Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 5

Nama Anggota :
1. Afrizal Rio M (19121078)
2. Lucky Herta V H (19121101)
3. Tiara Nada W A (19121117)
Pneumonia
Gangguan Kebutuhan Oksigen Patologis Sistem Pernafasan
DEFINISI

Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh


bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).

(DEPKES. 2006).
KLASIFIKASI

1 2 3 4 5

Pneumonia yang Pneumonia yang Pneumonia aspirasi/ Pneumonia Pneumonia rekuren


didapat dari didapat dari rumah anaerob oportunistik
komunitas sakit (nosokomial)
(community
acquired
pneumonia, CAP)
ETIOLOGI

Bakteri

Menurut Smeltzer dan Bare


Virus (2002), etiologi pneumonia
adalah :
Mikoplasma

Protozoa

Penyebab lain
TANDA GEJALA
• Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38–
40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
• Batuk, mula-mula kering  (non produktif) sampai produktif.
• Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal,
• Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang terdapat nasal
discharge (ingus).
• Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
• Frekuensi napas :
Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
• Nadi cepat dan bersambung.
• Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
• Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
• Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
• Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
• Malaise, gelisah, cepat lelah.
PATOFISIOLOGI
Paru terlindungi dari infeksi melalui beberapa mekanisme: filtrasi di partikel hidung, pencegahan
aspirasi dengan refleks epiglottis, ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh
mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag elveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun local dan drainase
melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia: aspirasi, gangguan imun, septisema, malnutrisi, campak,
pertussis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuscular, kontaminasi perinatal dan gangguan klirens
mucus atau sekresi seperti pada fibrosis kistik, benda asing atau disfungsi silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing, transplasental atau
selama persalinan pada neonatur. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme,
sebagian kecil terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan
virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris
lebih sering ditemukan dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia, hiperkapnea,
asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.
PATHWAY
Komplikasi
Shock dan Gagal Napas
01 Komplikasi ini ditemui terutama pada pasien yang tidak
menerima pengobatan khusus atau pengobatan yang
tidak memadai atau tertunda. Komplikasi ini juga
ditemui ketika organisme penyebab infeksi yang
resisten terhadap terapi dan ketika penyakit penyerta
mempersulit pneumonia.

Atelektasis dan Efusi pleura


02 Atelektasis (dari obstruksi bronkus oleh akumulasi
sekresi) dapat terjadi pada setiap tahap pneumonia
akut. Efusi pleura parapneumonik terjadi pada
setidaknya
40% dari pneumonia bakteri.
Superinfeksi
03 Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis
yang sangat besar antibiotik, seperti penisilin, atau
dengan kombinasi antibiotik. Superinfeksi juga dapat
terjadi pada pasien yang telah menerima berbagai
kursus dan jenis antibiotik.
TES DIAGNOSTIK/ PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Sinar X dada Hitung jumlah leukosit Pemeriksaan bilirubin

Analisis gas darah Pemeriksaan fungsi Aspirasi/ biopsi


paru jaringan paru

LED mengikat Pemeriksaan elektrolit Kultur sputum


Penatalaksanaan

2. IVFD 3. Jumlah cairan


Penatalaksanaan 1. Oksigen
dekstrose sesuai berat
10%: NaCl 0,9% badan,
1-2
untuk pneumonia L/menit
= 3:1, + KCl 10
mEq/500 ml
kenaikan suhu,
status hidrasi
cairan
bergantung pada
4. Jika sesak 5. Jika sekresi
penyebab, sesuai yang tidak selalu lender
berat dapat berlebihan dapat 6. Koreksi
ditentukan oleh dimulai diberikan inhalasi gangguan
makanaenteral dengan salin keseimbangan
bertahap melalui normal dan beta
pemeriksaan sputum selang agonis untuk
asam basa dan
elektrolit
nasogastrik memperbaiki
mencakup : dengan feeding transport
drip mukosilier
Antibiotik sesuai hasil biakan atau
diberikan untuk kasus pneumonia
community base :

1. Ampisilin 100 mg/kg 2. Kloramfenikol 75 mg/kg


BB/hari dalam 41 kali BB/hari dalam 4 kali
pemberian pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital
base:

1. Sefatoksim 100 mg/kg 2. Amikasin 10-15 mg/kg


BB/ hari dalam 2 kali BB/hari dalam 2 kali
pemberian pemberian
FOKUS PENGKAJIAN Hal-hal yang perlu dikaji:

Riwayat Penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat penyakit
pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai.

Tanda Fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, faring
hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.

Faktor Perkembangan
Umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping,
kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.

Pengetahuan pasien/ keluarga


Pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit
pernafasan dan tindakan yang dilakukan
Lanjutan….. Tanda & gejala :

Batuk

Muntah- muntah, diare, anareksia dan


kembung

Demam tinggi hingga kejang

Mulut, hidung, dan kuku yang sianosis

Sesak nafas

Nyeri dada

Malaise, gelisah, cepat lelah


FOKUS INTERVENSI Prioritas diagnosa

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.

Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Lanjutan….. Rencana keperawatan

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.


Tujuan : Setelah diberikan askep selama ..x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif, ventilasi paru
adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Monitor frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan
tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi tekanan semakin meningkat
frekuensi pernapasan.
b. Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih kecil. Batuk
secara efektif mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat kelelahan akibat batuk.
c. Lakukan fisioterapi dada.
Rasional : merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada supaya sputum mudah bergerak
keluar.
d. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga
mudah dikeluarkan.
Lanjutan…..
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
Tujuan : setelah diberikan askep selama...x24 jam diharapkan
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku, dan jaringan sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi. Sedangkan sianosis daun telinga, membran
mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.
b. Kaji status mental dan penurunan kesadaran.
Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen sebagai petunjuk hipoksemia atau
penurunan oksigenasi serebral.
c. Awasi suhu tubuh.
Rasional : Demam tinggi saat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigensi seluler.
Lanjutan…..
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter atau lokasi
atau intensitas nyeri.
Rasional : nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam dan meningkat saat inspirasi dan biasanya
menetap. Nyeri dapat dirasakan pada bagian apeks atau tengah dada, kalau pada dada bagian bawah
nyeri kemungkinan timbul komplikasi perikarditis.
b. Pantau tanda vital.
Rasional : nyeri akan meningkatkan mediator kimia serabut persarafan yang dapat merangsang
vasokonstriksi pembuluh darah sistemik, meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kebutuhan
oksigen jaringan (meningkatkan RR).
c. Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau
latihan napas.
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan mempertahankan efek terapi analgesik.
Lanjutan…..
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Tujuan : Setelah diberikan askep ....x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan
aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional : sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang
pusat pengaturan makan di medula oblongata.
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu kebersihan
mulut setelah muntah. Setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
c. Auskultasi bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen.
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi
abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran
GI.
d. Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar.
Rasional : adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat
menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap
Lanjutan…..
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan :
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.
Rasional : untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
b. Pantau warna kulit dan suhu.
Rasional : sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respons tubuh terhadap demam.
c. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya kompres hangat.
Rasional : demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
menggangu oksigenasi seluler.
Lanjutan…..
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
a. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau
kelelahan
Rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan
istirahat.
Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas dilanjutkan dengan respons individual
pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan meja
atau bantal.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase
penyembuhan.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kenutuhan oksigen.
Daftar Pustaka
MIsnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta:
Pustaka Obor PopulerBare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.

Buke C, Biyikli B, Tuncel M,Aydemir S, Tunger A,Sirin H, Kocaman A. 2009. Nosocomial Infections in a Neurological
Intensive Care Unit. Journal of Neurological Sciences (Turkish). Volume 26. Number 3. Page(s) 298-304.

Djojodibroto, Darmanto. 2007. Respirologi. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn, E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzane dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ; Brunner and Suddarth.
Cetakan I. Volume 1. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. O’Connell. 2010. Handbook for Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-surgical Nursing Ed 12 th.
Lippincott Williams & Wilkins.

Suriadi, Rita Yuliana. 2006. Asuhan Keperawtan pada Anak. Jakarta : Penebar Swadaya.

Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Jakarta: Erlangga.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai