Anda di halaman 1dari 28

PENDEKATAN

DIAGNOSIS PASIEN
ANEMIA
DR. JUSPENI KARTIKA, SP.PD-KHOM
Anemia
Anemia ialah keadaan dimana massa
eritrosit dan/atau massa hemoglobin
yang beredar tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laboratorik dijabarkan sebagai
penurunan dibawah normal kadar
hemoglobin, hitung eritrosit dan
hematokrit (packed red cell)
Kriteria Anemia
Perlu ditetapkan batas hemoglobin
dan hematokrit yang dianggap sudah
terjadi anemia. Batas ini disebut cut off
point (titik pemilah) yang sangat
dipengaruhi oleh: umur, usia, jenis
kelamin, ketinggian tempat tinggal dari
permukaan laut

Laki-laki dewasa Hb < 13 g/dl

Perempuan dewasa yang tak hamil Hb < 12 g/dl

Perempuan hamil Hb < 11 g/dl

Anak umur 6-14 tahun Hb < 12 g/dl

Anak umur 6 bulan-6 tahun Hb < 11 g/dl


Kriteria anemia
A. Kriteria klinik
Di indonesia pada umumnya
Hemoglobin < 10 g/dl
Hematokrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/mm kubik

B. Derajat anemia
1. Ringan sekali : Hb 10 g/dl-cut off point
2. Ringan : Hb 8 g/dl- Hb 9,9 g/dl
3. Sedang : Hb 6 g/dl- Hb 7,9 g/dl
4. Berat : Hb < 6 g/dl
Klasifikasi Anemia:
1. Klasifikasi morfologik
2. Klasifikasi berdasarkan
etipatogenesis
Klasifikasi morfologik
1. Anemia Hipokromik mikrositer
• Anemia defisiensi besi
• Anemia akibat penyakit kronik
• Thalasemia
• Beta anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer
• Hemoglobinopati
• Mikroangiopati obat parasit
• Anemia pasca perdarahan akut
• Anemia aplastik
• Anemia pada leukemia akut
• Anemia pada : CGK, penyakit hati kronik,
hipotiroid
3. Anemia makrositer
• Anemia defisiensi B12
• Anemia defisiensi asam folat
Anemia berdasarkan etiopatogenesis
PATOFIS
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
1. Anamnesis
a. riwayat penyakit sekarang;
b. riwayat penyakit terdahulu;
c. riwayat gizi;
d. anamnesis mengenai lingkungan, pemaparan
bahan kimia, dan
fisik serta riwayat pemakaian obat;
e. riwayat keluarga.
2. Pemeriksaan fisik
a. warna kulit: pucat, plethora, sianosis, ikterus, kulit telapak
tangan kuning seperti jerami;
b. purpura: petechie dan echlmosis;
c. kuku: koilonychia (kuku sendok)
d. mata: ikterus, konyungtiva pucat, perubahan fundus;
e. mulut: ulserasi, hipertrofi gusi, perdarahan gusi, atrofi papil
lidah, glossitis dan stomatitis angularis;
f. limfadenopati;
g. hepatomegali;
h. splenomegali;
i. nyeri tulang atau nyeri srernum;
j. hemarthrosis atau ankilosis sendi;
k. pembengkakan testis;
l. pembengkakan parotis;
3. Pemeriksaan laboratorium
hematologik
Dilakukan secara bertahap.
Pemeriksaan berikutnya
dilakukan dengan memperhatikan
hasil pemeriksaan terdahulu
sehingga lebih terarah dan
efisien.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang
dilakukan meliputi:
a. Tes penyaring: tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap
kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini maka dapat dipastikan
adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi:
i. Kadar hemoglobin
ii. Indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC). Dengan
perkembangan electronic counting di bidang hematologi maka
hasil Hb, WBC (darah putih) dan PLT (trombosit) serta indeks
eritrosit dapat diketahui sekaligus. Dengan pemeriksaan yang
baru ini maka juga diketahui RDW (red cell distribution width)
yang menunjukkan tingkat anisositosis sel darah merah.
iii. Apusan darah tepi
b. Pemeriksaan rutin
dikerjakan pada semua kasus anemia, untuk
mengetahui kelainan pada sistem
leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang harus
dikerjakan
adalah:
i. laju endap darah;
ii. hitung diferensial;
iii. hitung retikulosit..
c. Pemeriksaan sumsum tulang:
pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian
besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis
definitif meskipun ada beberapa kasus yang
diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan
sumsum tulang
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini
baru dikerjakan jika kita telah mempunyai dugaan
diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk
mengkonfirmasi dugaan diagnosis tersebut.
Pemeriksaan rersebut antara lain:
i. anemia defisiensi Besi: serum iron, TIBC, saturasi
transferin, dan feritin serum;
ii. anemia megaloblastik: asarn folat darah/eritrosit,
vitamin
B12.
iii. anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes Coombs,
eleknoforesis Hb;
iv. anemia pada leukemia akut: pemeriksaan sitokimia.
4. Pemeriksaan laboratorium
nonhematologik
Pemeriksaan-pemeriksaan
yang perlu dikerjakan antara lain:
a. faal ginjal;
b. faal endokrin;
c. asam urat;
d. faal hati;
e. biakan kuman;
f dan lain-lain.
5. Pemeriksaan penunjang lain

Pada beberapa kasus anemia diperlukan


pemeriksaan penunjang seperti:
a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan
dengan pemerilsaan histopatologi
b. Radiologi: torak, bone suruey, USG,
skening, limfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR
= polymnase chain reaction, FISH--
fluorescence in situ hybridization, dan
lainJain).
Strategi Diagnosis Kasus Anemia
Untuk menegakkan diagnosis anemia harus ditempuh 3 langkah, yaitu:

menetapkan menentukan
membuktikan jenis anemia pnybb anemia
adanya anemia yang dijumpai tersebut

Untuk dapat melaksanakan ketiga


langkah tersebut dilakukan.
1. pendekatan klinik;
2. pendekatan laboratorik;
3. pendekatan epidemiologik.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai