Teknologi dan
Rantai Pasok
Dosen :
I Gede Agus Widyadana, S.T.,M.Eng.,Ph.D.
Penyusun :
Muhammad Faris Sandra (09211950016004)
Julio Shifer Wahyusah (09211950016010)
Susunan
Pendahuluan
01 Penjelasan Logistik dan Rantai Pasok beserta perbedaannya
Contoh Kasus
02 Beberapa kasus logistik dan rantai pasok di Indonesia
Analisis Kasus
03 Sebab Akibat dan Penyelesaiannya
3
Perbedaan Manajemen Logistik dan Manajemen Rantai Pasok
5
Peta Sentra Produksi Peta Distribusi dari Provinsi Lampung
Pola Distribusi
8
RANTAI PASOK
BARANG KEBUTUHAN BUKAN
POKOK
Menggunakan saluran distribusi yang dibangun secara bisnis profesional
Pedagang
Saluran 3 Manufaktur Pengecer Pelanggan
Besar
Pedagang
Saluran 4 Manufaktur Jobber Pengecer Pelanggan
Besar
Pelanggan
Saluran 1 Manufaktur
Bisnis
Distributor Pelanggan
Saluran 2 Manufaktur
Bisnis Bisnis
PT Remenia Satori Tepas Kota Manado merupakan distributor resmi Oli Top1 milik PT
Topindo Atlas Asia.
Untuk memperoleh barang yang dijual, PT Remenia Satori Tepas melakukan pre order
ke pihak PT. Topindo Atlas Asia di Jakarta.
Proses pengiriman barang dari Jakarta ke Manado memakan waktu satu sampai 2
minggu via kapal.
Sering terjadi kendala dalam pengiriman barang yang bisa disebabkan oleh cuaca
buruk dan kapal yang rusak
Contoh Manajemen Logistik
PT Remenia Satori Tepas dua Gudang, yaitu Gudang toko dan Gudang pusat.
Pengecekan stok barang di Gudang toko dilakukan setiap hari dan diakumulasikan
dalam satu minggu. Jika barang di Gudang toko menipis, barang diambilkan dari
Gudang pusat.
Pengecekan stop barang di Gudang pusat dilakukan minimal dua minggu sekali.
Sebelum barang di Gudang pusat habis, maka dilakukan preorder barang ke pusat
Jakarta.
Distribusi barang PT Remenia Satori Tepas melalui jalur darat, udara dan laut dengan
konsumen mayoritas pedagang besar
Contoh Manajemen Rantai Pasok
Li & Fung merupakan perusaahaan asal Cina dengan pusat bisnis di Hongkong.
Pada produksi boneka anak-anak, perancangan produk dan cetakan produk di
Hongkong sekaligus perencanaan produksi
Rancangan dan cetakan produk dikirim ke Cina untuk produksi boneka anak-anak.
Hasil produksi boneka kemudian dikirim Kembali ke Hongkong untuk pengecekan
kualitas, pengepakan dan pengiriman
Contoh Manajemen Rantai Pasok
12
ANALISIS ASPEK PEMASOK DAN
PENGECER
PEMASOK PENGECER
• Secara umum belum • Secara umum belum
memenuhi/menerapkan standar memenuhi/menerapkan standar
teknis dan proses teknis dan proses
– Contoh pada sapi: Dari 800 RPH di – Belum menerapkan pola rantai dingin
Indonesia, yang berstandar NKV (cold chain)
sebanyak 25 RPH dan yang telah diaudit • Potensi kerugian penggunaan truk:
oleh auditor independent sebanyak 11
– Risiko keamanan daging.
RPH*.
– Risiko kualitas daging.
• Potensi kerugian penggunaan truk:
• Kebutuhan perbaikan:
– Risiko kesehatan hewan.
– Risiko kehalalan. – Standardisasi teknis dan proses
(perlu
– Risiko kualitas daging. bantuan teknis dan permodalan).
• Kebutuhan perbaikan:
– Standardisasi teknis dan proses (perlu
bantuan teknis, manajemen, dan
permodalan)
• Transportasi ternak lokal antar daerah dan Simulasi kerugian susut bobot
antar pulau dikelola secara tradisional. badan akibat transportasi.
– Transportasi ternak impor, sejak tiba dipelabuhan • Apabila volume sapi yang
bongkar, diangkut ke feedlot; kemudian dari feedlot
dibawa ke RPH untuk disembelih; sudah mulai ditransportasikan dari daerah
memperhatikan kaidah- kaidah kesejahteraan produksi ke konsumsi sebanyak
hewan dalam proses transportasinya, sejak Agustus 500.000 ekor, BB rata-rata 300
2011 kg.
• Mutu sarana transportasi ternak yg buruk • Susut akibat penanganan
menimbulkan kerugian yg besar, akibat transportasi diasumsikan 8.75%
susutnya bobot badan ternak selama (kisaran 5.5-12%), berapa kerugian
perjalanan. dalam setahun?
