingkat
Insomnia Pada Lansia
Manfaat

•Bagi penulis
Diperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan serta mendapatkan pengalaman nyata
didalam memberikan penatalaksanaan terapi insomnia pada lansia

•Bagi institusi/pendidik
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
langsung dalam karya tulis ilmiah untuk tenaga kesehatan khususnya keperawatan

•Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
pemenuhan penatalaksanaan terapi insomnia pada lansia
Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini


dibatasi mengenai penatalaksanaan
terapi apa saja untuk insomnia pada
lansia
BAB II
SUMBER PUSTAKA
Definisi Insomnia

Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan


berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada
kesempatan untuk melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit,
tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab,
seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.
Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan suasana
hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.
Klasifikasi Insomnia

1. Insomnia Primer 2. Insomnia Sekunder

Insomnia primer ini mempunyai faktor Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat
penyebab yang jelas. insomnia atau efek dari hal lain, misalnya kondisi medis.
susah tidur ini dapat mempengaruhi Masalah psikologi seperti perasaan bersedih,
sekitar 3 dari 10 orang yang menderita depresi dan dementia dapat menyebabkan
insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari
tidur dan lingkungan tempat tidur 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti
seringkali menjadi penyebab dari jenis penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri
insomnia primer ini. juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia
sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1
dari 10 orang yang menderita insomnia atau
susah tidur.
Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang direvisi,
insomnia diklasifikasikan menjadi:
a. Acute insomnia
a. Psychophysiologic insomnia
a. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)
a. Idiopathic insomnia
a. Insomnia due to mental disorder
a. Inadequate sleep hygiene
a. Behavioral insomnia of childhood
a. Insomnia due to drug or substance
a. Insomnia due to medical condition
a. Insomnia not due to substance or known physiologic condition,
unspecified (nonorganic)
a. Physiologic insomnia, unspecified (organic)
Etiologi Insomnia

1. Stres
2. Kecemasan dan depresi.
3. Obat-obatan.
4. Kafein, nikotin dan alkohol.
5. Kondisi Medis.
6. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja.
7. 'Belajar' insomnia.
Faktor Resiko Insomnia

Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi resiko
insomnia meningkat jika terjadi pada:

1. Wanita.
2. Usia lebih dari 60 tahun.
3. Memiliki gangguan kesehatan mental.
4. Stres.
5. Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja.
Tanda dan Gejala Insomnia

1. Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari


2. Sering terbangun pada malam hari
3. Bangun tidur terlalu awal
4. Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
5. Iritabilitas, depresi atau kecemasan
6. Konsentrasi dan perhatian berkurang
7. Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
8. Ketegangan dan sakit kepala
9. Gejala gastrointestinal
Diagnosis

Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk


Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan menemukan adanya suatu permasalahan yang
penilaian terhadap: bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya
1. Pola tidur penderita. pemeriksaan darah juga dilakukan untuk
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat menemukan masalah pada tyroid atau pada hal
terlarang. lain yang bisa menyebabkan insomnia. Jika
3. Tingkatan stres psikis. penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan
4. Riwayat medis. dilakukan pemantauan dan pencatatan selama
5. Aktivitas fisik tidur yang mencangkup gelombang otak,
6. Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur pernapasan, nadi, gerakan mata, dan gerakan
secara individual. tubuh.
Tatalaksana
b. Gaya hidup dan pengobatan dirumah
1. Non Farmakoterapi Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :
• Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
• Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
a. Terapi Tingkah Laku • Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
Terapi tingkah laku bertujuan untuk • Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
mengatur pola tidur yang baru dan • Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan
mengajarkan cara untuk menyamankan
pernapasan atau beribadah
suasana tidur. Terapi tingkah laku ini • Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur
umumnya direkomendasikan sebagai
pada malam hari.
terapi tahap pertama untuk penderita • Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti
insomnia. Terapi tingkah laku meliputi
menghindari kebisingan
• Edukasi tentang kebiasaan tidur yang
• Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit
baik.
setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
• Teknik Relaksasi.
• Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
• Terapi kognitif
• Menghindari makan besar sebelum tidur
• Restriksi Tidur
• Cek kesehatan secara rutin
• Kontrol stimulus
• Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
Pengobatan insomnia secara farmakologi
dibagi menjadi dua golongan yaitu 2.Farmakologi
benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
• Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam,
dan Estazolam)
• Non benzodiazepine (Chloral-hydrate,
Phenobarbital)
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :
• Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur) Misalnya pada
gangguan anxietas
• Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhi dan sulit masuk
kembali ke proses tidur selanjutnya) Misalnya pada gangguan
depresi
• Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).
Misalnya pada gangguan stres psikososial.
Komplikasi

Komplikasi insomnia meliputi :


 Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.
 Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga
meningkatkan reaksi kecelakaan.
 Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi
 Kelebihan berat badan atau kegemukan
 Daya tahan tubuh yang rendah
 Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang,
contohnya tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.
Konsep askep
A.    PENGKAJIAN

1.      Kaji riwayat tidur klien


•Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?
•Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?
•Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
•Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tertidur?
•Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?
2.      Kaji pola tidur biasa
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
3.      Kaji penyakit fisik, TTV
Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?
4.      Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi
5.      Kaji status emosional dan mental
6.      Kaji rutinitas menjelang tidur
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
7.      Kaji lingkungan tidur
 
B.    DIAGNOSA

1.Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan


pekerjaan (Potter & Perry, 2005)
2.Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan
pasangan yang buruk tentang insomnia (Potter & Perry, 2005
C.    INTERVENSI

1.  Gangguan pola tidur (kesulitan tertidur) b.d kekhawatiran kehilangan pekerjaanIntervensi


:
a.    Anjurkan agar kafein dan alcohol dihilangkan dari diet klien di malam hari
b.    Minta klien mengikuti ritual tidur, naik ke tempat tidur pada jam yang sama setiap malam, dan
meminum segelas susu
c.    Tentukan waktu sebelum klien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang, dan mandi
d.    Kendalikan sumber-sumber kebisingan di lingkungan dan pastikan bahwa kamar tidur sudah
digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik

2.   Kemampuan koping keluarga tidak efektif b.d pemahaman klien dan pasangan yang
buruk tentang insomnia
Intervensi :
a.    Minta klien dan pasangan untuk menjelaskan sifat dari masalah tidur
b.    Tanyakan pada klien dan pasangan apakah masalah tidur mempengaruhi hubungan mereka
c.    Buat catatan tidur bangun selama seminggu
d.   Berikan pendidikan kesehatan mengenai gangguan tidur
Kesimpulan Dari 5 Artikel

Kesimpulan : dari kelima jurnal yang kelompok teliti yang lebih efektif
dalam mengatasi insomnia pada lansia ialah latihan otot progesif di
tandai dengan Analisa data dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia pada lansia
di posyandu lansia desa Gonilan Kartasura. Analisa data pada penelitian
ini dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. dimana latihan
ini bermafaat sebagai terapi insomnia bagi lansia selain dari pada itu
terapi ini juga bisa dijadikan sebagai latihan otot dan persendian pada
lansia.
Bab III
Metodologi penelitian
JURNAL 1 : ( Pengaruh terapi rendam air hangat pada kaki terhadap insomnia pada lansia di Kelurahan Angges
Kecamatan Tahuna Barat )

A. Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data non random sampling dengan metode
Purposive sampling, dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Pada penentuan sampel non-random ini
subyektifitas peneliti atau pewawancara dapat mempengaruhi penentuan sampel. Mungkin pewawancara akan cenderung memilih orang
yang terlihat ramah untuk diwawancarai

B. Populasi/Sampel
Populasi/sampel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebanyak : jumlah sampel 32 orang lansia. Dan jumlah populasi 106 orang
lansia.

C. Tekhnik Analisa

Tekhnik analisa ini menggunakan tekhnik analisa kuantitatif, yang mana dalam penelitian ini peneliti hanya mengumpulkan data
berupa angka yang sudah dikumpulkan dalam satu table. Di dalam metode penelitian kuantitatif yang menggunakan teknik analisis data
kuantitatif merupakan suatu kegiatan sesudah data dari seluruh responden atau sumber data-data lain semua terkumpul. Teknik analisis
data kuantitatif di dalam penelitian kuantitatif yaitu menggunakan statistik.
JURNAL 2 : ( Pengaruh terapi wudhu sebelum tidur terhadap tingkat insomnia pada lanjut usia di PSTW Unit
Budhi Luhur Yogyakarta )

A. Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data kuesioner KSPBJ Insomnia Rating Scale, yang
mana dengan cara mengajukan pertanyaan untuk dijawab oleh responden, biasanya secara tertulis dengan tujuan agar dapat mengetahui
skala insomnia pada responden.

B. Populasi/Sampel
Populasi/sampel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebanyak : Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut berusia 60
tahun lebih yang mengalami insomnia sejumlah 38 orang yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Jumlah sampel dalam
penelitian eksperimen sederhana adalah 10-20 responden. Maka sampel pada penelitian ini 20 lanjut usia yang mengalami insomnia terdiri
dari 10 kelompok eksperimen dan 10 kelompok kontrol.

C. Tekhnik Analisa
Tekhnik analisa ini menggunakan tekhnik analisa kuantitatif, yang mana analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
independen sample t-test yang mana ini adalah bagian dari statistic inferensial parametric. Dan Statistik inferensial yaitu teknik statistik
yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi, dan statistik ini sangat cocok digunakan apabila
sampel diambil dari populasi yang sudah jelas dan cara pengambilan sampel dari populasi tersebut dilakukan secara acak.
JURNAL 3 ( Efektifitas mandi air hangat dan aroma terapi lavender terhadap insomnia pada lansia)

A. Tekhnik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data non probability sampling dengan teknik purposive
sampling. dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan
penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Non-probability sampling adalah teknik sampling yang
dimana tidak memberi kesempatan atau peluang yang sama untuk seluruh anggota populasi yang akan dipilih menjadi sampel.

B. Populasi/Sampel
Populasi/sampel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebanyak : Populasi yang dalam penelitian ini adalah lansia yang menga- lami
insomnia sebanyak 64 lansia, Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 22 responden dengan pembagian 11 responden
kelompok mandi air hangat dan 11 responden kelompok aromaterapi lavender.

C. Tekhnik Analisa
Tekhnik analisa data yang digunakan aadalah tekhnik analisa kualitatif, yang mana pada penelitian ini peneliti menelusuri lebih dalam lagi
tentang masalah penelitian yang diatanganinya, baik dari segi pengumpulan data sampai dengan konstruksi pembahasan hasil penelitian.
JURNAL 4 (Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kualitas Tidur Penderita Insomnia Pada Lanjut Usia)

A.Teknik pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik pengumpulan data : Pendekatan one group
pretest-posttest design menggunakan satu kelompok subjek, dimana dilakukan pretest atau pengamatan awal
terlebih dahulu sebelum dilakukan intervensi, setelah dilakukan intervensi, kemudian dilakukan kembali posttest atau
pengamatan akhir

B.Populasi/Sampel
Populasi/sampel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebanyak : Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
lansia yang mengalami insomnia yang berjumlah 16 orang di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya.
Tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Kriteria sampel yang digunakan adalah lansia yang berusia 60-
90 tahun, lansia yang tidak mengalami gangguan panca indera pendengaran atau tuli, lansia yang sering terbangun
pada malam hari sebanyak 3-5 kali, lansia yang mengalami kesulitan tidur lebih dari 3 hari, dan bersedia menjadi
subyek penelitian

C.Teknik Analisa
Tekhnik analisa ini menggunakan tekhnik analisa kuantitatif, yang mana dalam penelitian ini peneliti hanya
mengumpulkan data berupa angka yang sudah dikumpulkan dalam satu table. Di dalam metode penelitian kuantitatif
yang menggunakan teknik analisis data kuantitatif merupakan suatu kegiatan sesudah data dari seluruh responden
atau sumber data-data lain semua terkumpul.
JURNAL 5 (Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tingkat Insomnia Pada Lansia)

A. Teknik pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu atau Quasi eksperimental dengan rancangan pre test – post test design.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu Dikatakan simple (sederhana)
karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak dengan undian.

B.Populasi/Sampel
Populasi/sampel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebanyak : Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang
mengalami insomnia di Posyandu Lansia desa Gonilan yaitu berjumlah 151 lansia.. Sampel penelitian sebanyak 60
lansia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak dengan undian.