– Kesejahteraan Hewan / Animal Welfare
– Ekonomi : adanya kerugian produksi (dehidrasi,
Susut 8.75% x 300 kg x 500.000
luka, mutu daging, dll) =
13.125.000 kg.
Harga sapi (tahun 2012) =
Rp27.500/kg bobot
hidup
Kerugian/tahun = 16
Sumber: Sucofindo (2012)
Rp361 MILYAR…!!!
ASPEK SISTEM INFORMASI DAN
REGULASI
SISTEM INFORMASI REGULASI
• Sistem informasi belum memadai, • Beberapa regulasi yang berpotensi
mencakup kebutuhan untuk:
menimbulkan masalah:
– Pemantauan stok (berdasarkan
wilayah, jenis kelamin dan umur – Persyaratan dokumen (akta, surat jalan, surat
ternak, tahapan ternak*, tingkatan pengantar hewan, surat izin angkut, dll.).
distribusi, dll.). – Pembatasan kuota pengiriman.
– Pemantauan aliran/distribusi.
• Potensi kerugian:
– Pemantauan ekspor/impor.
– Pemantauan kebutuhan (volume, – Risiko kelangkaan di wilayah tertentu.
wilayah, waktu). – Risiko fluktuasi harga.
• Potensi kerugian: – Risiko disparitas harga.
– Risiko kelangkaan di wilayah – Risiko keberlanjutan
tertentu. • Rekomendasi:
– Risiko fluktuasi harga.
– Pengembangan “sistem informasi
– Risiko disparitas harga.
ternak” terpadu .
• Rekomendasi:
– Pengembangan “sistem informasi
ternak” terpadu .
18
SISLOGNAS DAN
MP3EI Visi Ekonomi Indonesia 2025
“Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur“
MP3EI
1 2
Koridor
Sistem Logistik
Nasional
Meningkatkan
Meningkatkan
Daya Saing
IPTEK /
IPTEKS Kesejahteraan
INOVASI
3
• Cetak Biru merupakan arah dan pola pengembangan Sislognas pada tingkat kebijakan makro
yang dijabarkan lebih lanjut dalam RKP dan RK-Kementerian/Lembaga setiap tahunnya
• Cetak Biru berperan dalam mencapai sasaran RPJMN, menunjang Implementasi MP3EI, dan
19
mewujudkan visi ekonomi Indonesia Tahun 2025
ROADMAP
SISLOGNAS Integrasi Jaringan Logistik
Global
Roadmap Sistem
Transportasi Nasional
Roadmap Sistem
Pengadaan Nasional
Roadmap Sistem
Informasi Nasional
Roadmap Sistem
Perdagangan Nasional
Membangun
Kerangka
Kelembagaan
ASPEK KOMODITAS
Evaluasi dan
Pengawasan
• Proses operasional
• Alokasi dana
• Penyerapan
Komitmen para
pihak
• Pemerintah Pusat:
Kementerian
• Pemerintah
Daerah
• BUMN
• BUMS
• Asosiasi
23
IMPLEMENTASI MANAJEMEN RANTAI PASOK
PADA SISTEM LOGISTIK BAHAN POKOK
• Aspek-aspek produksi-distribusi-konsumsi PRO-
“saling terpisah” DUKSI
• Perencanaan (kapasitas) produksi “secara
agregat” tanpa memperhatikan DISTRI
kebutuhan (konsumsi): volume, wilayah, -BUSI
waktu.
• Volume produksi dan distribusi tidak KONSUMSI
memenuhi skala ekonomis
• Produksi dan distribusi dilakukan oleh
para pihak secara transaksional dan
tanpa kerja sama yang setara
• Penguasaan rantai distribusi oleh pihak-
pihak tertentu
INTE-
KOORDI GRASI
-NASI
• Infrastruktur • Kebijakan
• Sarana • Koordinasi
• Finansial • Pengawasan
24
SCM
ANALISIS DINAMIS BEBERAPA
FAKTOR
DALAM SISTEM LOGISTIK
Infrastruktur
Penyebaran Keseimbangan
Pemerataan
• Kapasitas Pembangunan Pertumbuhan
Pilihan Moda/ Pembangunan
GCG • Standar teknis Infrastruktur Ekonomi
Multimoda
• Standar layanan
• Koordinasi antar
instansi Keseimbangan
Aksesibilitas Pergerakan
Barang
Waktu Kerusakan
Biaya
Tempuh Armada
Kerusakan
Jalan
Pelanggaran:
Produktivitas Overtonase,
Armada dsb.
Regulasi
Penegakan
Ancaman terhadap
Pendapatan Jumlah Supir Kekurangan Hukum
Kapasitas
Supir Turun Turun Supir
Transportasi/Logistik
25
MEMBANGUN SISTEM LOGISTIK
NASIONAL YANG EFISIEN, EFEKTIF, DAN
PRODUKTIF
PERENCANAAN IMPLEMENTASI PENGAWASAN