C.Teknik analisa
Analisa data dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia
pada lansia di posyandu lansia desa Gonilan Kartasura. Analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP INSOMNIA PADA
LANSIA. SIMPULAN: Aromaterapi levender dan mandi air hangat dapat menurunkan insomnia pada lansia.
Aromaterapi lebih efektif menurunkan insomnia daripada mandi air hangat
2. PENGARUH TERAPI WUDHU SEBELUM TIDUR TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANJAT USIA
DI PSTW UNIT BUDHI LUHUR YOGYAKARTA. SIMPULAN : Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan
di PSTW Budhi Luhur Yogyakarta pada bulan Maret 2015, dapat disimpulkan bahwa :
• Tingkat insomnia pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan terapi wudhu menunjukkan insomnia terbagi
menjadi 3 kategori yaitu rendah sebanyak 2 responden (20%), sedang 6 responden (60%) dan tinggi ada 2
responden (20%) demikian juga pada kelompok kontrol menunjukkan insomnia menjadi 3 kategori yaitu rendah 3
responden (30%), sedang 6 responden (60%) dan tinggi 1 responden (10%).
• Tingkat insomnia pada kelompok eksperimen setelah dilakukan terapi wudhu sebagian besar mengalami penurunan
insomnia secara menyeluruh meskipun belum seluruhnya hilang, terbagi menjadi 3 kategori yaitu tidak insomnia
sebanyak 1 responden ( 10%), rendah sebanyak 5 responden ( 50%), dan sedang sebanyak 4 responden ( 40%).
• Tingkat insomnia pada kelompok kontrol tidak ada pengaruh terapi wudhu. Sebagian responden mengungkapkan
bahwa mereka tetap mengalami kesulitan untuk memulai tidur. Karena pada kelompok kontrol peneliti tidak
memberikan intervensi terapi wudhu.
• Terapi wudhu ada pengaruh positif pada kelompok yang diberi terapi wudhu terhadap penurunan tingkat insomnia
pada lanjut usia di PSTW Budhi Luhur Yogyakarta secara bermakna sebesar p = 0,000 (p<0,05).
3. PENGARUH TERAPI RENDAM AIR HANGAT PADA KAKI TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI
KELURAHAN ANGGES KECAMATAN TAHUNA BARAT. SIMPULAN : Hasil penelitian yang dilakukan di
Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna Barat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Insomnia pada pretest sebelum
dilakukan terapi rendam air hangat pada kaki di Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna Barat yaitu, sebagian besar
lansia mengalami insomnia 11 – 19 dan sebagian kecil mengalami 20 – 27. Insomnia pada posttest sesudah dilakukan
terapi rendam air hangat pada kaki di Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna Barat yaitu, sebagian besar lansia
insomnia 11 – 19, insomnia 20
– 27 dan sebagian kecil insomnia 28 – 36. Terdapat pengaruh terapi rendam air hangat pada kaki terhadap insomnia
pada lansia di Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna Barat.

4. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh terapi musik terhadap kualitas tidur penderita insomnia pada
lanjut usia (lansia) di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata
skor insomnia sebelum dilakukan terapi musik yaitu 23,94, nilai ini menunjukan ke dalam kategori insomnia berat,
rata-rata skor insomnia sesudah dilakukan terapi musik yaitu 18,75, nilai ini menunjukan ke dalam kategori insomnia
sedang serta ada pengaruh terapi musik terhadap kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

5. Setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif pada kelompok perlakuan lansia yang mengalami insomnia berat
menurun menjadi 0%, lansia yang mengalami insomnia sedang sebesar 56,7% dan lansia yang mengalami insomnia
ringan sebesar 43,3%, sedangkan pada kelompok kontrol tingkat insomnia pada lansia relative tidak mengalami
perubahan.
Saran
a. Bagi lanjut usia
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan responden dapat melanjutkan terapi yang sudah diajarkan tadi secara mandiri untuk mengatasi
gangguan insomnia yang dialami pada lanjut usia
b. Bagi perawat
Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan khusunya pada lansia yang mengalaami insomnia, dan
sebagai alternative untuk mengatasi insomnia pada lanjut usia.
c. Bagi peneliti selanjutnya
1) Melakukan penelitian mengenai terapi yang ada terhadap insomnia pada kelompok selain lanjut usia
2) Melakukan penelitian mengenai terapi yang belum ada untuk masalah kesehataan selain insomnia, seperti stress, depresi, dimensia.
3) Melakukan penelitian lanjutan tentang cara mengatasi insomnia dengan teknik yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
 
Herlina wungouw, Rivelino S. Hamel. 2018. Pengaruh terapi Rendam Air Hangat Pada Kaki terhadap insomnia pada
lansia di Kelurahan Angges Kecamatan Tahuna Barat. Insomnia pada lansia. 6 (2), 1-8
 
Dian Ado Saputro, Tiwi Sudyasih. 2015. Pengaruh terapi wudhu sebelum tidur terhadap tingkat insomnia pada lanjut usia
di PSTW unit Budhi Luhur Yogyakarta. Insomnia pada lansia. 3 (2), 5-11
 
Ika Rahmawati, Sri Sat Titi, Fitri Suciana. 2015. Efektifitas mandi air hangat dan aroma terapi lavender terhadap insomnia
pada lansia. Insomnia pada lansia. 13 (1), 6-9
 
Arina Merlianti, Yuyun Tafwidhah, Arina Nurfianti. 2014. Pengaruh terapi music terhadap kualitas tidur penderita
insomnia pada lanjut usia di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Insomnia pada lansia. 29 (2), 1-7
 
Nessma Putri Austaryani, Arif Widodo. 2009. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan tingkat
insomnia pada lansia di posyandu lansia Desa Gonilan, Kartasura. Insomnia pada lansia. 28 (2), 18-24
https://www.academia.edu/26664383/MAKALAH_PENYAKIT_INSOMNIA_DAN_ASKEP
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai